Dihadang Transisi Energi, Sektor Migas Akan Tetap Eksis
Kamis, 20 Januari 2022 - 17:11 WIB
JAKARTA - Kebutuhan minyak dan gas bumi ( migas ) masih akan tetap signifikan meskipun saat ini dunia sedang bergerak menuju transisi energi ke energi baru terbarukan ( EBT ).
Baca juga: Gandeng Mitrabara, Raksasa Energi UEA Siap Ekspansi EBT di RI
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, industri migas masih akan tetap eksis ke depannya. Sektor ini masih menjadi salah satu sumber penerimaan negara sekaligus komponen utama penggerak perekonomian nasional.
"Kalau dibilang perusahaan-perusahaan migas itu bertransisi, ya memang sedikit bertransisi. Namun bottom line mereka tetap di migas. Mereka tetap melakukan eksplorasi di negara-negara yang berpotensi," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Kamis (20/1/2022).
Menurut dia, ada dua sumber energi yang dapat menjadi pilihan dalam masa transisi menuju energi terbarukan di Indonesia. Pertama, gas bumi akan memainkan peran strategis sebagai agen transisi energi. Kedua, energi nuklir.
"Di lapangan-lapangan baru yang sudah produksi sekarang lebih didominasi oleh gas. Yang perlu ditekankan adalah produksi gas di Indonesia ini cukup mahal. Jadi agak sulit bersaing untuk ekspor," ungkapnya.
Di sisi lain, pemanfaatan gas di dalam negeri juga masih belum masif karena infrastruktur yang belum terbangun. Untuk itu, konsumsi domestik harus ditingkatkan sehingga ada pasar yang menarik bagi investor.
"Gap kita masih jauh antara produksi dengan konsumsi. Jadi untuk meningkatkan demand dari dalam negeri 2-3 kali lipat itu masih bisa dicukupi oleh produksi gas yang kita produksi saat ini," jelasnya.
Sementara itu, minyak bumi juga masih punya peranan penting untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Meski secara persentase dalam bauran energi menurun, tetapi volume minyak bumi yang dibutuhkan akan terus meningkat.
"Minyak pun masih dibutuhkan. Walaupun gas itu sebagai transisi energi yang paling bagus, tetapi di satu sisi minyak pun dibutuhkan untuk industri petrokimia," tandasnya.
Baca juga: Gandeng Mitrabara, Raksasa Energi UEA Siap Ekspansi EBT di RI
Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas (Aspermigas) Moshe Rizal mengatakan, industri migas masih akan tetap eksis ke depannya. Sektor ini masih menjadi salah satu sumber penerimaan negara sekaligus komponen utama penggerak perekonomian nasional.
"Kalau dibilang perusahaan-perusahaan migas itu bertransisi, ya memang sedikit bertransisi. Namun bottom line mereka tetap di migas. Mereka tetap melakukan eksplorasi di negara-negara yang berpotensi," ujarnya dalam Market Review IDX Channel, Kamis (20/1/2022).
Menurut dia, ada dua sumber energi yang dapat menjadi pilihan dalam masa transisi menuju energi terbarukan di Indonesia. Pertama, gas bumi akan memainkan peran strategis sebagai agen transisi energi. Kedua, energi nuklir.
"Di lapangan-lapangan baru yang sudah produksi sekarang lebih didominasi oleh gas. Yang perlu ditekankan adalah produksi gas di Indonesia ini cukup mahal. Jadi agak sulit bersaing untuk ekspor," ungkapnya.
Di sisi lain, pemanfaatan gas di dalam negeri juga masih belum masif karena infrastruktur yang belum terbangun. Untuk itu, konsumsi domestik harus ditingkatkan sehingga ada pasar yang menarik bagi investor.
"Gap kita masih jauh antara produksi dengan konsumsi. Jadi untuk meningkatkan demand dari dalam negeri 2-3 kali lipat itu masih bisa dicukupi oleh produksi gas yang kita produksi saat ini," jelasnya.
Sementara itu, minyak bumi juga masih punya peranan penting untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Meski secara persentase dalam bauran energi menurun, tetapi volume minyak bumi yang dibutuhkan akan terus meningkat.
"Minyak pun masih dibutuhkan. Walaupun gas itu sebagai transisi energi yang paling bagus, tetapi di satu sisi minyak pun dibutuhkan untuk industri petrokimia," tandasnya.
(uka)
tulis komentar anda