Konflik Rusia-Ukraina Picu Kenaikan Harga BBM dan LPG

Selasa, 08 Maret 2022 - 17:17 WIB
loading...
Konflik Rusia-Ukraina...
PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi membenarkan naiknya harga BBM dan LPG akibat konflik alias perang antara Rusia vs Ukraina yang tengah berkecamuk. Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
MAKASSAR - PT Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi membenarkan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau Elpiji Non Subsidi. Perubahan harga tersebut resmi berlaku sejak 3 Maret 2022 lalu.

Senior Supervisor Communication & Relation Pertamina Patra Niaga Regional Sulawesi, Taufiq Kurniawan, menjelaskan BBM yang mengalami kenaikan harga adalah jenis dengan konsumsi yang paling rendah, yaitu Pertamax Turbo, Dexlite, dan Pertamina Dex.

Konsumsi Pertamax Turbo di Sulsel hanya sekitar 1 persen saja khusus sektor gasoline. Sedangkan Pertamina Dex dan Dexlite di kisaran 10 persen dari sektor mesin diesel. Saat ini, harga Pertamax Turbo menjadi Rp14.800 per liter, Dexlite Rp13.250 per liter, dan Pertamina Dex Rp14.000 per liter.

Sedangkan untuk jenis Elpiji yang mengalami kenaikan harga adalah 5,5 kilogram (Kg) dan 12 Kg. Rinciannya, harga LPG 5,5 Kg menjadi Rp91 ribu, sedangkan LPG 12 Kg menjadi Rp189 ribu.



Menurut Taufiq, naiknya harga BBM dan LPG dipicu oleh konflik yang terjadi antara Rusia dengan Ukraina . Ketegangan yang terjadi antara dua negara tersebut mengakibatkan distribusi minyak mentah dunia terganggu sehingga berdampak pada ketidakstabilan suplai.

Hukum pasar pun tidak bisa terelakkan. Suplai yang tidak stabil tidak mampu memenuhi seluruh permintaan sehingga mengakibatkan harga minyak mentah dunia melesat tinggi. Indonesia sebagai salah satu negara konsumen turut terdampak.

BBM jenis Pertamax yang saat ini masih harga normal pun berpotensi turut mengalami kenaikan harga jika ketegangan antara Rusia dengan Ukraina belum mereda.

"Sesuai dengan Peraturan Presiden, tertuang bahwa Pertamina bisa menyesuaikan dengan harga minyak dunia. Kami mengimbau kepada masyarakat untuk beradaptasi dengan harga yang fluktuatif, karena sangat tergantung dengan harga minyak mentah dunia. Tapi berpeluang turun jika harga minyak dunia juga sudah turun," jelas Taufiq, Selasa (8/3/2022).

Dia melanjutkan, meski harga melesat, tapi Pertamina memastikan terus berkoordinasi dengan Pemerintah dan seluruh stakeholder agar pasokan BBM dan LPG tetap aman dan selalu tersedia. "Kami berupaya menjaga agar tidak terjadi kelangkaan," sambungnya.

Menghadapi bulan suci Ramadan, di mana stok konsumsi BBM dan LPG biasanya melonjak dibandingkan dengan hari normal, Pertamina sudah menyiapkan tambahan pasokan. Meski demikian, pihaknya tetap meminta kepada Kepolisian dan Pemda untuk melakukan pengawasan pendistribusian BBM dan LPG agar tidak ada oknum yang memanfaatkan kesempatan.

"Mari sama-sama meningkatkan kewaspadaan karena di dalam Perpres juga diatur bahwa tanpa perintah pun, Kepolisian dan Dinas terkait bisa melakukan sidak kepada oknum yang diduga memanfaatkan situasi dengan menimbun," ajak Taufiq.

Sebelumnya, naiknya harga LPG 5,5 Kg dan 12 Kg juga disebut-sebut berpotensi mengalihkan konsumen ke LPG 3 Kg. Meski demikian, sejak terjadi kenaikan harga, konsumsi LPG 5,5 Kg dan 12 Kg masih normal.

"Ada opini bahwa masyarakat bisa saja beralih ke LPG 3 Kg, tapi pantauan data kami itu konsumsi Bright Gas masih bertahan di 12-15 persen per hari, jadi sama dengan normal harian. Jadi tidak mengalami penurunan konsumsi. Jadi menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat non subsidi ini loyal," sebut Taufiq.



Ekonom Universitas Hasanuddin, Hamid Paddu, menguraikan harga sejumlah komoditas, seperti minyak hingga hasil tambang memang telah melesat naik sejak akhir tahun 2021 lalu. Lalu diperparah dengan konflik Rusia dengan Ukraina.

"Dengan adanya perang Rusia-Ukraina , suplai minyak mentah mulai terganggu. Karena suplai terganggu, otomatis hukum pasar berlaku, akan lebih tinggi lagi harganya," sebut Hamid.

Dia melanjutkan, harga BBM utamanya nonsubsidi di Tanah Air sangat tergantung dengan harga minyak mentah dunia. Karena BBM yang dikonsumsi di Indonesia sangat tinggi kandungan impornya.

Artinya, bahan baku minyak yang dihasilkan di Indonesia memiliki kandungan oktan yang lebih rendah sehingga diekspor ke negara lain sebagai campuran. Meki demikian, sebagian minyak dengan oktan rendah tersebut tetap dipakai di Indonesia tapi lebih banyak campuran minyak mentah dengan oktan tinggi yang berasal dari luar negeri.

"Sehingga ketika harga minyak dunia bergerak, otomatis harga BBM non subsidi pasti akan bergerak karena mekanisme pasar, kecuali yang disubsidi pemerintah tentu akan ada penyesuaian," pungkas Hamid.

(tri)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1719 seconds (0.1#10.140)