55 Perusahaan Ditargetkan IPO Tahun Ini, Katanya Bakal Ada Unicorn
Selasa, 08 Februari 2022 - 13:50 WIB
JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) optimis terhadap kinerja pasar modal pada tahun ini. Dari sisi pencatatan perdana saham ( IPO ), BEI menargetkan 55 emiten baru yang menariknya akan ada Unicorn yang melantai di pasar modal.
Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi mengatakan, angka target IPO saham baru di tahun 2022 tersebut ditetapkan dengan melihat pencapaian yang sangat baik dalam waktu beberapa tahun terakhir.
"Misalnya di 2019 tercatat sebanyak 55 perusahaan, kemudian tahun berikutnya 2020 ada 51 perusahaan, dan tahun lalu kita mencatatkan 54 perusahaan. Angka pencapaian dalam beberapa tahun ini adalah angka yang tertinggi jika dibandingkan antara bursa-bursa di ASEAN," ujar Hasan dalam Market Review IDX, Selasa (8/2/2022).
Untuk kondisi tahun ini, meski mencanangkan 55 perusahaan baru, BEI harus realistis karena di satu sisi masih terdapat tantangan bagi banyak korporasi untuk menangani dampak akibat dari pandemi Covid-19 dalam mencari sumber pendanaan.
"Salah satunya kita tawarkan melalui pencatatan saham IPO di pasar modal kita, tapi di sisi lain kita cukup optimis karena kita lihat ada perkembangan kondisi new normal kita yang terlihat semakin kondusif," katanya.
BEI juga melihat bahwa pemulihan ekonomi nasional juga menjadi fokus pemerintah dan terus menunjukkan hasil yang sangat baik.
"Tentu ini semua kita harapkan menjadi driver yang nanti akan mendorong minat korporasi untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, guna memastikan selain keberlangsungan bisnisnya juga mereka mendapat menggunakan dana yang digalang ini untuk melakukan lebih jauh ekspansi bisnisnya dan mendorong pertumbuhan bisnisnya ke depan," jelas Hasan.
Hasan menambahkan, bahwa terdapat beberapa kemungkinan tantangan yang harus diantisipasi dan kelola dengan baik. Misalnya ada potensi perkembangan pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19 yang harus terus berlangsung, serta potensi terus munculnya varian baru dari Covid-19 yang mengganggu proses recovery.
"Tantangan berikutnya kita melihat semakin tingginya minat investor ritel domestik kita untuk mulai berinvestasi di tengah maraknya penggunaan media sosial dan teknologi informasi," kata dia.
Tantangan lainnya ada serangan cyber, tuntutan dari investor yang ramah ESG, dan isu global dari kebijakan bank sentral.
Direktur Pengembangan BEI, Hasan Fawzi mengatakan, angka target IPO saham baru di tahun 2022 tersebut ditetapkan dengan melihat pencapaian yang sangat baik dalam waktu beberapa tahun terakhir.
"Misalnya di 2019 tercatat sebanyak 55 perusahaan, kemudian tahun berikutnya 2020 ada 51 perusahaan, dan tahun lalu kita mencatatkan 54 perusahaan. Angka pencapaian dalam beberapa tahun ini adalah angka yang tertinggi jika dibandingkan antara bursa-bursa di ASEAN," ujar Hasan dalam Market Review IDX, Selasa (8/2/2022).
Untuk kondisi tahun ini, meski mencanangkan 55 perusahaan baru, BEI harus realistis karena di satu sisi masih terdapat tantangan bagi banyak korporasi untuk menangani dampak akibat dari pandemi Covid-19 dalam mencari sumber pendanaan.
"Salah satunya kita tawarkan melalui pencatatan saham IPO di pasar modal kita, tapi di sisi lain kita cukup optimis karena kita lihat ada perkembangan kondisi new normal kita yang terlihat semakin kondusif," katanya.
BEI juga melihat bahwa pemulihan ekonomi nasional juga menjadi fokus pemerintah dan terus menunjukkan hasil yang sangat baik.
"Tentu ini semua kita harapkan menjadi driver yang nanti akan mendorong minat korporasi untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia, guna memastikan selain keberlangsungan bisnisnya juga mereka mendapat menggunakan dana yang digalang ini untuk melakukan lebih jauh ekspansi bisnisnya dan mendorong pertumbuhan bisnisnya ke depan," jelas Hasan.
Hasan menambahkan, bahwa terdapat beberapa kemungkinan tantangan yang harus diantisipasi dan kelola dengan baik. Misalnya ada potensi perkembangan pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19 yang harus terus berlangsung, serta potensi terus munculnya varian baru dari Covid-19 yang mengganggu proses recovery.
"Tantangan berikutnya kita melihat semakin tingginya minat investor ritel domestik kita untuk mulai berinvestasi di tengah maraknya penggunaan media sosial dan teknologi informasi," kata dia.
Tantangan lainnya ada serangan cyber, tuntutan dari investor yang ramah ESG, dan isu global dari kebijakan bank sentral.
(akr)
tulis komentar anda