January Effect di Depan Mata! Simak Pilihan Saham untuk Dikoleksi

Sabtu, 01 Januari 2022 - 15:25 WIB
January Effect diyakini dapat menjadi peluang bagi investor untuk menangguk untung di awal tahun 2022. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Menjelang perdagangan saham perdana di pasar modal tahun 2022, investor akan menghadapi "January Effect". January Effect merupakan tren musiman di mana Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) akan cenderung naik di awal tahun.

Menurut praktisi pasar modal Lucky Bayu Purnomo, ini terjadi karena ada keyakinan positif atas melimpahnya profit di bursa yang membuat investor membeli saham di harga rendah sebelum Januari, lalu menjualnya setelah harganya naik. Namun, imbuhnya, tren January Effect tahun ini akan bergantung terhadap sentimen penangangan varian Omicron di Indonesia.





"Persiapan untuk January Effect ini lebih menarik karena sentimen penanganan varian Omicron dapat memberi dampak kualitas di pasar menjadi lebih tinggi pada 2022," kata Lucky kepada MNC Portal Indonesia dikutip Sabtu (1/1/2022).

Sebagai gambaran, data IHSG di bulan Januari dalam 10 tahun terakhir cenderung positif, dimulai dari 2012 (3,14%); 2013 (3,17%); 2014 (3,39%); 2015 (1,19%); 2016 (15,33%); 2017 (-0,06%); 2018 (3,93%); 2019 (5,47%); 2020 (-5,71%). Kendati pada Januari 2021 IHSG terdepresiasi -1,95%, Lucky meyakini pasar dapat merespons positif menyusul pemulihan ekonomi nasional. Menurut data terakhir bulan Desember 2021, IHSG telah menguat 0,73%.

"Saya kira pasar sudah dapat beradaptasi dengan apa yang dialami sejak tahun 2020 di mana seluruh rutinitas usaha berubah ke arah yang lebih baik. Tentu perubahan ini akan kembali terjadi menyambut January effect 2021," tuturnya.

Lucky mencermati ada sejumlah sektor yang bakal melanjutkan tren positif pada awal 2022, seperti pertambangan-energi, keuangan, dan telekomunikasi-infrastruktur. Menurutnya, ketiga sektor tersebut dapat menjadi pilihan saham bagi investor.



Sektor pertama yang dijagokan Lucky adalah pertambangan-energi. Menurutnya, kenaikan harga komoditas memberi dampak yang cukup signifikan bagi emiten-emiten tambang. Lucky memilih dua perusahaan utama yakni PT Indika Energy Tbk (INDY) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).

Selanjutnya sektor perbankan yang menurut Lucky masih terus menjadi kebutuhan masyarakat. Dia memilih emiten bank bigcaps seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).

Kemudian sektor yang berkaitan dengan komoditas crude palm oil (CPO). Lucky merekomendasikan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP). Terakhir sektor alternatif dari telekomunikasi, Lucky menjagokan saham PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM).
(fai)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More