Pandemi Corona, Bank Thailand Ramai-ramai Akusisi Perbankan Indonesia
Kamis, 23 April 2020 - 17:37 WIB
Grup Salim Punya Bank Lagi
Pertengahan April lalu (14/4) juga jadi waktu yang penting bagi Group Salim. Saat itu, Pieter Tanuri dan perusahaannya PT Philadel Terra Lestari mengumumkan mundur dari pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) dan pemegang saham pengendali (PSP) pada PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA). Pengunduran diri Philadel Terra Lestari sebagai PSP dan Pieter Tanuri sebagai PSPT disampaikan oleh Direktur Utama Bank Ina Perdana, Daniel Budirahayu.
Pengunduran diri itu membuat Anthoni Salim kini menjadi satu-satunya pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholder) dan PT Indolife Pensiontama menjadi pemegang saham pengendali BINA. Setelah terpaksa melepas Bank BCA saat Krismon 1998, kini Salim Group benar-benar memiliki sekaligus menjadi satu-satunya pengendali utama sebuah bank yang tercatat di BEI.
Sebenarnya Anthony Saim dan PT Indolife Pensiontama sudah menjadi PSPT dan PSP Bank Ina sejak awal Januari lalu. Namun saat itu Anthony dan Indolife bukan satu-satunya PSPT dan PSP Bank Ina, sebab masih ada Pieter Tanuri dan perusahaannya PT Philadel yang juga menjadi PSPT dan PSP di bank tersebut. Berdasarkan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Antony Salim dan PT Indolife harus menyesuaikan kepemilikan saham sesuai peraturan OJK. Anthony Salim diminta menyesuaikan kepemilikan saham melalui perusahaan terkait sesuai dengan batas maksimum kepemilikan saham oleh satu pihak. Demikian pula dengan kepemilikan saham PT Indolife Pensiontama yang saat ini mencapai 48.9% atau sudah melampaui batas maksimal kepemilikan. Ini mengindikasikan dalam waktu dekat akan ada perubahan kepemilikan saham di tubuh Bank Ina.
Jalan Group Salim untuk memiliki sekaligus menjadi pengendali utama Bank Ina, sudah dimulai sejak 2017. Setelah BINA melakukanrights issue, bank ini pun mendapatdana segar Rp 695,41 miliar. Dari right issue ini muncul dua pemegang saham baru, yakni PT Samudra Biru dan PT Gaya Hidup Masa. Dua perushan ini masih terafiliasi dengan Group Salim. Per April 2017, komposisi pemegang Saham Bank Ina sebagai berikut. Indolife sebanyak 22,47%, Liontrust S/A NS ASEAN Financial S Fund sebesar 18,29%, Samudra Biru 16,51%, Gaya Hidup 12,48%, DBS Bank Ltd S/A LTSL AS Trustee of NS Financial Fund 10,49%, dan PT Philadel Terra Lestari 9,64%.
Pada Januari 2017, Grup Salim mewujudkan niatnya membeli saham Bank Ina Perdana. Grup Salim membeli 29,02% saham Bank Ina lewat NS Financials Fund sebesar 10,58% saham dan melalui NS Asean Financial Fund sebesar 18,44%. Adapun pada Januari 2020 lalu, mayoritas kepemilikan saham Bank Ina Perdana dipegang oleh Indolife Pensiontama sebesar 22,47%. Liontrust S/A NS Asean Financials Fund menggenggan 18,29% dan PT Samudra Biru memiliki 16,51% saham Bank Ina Perdana. Lalu, DBS Bank LTD S/S LTSL AS Trustee of NS Financial Fund menggenggam 10,49%. PT Gaya Hidup Masa Kini memegang 9,98% dan Philadel Terra Lestari memiliki 9,64%. Sementara, masyarakat memiliki 12,62%.
Setelah memiliki Bank Ina, Grup Salim berencana akan meningkatkan status menjadi bank BUKU (bank umum kelompok usaha) IIIdengan modal inti Rp 5 triliun hingga di bawah Rp 30 triliun. Dan mulai tahun depan bank Ina akan disapkan untuk menjadi bank devisa.
Pertengahan April lalu (14/4) juga jadi waktu yang penting bagi Group Salim. Saat itu, Pieter Tanuri dan perusahaannya PT Philadel Terra Lestari mengumumkan mundur dari pemegang saham pengendali terakhir (PSPT) dan pemegang saham pengendali (PSP) pada PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA). Pengunduran diri Philadel Terra Lestari sebagai PSP dan Pieter Tanuri sebagai PSPT disampaikan oleh Direktur Utama Bank Ina Perdana, Daniel Budirahayu.
Pengunduran diri itu membuat Anthoni Salim kini menjadi satu-satunya pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholder) dan PT Indolife Pensiontama menjadi pemegang saham pengendali BINA. Setelah terpaksa melepas Bank BCA saat Krismon 1998, kini Salim Group benar-benar memiliki sekaligus menjadi satu-satunya pengendali utama sebuah bank yang tercatat di BEI.
Sebenarnya Anthony Saim dan PT Indolife Pensiontama sudah menjadi PSPT dan PSP Bank Ina sejak awal Januari lalu. Namun saat itu Anthony dan Indolife bukan satu-satunya PSPT dan PSP Bank Ina, sebab masih ada Pieter Tanuri dan perusahaannya PT Philadel yang juga menjadi PSPT dan PSP di bank tersebut. Berdasarkan aturan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Antony Salim dan PT Indolife harus menyesuaikan kepemilikan saham sesuai peraturan OJK. Anthony Salim diminta menyesuaikan kepemilikan saham melalui perusahaan terkait sesuai dengan batas maksimum kepemilikan saham oleh satu pihak. Demikian pula dengan kepemilikan saham PT Indolife Pensiontama yang saat ini mencapai 48.9% atau sudah melampaui batas maksimal kepemilikan. Ini mengindikasikan dalam waktu dekat akan ada perubahan kepemilikan saham di tubuh Bank Ina.
Jalan Group Salim untuk memiliki sekaligus menjadi pengendali utama Bank Ina, sudah dimulai sejak 2017. Setelah BINA melakukanrights issue, bank ini pun mendapatdana segar Rp 695,41 miliar. Dari right issue ini muncul dua pemegang saham baru, yakni PT Samudra Biru dan PT Gaya Hidup Masa. Dua perushan ini masih terafiliasi dengan Group Salim. Per April 2017, komposisi pemegang Saham Bank Ina sebagai berikut. Indolife sebanyak 22,47%, Liontrust S/A NS ASEAN Financial S Fund sebesar 18,29%, Samudra Biru 16,51%, Gaya Hidup 12,48%, DBS Bank Ltd S/A LTSL AS Trustee of NS Financial Fund 10,49%, dan PT Philadel Terra Lestari 9,64%.
Pada Januari 2017, Grup Salim mewujudkan niatnya membeli saham Bank Ina Perdana. Grup Salim membeli 29,02% saham Bank Ina lewat NS Financials Fund sebesar 10,58% saham dan melalui NS Asean Financial Fund sebesar 18,44%. Adapun pada Januari 2020 lalu, mayoritas kepemilikan saham Bank Ina Perdana dipegang oleh Indolife Pensiontama sebesar 22,47%. Liontrust S/A NS Asean Financials Fund menggenggan 18,29% dan PT Samudra Biru memiliki 16,51% saham Bank Ina Perdana. Lalu, DBS Bank LTD S/S LTSL AS Trustee of NS Financial Fund menggenggam 10,49%. PT Gaya Hidup Masa Kini memegang 9,98% dan Philadel Terra Lestari memiliki 9,64%. Sementara, masyarakat memiliki 12,62%.
Setelah memiliki Bank Ina, Grup Salim berencana akan meningkatkan status menjadi bank BUKU (bank umum kelompok usaha) IIIdengan modal inti Rp 5 triliun hingga di bawah Rp 30 triliun. Dan mulai tahun depan bank Ina akan disapkan untuk menjadi bank devisa.
(eko)
tulis komentar anda