Harga CPO Dunia Terus Meroket, RI Batasi Ekspor Demi Jaga Pasokan Dalam Negeri
Rabu, 09 Maret 2022 - 14:25 WIB
JAKARTA - Harga minyak mentah/ crude palm oil (CPO) mengalami kenaikan pada perdagangan Rabu siang (9/3/2022). Kenaikan ini terjadi setelah merosot lebih dari 3% pada sesi sebelumnya, dipengaruhi oleh aksi profit taking.
Berdasarkan data Bursa Derivatif Malaysia hingga pukul 13:31 WIB, harga CPO kontrak Maret 2022 naik 1,38% di MYR7.100 per ton. CPO kontrak April 2022 menguat 1,27% di MYR6.900 per ton, dan kontrak teraktif Mei 2022 melesat 1,20% di MYR6.493 per ton.
Sebagai informasi, produsen utama CPO dunia Indonesia meningkatkan kapasitas Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 30% dari yang sebelumya 20 persen. Aturan ini mulai berlaku besok, Kamis (10/3/2022).
"Kebijakan DMO dan DPO tetap menjadi kewajiban para eksportir CPO , produk turunan CPO, dan biodiesel. Kami akan mengeluarkan peraturan baru terkait DMO ini. Akan kami naikkan dari 20 persen menjadi 30 persen mulai besok pagi," ujar Mendag Lutfi dalam konferensi pers, Rabu (9/3/2022).
Lutfi menegaskan kebijakan terbaru ini adalah kebijakan jangka panjang yang bertujuan untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di pasaran, mengingat tingginya kebutuhan di dalam negeri.
Selain kabar dari Indonesia, kenaikan harga CPO juga didukung oleh lonjakan minyak nabati di bursa Dalian China. Harga minyak kedelai di China naik 0,82%, sedangkan kontrak CPOnya juga melonjak 1,53%. Sementara harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,18%.
Adapun perang antara Rusia dan Ukraina juga mengganggu pasokan pengiriman minyak bunga matahari dari Ukraina ke Uni Eropa yang biasanya mewakili sekitar 200.000 ton per bulan.
Sebagai informasi kemarin, harga CPO mengakhiri perdagangan turun di MYR 6.416/ton, namun harga CPO kembali naik hari ini. Melansir Reuters, harga CPO yang turun dapat disebabkan oleh aksi ambil untung para investor dan permintaan terhadap minyak nabati lain lebih banyak dibandingkan dengan pemintaan CPO.
Harga CPO telah naik sebanyak 64,07% secara tahunan, walaupun masih drop 2,10% secara mingguan. Faktor kenaikan disebabkan oleh produksi yang lambat, pembatasan ekspor oleh produsen CPO terbesar yaitu Indonesia.
Ditambah kekhawatiran pasokan minyak biji bunga matahari sebagai alternatif minyak selain CPO karena konflik yang kian memanas antara Rusia-Ukraina.
Berdasarkan data Bursa Derivatif Malaysia hingga pukul 13:31 WIB, harga CPO kontrak Maret 2022 naik 1,38% di MYR7.100 per ton. CPO kontrak April 2022 menguat 1,27% di MYR6.900 per ton, dan kontrak teraktif Mei 2022 melesat 1,20% di MYR6.493 per ton.
Sebagai informasi, produsen utama CPO dunia Indonesia meningkatkan kapasitas Domestic Market Obligation (DMO) sebesar 30% dari yang sebelumya 20 persen. Aturan ini mulai berlaku besok, Kamis (10/3/2022).
"Kebijakan DMO dan DPO tetap menjadi kewajiban para eksportir CPO , produk turunan CPO, dan biodiesel. Kami akan mengeluarkan peraturan baru terkait DMO ini. Akan kami naikkan dari 20 persen menjadi 30 persen mulai besok pagi," ujar Mendag Lutfi dalam konferensi pers, Rabu (9/3/2022).
Lutfi menegaskan kebijakan terbaru ini adalah kebijakan jangka panjang yang bertujuan untuk menjaga stabilitas harga minyak goreng di pasaran, mengingat tingginya kebutuhan di dalam negeri.
Selain kabar dari Indonesia, kenaikan harga CPO juga didukung oleh lonjakan minyak nabati di bursa Dalian China. Harga minyak kedelai di China naik 0,82%, sedangkan kontrak CPOnya juga melonjak 1,53%. Sementara harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade naik 0,18%.
Adapun perang antara Rusia dan Ukraina juga mengganggu pasokan pengiriman minyak bunga matahari dari Ukraina ke Uni Eropa yang biasanya mewakili sekitar 200.000 ton per bulan.
Sebagai informasi kemarin, harga CPO mengakhiri perdagangan turun di MYR 6.416/ton, namun harga CPO kembali naik hari ini. Melansir Reuters, harga CPO yang turun dapat disebabkan oleh aksi ambil untung para investor dan permintaan terhadap minyak nabati lain lebih banyak dibandingkan dengan pemintaan CPO.
Harga CPO telah naik sebanyak 64,07% secara tahunan, walaupun masih drop 2,10% secara mingguan. Faktor kenaikan disebabkan oleh produksi yang lambat, pembatasan ekspor oleh produsen CPO terbesar yaitu Indonesia.
Ditambah kekhawatiran pasokan minyak biji bunga matahari sebagai alternatif minyak selain CPO karena konflik yang kian memanas antara Rusia-Ukraina.
(akr)
tulis komentar anda