Kadin Dukung Komitmen PLN dalam Pemanfaatan EBT
Kamis, 16 Desember 2021 - 20:00 WIB
JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia ( Kadin ) mendukung komitmen PLN dalam perencanaan dan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Indonesia sendiri memiliki banyak pekerjaan rumah terkait pemanfaatan energi baru dan terbarukan.
Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Energi Baru dan Terbarukan, Muhammad Yusrizki mengapresiasi tekad PLN di bawah kepemimpinan Darmawan Prasodjo untuk konsisten dalam perencanaan dan pemanfaatan EBT . “Kadin menanti kolaborasi antara sektor swasta dan PLN mengingat tanggung jawab kedua belah pihak sangat krusial dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan EBT di Indonesia,” kata Yusrizki dalam siaran pers, Kamis (16/12/2021).
Salah satu bentuk kolaborasi yang sedang dirancang Kadin adalah inovasi pada sisi pengadaan EBT supaya lebih transparan dan lebih adaptif terhadap pertumbuhan permintaan tenaga listrik. Yusrizki menjelaskan, teknologi EBT dapat dengan cepat melakukan ekspansi kapasitas apabila diperlukan.
Karakteristik ini berbeda dengan pembangkit fosil. Yang mana ada satuan kapasitas tertentu yang diperlukan untuk mencapai efisiensi dan economic feasibility.
“Sudah saatnya PLN memanfaatkan karakteristik modular dari teknologi EBT terutama untuk program de-dieselisasi yang menurut Kadin menjadi jalan masuk yang terbaik untuk peningkatan pemanfaatan EBT di Indonesia,” tandasnya.
Lebih lanjut Yusrizki mengajak PLN beserta pemangku kepentingan di Indonesia, termasuk asosiasi-asosiasi yang mewakili industri EBT duduk bersama dan bertukar pikiran mengenai inovasi pengadaan yang layak dipertimbangkan. Apalagi banyak sekali poin-poin menarik dari asosiasi EBT.
“Apakah misalnya kita akan menggunakan metode reverse auction terkait pengadaan PLTS untuk penggantian diesel atau akan menggunakan metode pengadaan per kluster seperti sudah banyak disebutkan, dan apa pola ekspansi yang diperlukan apabila terjadi peningkatan permintaan listrik,” paparnya.
Ia menambahkan, transisi energi adalah konsep yang lebih luas dari sekadar teknologi pembangkit. Panel surya, baling-baling untuk tenaga angin hingga baterai sebagai penyimpan energi semua itu merupakan inovasi teknologi yang sudah dan semakin berkembang. Inovasi teknologi tentu harus diikuti dengan inovasi di bagian-bagian lain, misalnya metode procurement, operasional, dan kendali jaringan untuk mendapatkan the best from each technology.
“Kalau kita menggunakan metode yang salah atau sudah usang, maka yang kita temukan hanyalah problematika dan masalah untuk setiap teknologi. Lalu bagaimana kita mau melakukan transisi energi jika selalu seperti itu?” tuturnya.
Ketua Komite Tetap Kadin Bidang Energi Baru dan Terbarukan, Muhammad Yusrizki mengapresiasi tekad PLN di bawah kepemimpinan Darmawan Prasodjo untuk konsisten dalam perencanaan dan pemanfaatan EBT . “Kadin menanti kolaborasi antara sektor swasta dan PLN mengingat tanggung jawab kedua belah pihak sangat krusial dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan EBT di Indonesia,” kata Yusrizki dalam siaran pers, Kamis (16/12/2021).
Salah satu bentuk kolaborasi yang sedang dirancang Kadin adalah inovasi pada sisi pengadaan EBT supaya lebih transparan dan lebih adaptif terhadap pertumbuhan permintaan tenaga listrik. Yusrizki menjelaskan, teknologi EBT dapat dengan cepat melakukan ekspansi kapasitas apabila diperlukan.
Karakteristik ini berbeda dengan pembangkit fosil. Yang mana ada satuan kapasitas tertentu yang diperlukan untuk mencapai efisiensi dan economic feasibility.
“Sudah saatnya PLN memanfaatkan karakteristik modular dari teknologi EBT terutama untuk program de-dieselisasi yang menurut Kadin menjadi jalan masuk yang terbaik untuk peningkatan pemanfaatan EBT di Indonesia,” tandasnya.
Lebih lanjut Yusrizki mengajak PLN beserta pemangku kepentingan di Indonesia, termasuk asosiasi-asosiasi yang mewakili industri EBT duduk bersama dan bertukar pikiran mengenai inovasi pengadaan yang layak dipertimbangkan. Apalagi banyak sekali poin-poin menarik dari asosiasi EBT.
“Apakah misalnya kita akan menggunakan metode reverse auction terkait pengadaan PLTS untuk penggantian diesel atau akan menggunakan metode pengadaan per kluster seperti sudah banyak disebutkan, dan apa pola ekspansi yang diperlukan apabila terjadi peningkatan permintaan listrik,” paparnya.
Ia menambahkan, transisi energi adalah konsep yang lebih luas dari sekadar teknologi pembangkit. Panel surya, baling-baling untuk tenaga angin hingga baterai sebagai penyimpan energi semua itu merupakan inovasi teknologi yang sudah dan semakin berkembang. Inovasi teknologi tentu harus diikuti dengan inovasi di bagian-bagian lain, misalnya metode procurement, operasional, dan kendali jaringan untuk mendapatkan the best from each technology.
“Kalau kita menggunakan metode yang salah atau sudah usang, maka yang kita temukan hanyalah problematika dan masalah untuk setiap teknologi. Lalu bagaimana kita mau melakukan transisi energi jika selalu seperti itu?” tuturnya.
(poe)
tulis komentar anda