Saatnya Mengolah Hasil Tambang
Selasa, 25 Januari 2022 - 11:03 WIB
Langkah ini untuk melihat seberapa besar komoditas tersebut memiliki nilai, khususnya bagi Indonesia dan pasar global yang akan menjadi bargaining power untuk transfer teknologi atau kekuatan politik. “Jika value komoditas kita besar dan dapat memberikan kekuatan geopolitik, misalnya komoditas tambang atau migas yang tidak semua negara memiliki dan sifat komoditas tersebut tidak terbarukan, maka kebijakan manajeman produksi komoditas Indonesia mengarah kepada stockpiling market management,” kata Yayan.
Dia menambahkan, konsep ini artinya selama komoditas tersebut cepat habis dan memiliki nilai, maka harus menjaga cadangan dari komoditas tersebut agar tidak cepat habis dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. “Akan tetapi, kebijakan manajemen sumber daya alam kita pada saat ini cenderung untuk eksploitasi sumber daya” tukasnya.
Strategi lain yang bisa dilakukan adalah menerapkan konsep weak sustainability. Maksudnya, dengan cara mensubtitusi sumber daya yang hilang dengan sumber daya lain yang bisa memiliki nilai tambah yang sama.Akan tetapi, jika kebijakan pengelolaan sumber daya alam tidak ke arah keduanya maka akan lebih baik apabila menggunakan sumber daya yang memberikan multiplier effect ke seluruh pelaku ekonomi.“Misalnya eksploitas mineral itu akan menumbuhkan sektor turunan baik hilir atau hulu dengan multiplier effect di atas 3 atau 4 kali lipat dari industri tersebut,” katanya.
Dia berpendapat, apabila larangan ekspor seperti yang ditetapkan pemerintah saat ini bersifat stockpiling management untuk kepentingan masyarakat, hal itu sangat baik karena akan memberikan geopolitical power ke negara lain.
“Akan tetapi, jika kebijakan ini tidak didukung dengan pengembangan industri domestik itu tidak terlalu baik, justru akan memberikam dampak negatif misal adanya tindakan ilegal lainnya karena penciptaan multiplier effect di domestik tidak berkembang,” katanya.
Menurut Yayan, untuk mengakselerasi pemanfaatan sumber daya alam mineral agar industri di dalam negeri tumbuh, kuncinya adalah kolaborasi dan transfer teknologi. Kolaborasi global ini dapat dengan menjadikan sebagai upaya agar ada transfer teknologi dengan melakukan joint investment agar pengembangan industri bisa beriringan dengan industri domestik.
“Jangan sampai seperti sumber daya migas seperti dahulu di mana transfer teknologinya sangat terbatas, dan mereka mau transfer ketika sumberdaya kita mendekati marjinal” tegasnya.
Dia menambahkan, konsep ini artinya selama komoditas tersebut cepat habis dan memiliki nilai, maka harus menjaga cadangan dari komoditas tersebut agar tidak cepat habis dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. “Akan tetapi, kebijakan manajemen sumber daya alam kita pada saat ini cenderung untuk eksploitasi sumber daya” tukasnya.
Strategi lain yang bisa dilakukan adalah menerapkan konsep weak sustainability. Maksudnya, dengan cara mensubtitusi sumber daya yang hilang dengan sumber daya lain yang bisa memiliki nilai tambah yang sama.Akan tetapi, jika kebijakan pengelolaan sumber daya alam tidak ke arah keduanya maka akan lebih baik apabila menggunakan sumber daya yang memberikan multiplier effect ke seluruh pelaku ekonomi.“Misalnya eksploitas mineral itu akan menumbuhkan sektor turunan baik hilir atau hulu dengan multiplier effect di atas 3 atau 4 kali lipat dari industri tersebut,” katanya.
Dia berpendapat, apabila larangan ekspor seperti yang ditetapkan pemerintah saat ini bersifat stockpiling management untuk kepentingan masyarakat, hal itu sangat baik karena akan memberikan geopolitical power ke negara lain.
“Akan tetapi, jika kebijakan ini tidak didukung dengan pengembangan industri domestik itu tidak terlalu baik, justru akan memberikam dampak negatif misal adanya tindakan ilegal lainnya karena penciptaan multiplier effect di domestik tidak berkembang,” katanya.
Menurut Yayan, untuk mengakselerasi pemanfaatan sumber daya alam mineral agar industri di dalam negeri tumbuh, kuncinya adalah kolaborasi dan transfer teknologi. Kolaborasi global ini dapat dengan menjadikan sebagai upaya agar ada transfer teknologi dengan melakukan joint investment agar pengembangan industri bisa beriringan dengan industri domestik.
“Jangan sampai seperti sumber daya migas seperti dahulu di mana transfer teknologinya sangat terbatas, dan mereka mau transfer ketika sumberdaya kita mendekati marjinal” tegasnya.
(ynt)
Lihat Juga :
tulis komentar anda