Gara-gara Risalah The Fed Bursa Saham Asia Kebakaran
Kamis, 06 Januari 2022 - 11:57 WIB
JAKARTA - Seluruh bursa saham di kawasan Asia terpantau memerah pada perdagangan Kamis (6/1/2022) menyusul risalah Federal Reserve ( The Fed ) yang kian condong mengindikasikan kenaikan suku bunga pada tahun ini.
Mengutip Yahoo Finance, hingga pukul 11:30 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) anjlok 2,61% di 28,566.65, Shanghai Composite China (SSEC) tertekan 0,16% di 3.582,46, dan Kospi Korea Selatan (KS11) terpuruk 0,76% di 2,931.58.
Begitu pula dengan Hang Seng Hong Kong (HSI) turun 0,36% di 22,824.60, Taiwan Weighted (TWII) merosot 1,19 di 18,280.40. Selanjutnya, S&P 500 terpuruk 1,94% di 4,700.58, SET Thailand longsor 1,20% 1,044.84, dan IDX Composite (IHSG) jatuh 0,76% di 6.611,62.
Risalah pertemuan Federal Reserve yang baru saja diumumkan menunjukkan kenaikan suku bunga akan terjadi lebih cepat dari perkiraaan untuk mengantisipasi lonjakan inflasi. Kekhawatiran ini memberi beban terhadap aset berisiko, termasuk pasar saham.
"Ada risiko bahwa The Fed dapat membuat kesalahan saat memutuskan kebijakaan saat ini dengan menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan," kata Ekonom Senior Union Bancaire Privee, Carlos Casanova, dilansir Reuters, Kamis (6/1/2022).
Otoritas The Fed mengatakan, dalam risalah pertemuan Desember, bahwa pasar tenaga kerja yang "sangat ketat" dan inflasi yang tidak mereda membuat mereka harus menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan dan mulai mengurangi kepemilikan aset secara keseluruhan sebagai rem kedua terhadap ekonomi.
Seluruh pejabat The Fed khawatir atas laju kenaikan harga di tengah kemacetan pasokan global. Pandangan Fed yang lebih hawkish ini mendorong imbal hasil treasuri AS menjadi lebih tinggi. Pada hari Kamis (6/1/2022), imbal hasil untuk tenor 10 tahun AS tetap tinggi di 1,6929%, tidak jauh dari penutupan Rabu (5/1/20220 di 1,7030%.
Imbal hasil AS yang lebih tinggi mendongkrak penguatan dolar, meskipun mata uang lain tampak memberi perlawanan dengan kenaikan cukup signifikan.
Senada, Direktur PT Ekuator Swarna Investama, Hans kwee, memandang hasil risalah rapat yang dikeluarkan The Fed tadi malam kurang bersahabat dengan pasar sehingga terjadi koreksi yang cukup dalam di indeks Wall Street.
"The Fed dalam risalah rapatnya itu mengejutkan pasar yang menyatakan bahwa mereka akan segera melakukan pengurangan balance sheet. Kalau pengurangan mereka lakukan, artinya bondnya dijual kemudian mereka menarik USD mereka kembali. Artinya mengurangi likuiditas untuk mengurangi tekanan terhadap inflasi yang terjadi," tukasnya.
Mengutip Yahoo Finance, hingga pukul 11:30 WIB, Nikkei 225 Jepang (N225) anjlok 2,61% di 28,566.65, Shanghai Composite China (SSEC) tertekan 0,16% di 3.582,46, dan Kospi Korea Selatan (KS11) terpuruk 0,76% di 2,931.58.
Begitu pula dengan Hang Seng Hong Kong (HSI) turun 0,36% di 22,824.60, Taiwan Weighted (TWII) merosot 1,19 di 18,280.40. Selanjutnya, S&P 500 terpuruk 1,94% di 4,700.58, SET Thailand longsor 1,20% 1,044.84, dan IDX Composite (IHSG) jatuh 0,76% di 6.611,62.
Risalah pertemuan Federal Reserve yang baru saja diumumkan menunjukkan kenaikan suku bunga akan terjadi lebih cepat dari perkiraaan untuk mengantisipasi lonjakan inflasi. Kekhawatiran ini memberi beban terhadap aset berisiko, termasuk pasar saham.
"Ada risiko bahwa The Fed dapat membuat kesalahan saat memutuskan kebijakaan saat ini dengan menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan," kata Ekonom Senior Union Bancaire Privee, Carlos Casanova, dilansir Reuters, Kamis (6/1/2022).
Otoritas The Fed mengatakan, dalam risalah pertemuan Desember, bahwa pasar tenaga kerja yang "sangat ketat" dan inflasi yang tidak mereda membuat mereka harus menaikkan suku bunga lebih cepat dari yang diharapkan dan mulai mengurangi kepemilikan aset secara keseluruhan sebagai rem kedua terhadap ekonomi.
Seluruh pejabat The Fed khawatir atas laju kenaikan harga di tengah kemacetan pasokan global. Pandangan Fed yang lebih hawkish ini mendorong imbal hasil treasuri AS menjadi lebih tinggi. Pada hari Kamis (6/1/2022), imbal hasil untuk tenor 10 tahun AS tetap tinggi di 1,6929%, tidak jauh dari penutupan Rabu (5/1/20220 di 1,7030%.
Imbal hasil AS yang lebih tinggi mendongkrak penguatan dolar, meskipun mata uang lain tampak memberi perlawanan dengan kenaikan cukup signifikan.
Senada, Direktur PT Ekuator Swarna Investama, Hans kwee, memandang hasil risalah rapat yang dikeluarkan The Fed tadi malam kurang bersahabat dengan pasar sehingga terjadi koreksi yang cukup dalam di indeks Wall Street.
"The Fed dalam risalah rapatnya itu mengejutkan pasar yang menyatakan bahwa mereka akan segera melakukan pengurangan balance sheet. Kalau pengurangan mereka lakukan, artinya bondnya dijual kemudian mereka menarik USD mereka kembali. Artinya mengurangi likuiditas untuk mengurangi tekanan terhadap inflasi yang terjadi," tukasnya.
(uka)
tulis komentar anda