Pandemi Corona, Bank Thailand Ramai-ramai Akusisi Perbankan Indonesia
Kamis, 23 April 2020 - 17:37 WIB
JAKARTA - Di tengah pandemi virus corona banyak perusahaan yang aktivitas bisnisnya meredup. Bahkan ada yang diantaranya yang sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Meski kondisi bisnis tengah menurun, bukan berarti pemilik (pemegang saham) perusahaan berdiam diri. Sebaliknya di tengah pagebluk Corona ada banyak perusahaan yang melakukan aksi korporasi cukup strategis, seperti akusisi. Siapa saja mereka ?
Bank Maspion misalnya, oleh sang pemilik Alim Markus, telah disiapkan untuk diakuisisi oleh KVision (Kasikorn Vision Co. Ltd ) perusahaan asal Thailand. KVision merupakan anak perusahaan dari Kasikornbank Public Company Limited. Kasikornbank merupakan pemegang saham 9,99% PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) sejak 2017. Melalui Conditional Sales and Purchase Agreement (CSPA) atau perjanjian jual beli bersyarat yang ditandatangani 13 April 2020 lalu, diketahui Alim Markus siap melepas 30,01% saham BMAS. (Baca juga: BRI Bantu Pelaku Bisnis Money Changer Terdampak Corona )
Pihak Kasikornbank, menurut data yang disampikan Bursa Efek Indonesia, akan membeli saham Bank Maspion dari beberapa pihak. Dari PT Alim Investindo, sebesar 13,56%. Alim Investindo sendiri memiliki 62,01% saham BMAS. Lalu dari PT Maspion (kepemilikan 12,46 %), sebesar 7,07%. Kasikornbank juga membeli saham BMAS dari PT Husin Investama sebesar, 2,81%. PT Maspion Investindo sebanyak 2,46% dan lima pemegang saham individual dengan total sebesar 4,11%. Dari 30,01% saham BMAS itu setara dengan 1.333.482.808 lembar saham. Berdasarkan harga pembukaan saham BMAS di BEI pada 23 April sebesar Rp 300 per saham, maka Kasikornbank harus merogoh kocek sekitar Rp 400 miliar. (Baca: Wall Street Berakhir Naik, Dow Menguat Hampir 2 Persen )
Dijelaskan oleh Presiden Direktur Maspion Group Alim Markus, penjulaan saham Bank Maspion ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat modal serta pengembangan perusahaan, khususnya di bidang IT (Informasi & Teknologi). Bank Maspion mencatatkan laba setelah pajak sebesar Rp 59,52 miliar pada tahun 2019. Itu mengacu pada laporan bulanan per Desember. Sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp 71,01 miliar. Memasuki 2020, pada maret 2020 BMAS mampu membukukan laba Rp 16,7 miliar lebih tinggi dari laba yang di cetak pada Maret 2019, sebesar Rp 15,05 miliar.
Permata Dibeli Bangkok Bank
Perbankan asal Negeri Gajah Putih memang terlihat begitu agresif membeli bank di Indonesia. Sebelumnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Bangkok Bank (Bangkok Bank Public Company Limited) yang di gelar awal Maret 2020 di Bangkok Thailand, para pemegang member lampi hijau kepada perseroan untuk membeli 89,12% saham PT Bank Permata Tbk (BNLI). Seperti diketahui Bank Permata dimiliki oleh PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank. Lalu pada 23 April 2020, pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUSPLB) Bank Permata, rencana akuisisi saham perseroan oleh Bangkok Bank disetujui oleh pemegang saham Bank Permata.
Menurut Sekretaris Perusahaan Astra International Gita Tiffani Boer, perseroan bersama Standard Chartered dan Bangkok Bank telah menandatangani amendment to conditional sales purchase agreement pada 20 April 2020. Dalam CSPA tersebut transaksi penjualan saham BNLI ditargetkan tuntas sebelum 30 Juni 2020. Seperti diketahui sejak 2018 lalu Standard Chartered memang ingin melepas kepemilikan sahamnya di Bank Permata. Sejumlah korporasi besar pun sempat tertarik untuk membeli BNLI. Sebut saja Bank BRI, DBS Bank bank terbesar di Singapura, lalu ada Bank Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) yang juga asal Singapura dan Sumitomo Mitsui Financial Group Inc (SMBC) asal Jepang. Namun akhirnya saham BNLI berlabuh di Bangkok Bank.
Nama Bangkok Bank baru muncul sebagai kandidat pembeli Bank Permata di akhir tahun 2019. Saat itu Bangkok Bank menandatangani CPSA pada 12 Desember 2019. Dalam perjanjian ini harga saham Bank Permata disepakati seebsar 1,77 kali dari book value. Transaksi harus diselesaikan paling lambat 12 bulan setelah CPSA di tandatangani. Berdasarkan kesepakatan ini harga beli Bank Permata ada di angka Rp37,43 triliun.
Dalam perjalanannya, akibat merosotnya kondisi bisnis global, baik karena perang dagang maupun Virus Corona, pemegang saham lama pun menawarkan diskon harga beli kepada Bangkok Bank. Berdasarkan revisi CPSA yang ditandatanagni 23 April , harga jual Bank Permata menjadi hanya 1,63 kali book value atau totalnya menjadi sekitar Rp34 Triliun. Lebih murah Rp3,43 Triliun, namun penyelesian transaksinya lebih cepat, yakni sebelum 30 Juni 2020. Dari kesepakatan ini, Bangkok Bank berhasil membeli Bank Permata dengan harga lebih murah. Sementara Astra Internasional dan Standard Chartered bakal mendapatkan dana segar lebih cepat dari kesepakatan sebelumnya.
Bank Maspion misalnya, oleh sang pemilik Alim Markus, telah disiapkan untuk diakuisisi oleh KVision (Kasikorn Vision Co. Ltd ) perusahaan asal Thailand. KVision merupakan anak perusahaan dari Kasikornbank Public Company Limited. Kasikornbank merupakan pemegang saham 9,99% PT Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) sejak 2017. Melalui Conditional Sales and Purchase Agreement (CSPA) atau perjanjian jual beli bersyarat yang ditandatangani 13 April 2020 lalu, diketahui Alim Markus siap melepas 30,01% saham BMAS. (Baca juga: BRI Bantu Pelaku Bisnis Money Changer Terdampak Corona )
Pihak Kasikornbank, menurut data yang disampikan Bursa Efek Indonesia, akan membeli saham Bank Maspion dari beberapa pihak. Dari PT Alim Investindo, sebesar 13,56%. Alim Investindo sendiri memiliki 62,01% saham BMAS. Lalu dari PT Maspion (kepemilikan 12,46 %), sebesar 7,07%. Kasikornbank juga membeli saham BMAS dari PT Husin Investama sebesar, 2,81%. PT Maspion Investindo sebanyak 2,46% dan lima pemegang saham individual dengan total sebesar 4,11%. Dari 30,01% saham BMAS itu setara dengan 1.333.482.808 lembar saham. Berdasarkan harga pembukaan saham BMAS di BEI pada 23 April sebesar Rp 300 per saham, maka Kasikornbank harus merogoh kocek sekitar Rp 400 miliar. (Baca: Wall Street Berakhir Naik, Dow Menguat Hampir 2 Persen )
Dijelaskan oleh Presiden Direktur Maspion Group Alim Markus, penjulaan saham Bank Maspion ini dilakukan dengan tujuan untuk memperkuat modal serta pengembangan perusahaan, khususnya di bidang IT (Informasi & Teknologi). Bank Maspion mencatatkan laba setelah pajak sebesar Rp 59,52 miliar pada tahun 2019. Itu mengacu pada laporan bulanan per Desember. Sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp 71,01 miliar. Memasuki 2020, pada maret 2020 BMAS mampu membukukan laba Rp 16,7 miliar lebih tinggi dari laba yang di cetak pada Maret 2019, sebesar Rp 15,05 miliar.
Permata Dibeli Bangkok Bank
Perbankan asal Negeri Gajah Putih memang terlihat begitu agresif membeli bank di Indonesia. Sebelumnya dalam Rapat Umum Pemegang Saham Bangkok Bank (Bangkok Bank Public Company Limited) yang di gelar awal Maret 2020 di Bangkok Thailand, para pemegang member lampi hijau kepada perseroan untuk membeli 89,12% saham PT Bank Permata Tbk (BNLI). Seperti diketahui Bank Permata dimiliki oleh PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank. Lalu pada 23 April 2020, pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUSPLB) Bank Permata, rencana akuisisi saham perseroan oleh Bangkok Bank disetujui oleh pemegang saham Bank Permata.
Menurut Sekretaris Perusahaan Astra International Gita Tiffani Boer, perseroan bersama Standard Chartered dan Bangkok Bank telah menandatangani amendment to conditional sales purchase agreement pada 20 April 2020. Dalam CSPA tersebut transaksi penjualan saham BNLI ditargetkan tuntas sebelum 30 Juni 2020. Seperti diketahui sejak 2018 lalu Standard Chartered memang ingin melepas kepemilikan sahamnya di Bank Permata. Sejumlah korporasi besar pun sempat tertarik untuk membeli BNLI. Sebut saja Bank BRI, DBS Bank bank terbesar di Singapura, lalu ada Bank Oversea-Chinese Banking Corp (OCBC) yang juga asal Singapura dan Sumitomo Mitsui Financial Group Inc (SMBC) asal Jepang. Namun akhirnya saham BNLI berlabuh di Bangkok Bank.
Nama Bangkok Bank baru muncul sebagai kandidat pembeli Bank Permata di akhir tahun 2019. Saat itu Bangkok Bank menandatangani CPSA pada 12 Desember 2019. Dalam perjanjian ini harga saham Bank Permata disepakati seebsar 1,77 kali dari book value. Transaksi harus diselesaikan paling lambat 12 bulan setelah CPSA di tandatangani. Berdasarkan kesepakatan ini harga beli Bank Permata ada di angka Rp37,43 triliun.
Dalam perjalanannya, akibat merosotnya kondisi bisnis global, baik karena perang dagang maupun Virus Corona, pemegang saham lama pun menawarkan diskon harga beli kepada Bangkok Bank. Berdasarkan revisi CPSA yang ditandatanagni 23 April , harga jual Bank Permata menjadi hanya 1,63 kali book value atau totalnya menjadi sekitar Rp34 Triliun. Lebih murah Rp3,43 Triliun, namun penyelesian transaksinya lebih cepat, yakni sebelum 30 Juni 2020. Dari kesepakatan ini, Bangkok Bank berhasil membeli Bank Permata dengan harga lebih murah. Sementara Astra Internasional dan Standard Chartered bakal mendapatkan dana segar lebih cepat dari kesepakatan sebelumnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda