Konflik Rusia-Ukraina Picu Kenaikan Harga BBM dan LPG
Selasa, 08 Maret 2022 - 17:17 WIB
Dia melanjutkan, meski harga melesat, tapi Pertamina memastikan terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan seluruh stakeholder agar pasokan BBM dan LPG tetap aman dan selalu tersedia. "Kami berupaya menjaga agar tidak terjadi kelangkaan," sambungnya.
Menghadapi bulan suci Ramadan, di mana stok konsumsi BBM dan LPG biasanya melonjak dibandingkan dengan hari normal, Pertamina sudah menyiapkan tambahan pasokan. Meski demikian, pihaknya tetap meminta kepada Kepolisian dan Pemda untuk melakukan pengawasan pendistribusian BBM dan LPG agar tidak ada oknum yang memanfaatkan kesempatan.
"Mari sama-sama meningkatkan kewaspadaan karena di dalam Perpres juga diatur bahwa tanpa perintah pun, Kepolisian dan Dinas terkait bisa melakukan sidak kepada oknum yang diduga memanfaatkan situasi dengan menimbun," ajak Taufiq.
Sebelumnya, naiknya harga LPG 5,5 Kg dan 12 Kg juga disebut-sebut berpotensi mengalihkan konsumen ke LPG 3 Kg. Meski demikian, sejak terjadi kenaikan harga, konsumsi LPG 5,5 Kg dan 12 Kg masih normal.
"Ada opini bahwa masyarakat bisa saja beralih ke LPG 3 Kg, tapi pantauan data kami itu konsumsi Bright Gas masih bertahan di 12-15 persen per hari, jadi sama dengan normal harian. Jadi tidak mengalami penurunan konsumsi. Jadi menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat non subsidi ini loyal," sebut Taufiq.
Ekonom Universitas Hasanuddin, Hamid Paddu, menguraikan harga sejumlah komoditas, seperti minyak hingga hasil tambang memang telah melesat naik sejak akhir tahun 2021 lalu. Lalu diperparah dengan konflik Rusia dengan Ukraina.
"Dengan adanya perang Rusia-Ukraina , suplai minyak mentah mulai terganggu. Karena suplai terganggu, otomatis hukum pasar berlaku, akan lebih tinggi lagi harganya," sebut Hamid.
Dia melanjutkan, harga BBM utamanya nonsubsidi di Tanah Air sangat tergantung dengan harga minyak mentah dunia. Karena BBM yang dikonsumsi di Indonesia sangat tinggi kandungan impornya.
Artinya, bahan baku minyak yang dihasilkan di Indonesia memiliki kandungan oktan yang lebih rendah sehingga diekspor ke negara lain sebagai campuran. Meki demikian, sebagian minyak dengan oktan rendah tersebut tetap dipakai di Indonesia tapi lebih banyak campuran minyak mentah dengan oktan tinggi yang berasal dari luar negeri.
Menghadapi bulan suci Ramadan, di mana stok konsumsi BBM dan LPG biasanya melonjak dibandingkan dengan hari normal, Pertamina sudah menyiapkan tambahan pasokan. Meski demikian, pihaknya tetap meminta kepada Kepolisian dan Pemda untuk melakukan pengawasan pendistribusian BBM dan LPG agar tidak ada oknum yang memanfaatkan kesempatan.
"Mari sama-sama meningkatkan kewaspadaan karena di dalam Perpres juga diatur bahwa tanpa perintah pun, Kepolisian dan Dinas terkait bisa melakukan sidak kepada oknum yang diduga memanfaatkan situasi dengan menimbun," ajak Taufiq.
Sebelumnya, naiknya harga LPG 5,5 Kg dan 12 Kg juga disebut-sebut berpotensi mengalihkan konsumen ke LPG 3 Kg. Meski demikian, sejak terjadi kenaikan harga, konsumsi LPG 5,5 Kg dan 12 Kg masih normal.
"Ada opini bahwa masyarakat bisa saja beralih ke LPG 3 Kg, tapi pantauan data kami itu konsumsi Bright Gas masih bertahan di 12-15 persen per hari, jadi sama dengan normal harian. Jadi tidak mengalami penurunan konsumsi. Jadi menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat non subsidi ini loyal," sebut Taufiq.
Ekonom Universitas Hasanuddin, Hamid Paddu, menguraikan harga sejumlah komoditas, seperti minyak hingga hasil tambang memang telah melesat naik sejak akhir tahun 2021 lalu. Lalu diperparah dengan konflik Rusia dengan Ukraina.
"Dengan adanya perang Rusia-Ukraina , suplai minyak mentah mulai terganggu. Karena suplai terganggu, otomatis hukum pasar berlaku, akan lebih tinggi lagi harganya," sebut Hamid.
Dia melanjutkan, harga BBM utamanya nonsubsidi di Tanah Air sangat tergantung dengan harga minyak mentah dunia. Karena BBM yang dikonsumsi di Indonesia sangat tinggi kandungan impornya.
Artinya, bahan baku minyak yang dihasilkan di Indonesia memiliki kandungan oktan yang lebih rendah sehingga diekspor ke negara lain sebagai campuran. Meki demikian, sebagian minyak dengan oktan rendah tersebut tetap dipakai di Indonesia tapi lebih banyak campuran minyak mentah dengan oktan tinggi yang berasal dari luar negeri.
tulis komentar anda