Riset: Masyarakat Rugi Rp3,38 Triliun Gara-gara Krisis Minyak Goreng
Minggu, 13 Maret 2022 - 07:55 WIB
JAKARTA - Masyarakat dan pedagang mengeluhkan harga minyak goreng yang merangkak naik sejak 2021 dan berlanjut pada kelangkaan minyak goreng murah di awal tahun ini.
Tercatat di akhir tahun lalu harga minyak goreng melambung hingga tembus Rp20.000 per liter. Pemerintah berupaya meredam dengan menggelontorkan skema subsidi melalui program minyak goreng satu harga, namun ternyata masyarakat malah kesulitan mendapatkan minyak goreng murah seharga Rp14.000 per liter.
Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) memperkirakan kerugian ekonomi yang ditanggung oleh masyarakat akibat krisis lonjakan harga minyak goreng mencapai Rp3,38 triliun.
Kerugian itu terakumulasi dari dua periode kenaikan yaitu Rp0,98 triliun pada periode April-September 2021 dan Rp2,4 triliun pada periode Oktober 2021-19 Januari 2022.
Estimasi kerugian masyarakat ini diperoleh dengan menjadikan harga rata-rata minyak goreng periode Januari-Maret 2021 sebagai baseline-nya, di mana harga minyak goreng masih normal.
“Estimasi kerugian ini masih konservatif, karena belum memperhitungkan periode pasca 19 Januari 2022. Meski pasca 19 Januari 2022 harga minyak goreng secara resmi turun, namun pasokan minyak goreng murah ini sangat terbatas bahkan tidak tersedia di banyak tempat,” kata Direktur Ideas Yusuf Wibisono dalam keterangannya, dikutip Minggu (13/3/2022).
Dia melanjutkan, jika selama periode kelangkaan minyak goreng yang terjadi pasca kebijakan harga eceran tertinggi (HET) masyarakat berupaya mempertahankan konsumsi minyak gorengnya dengan terpaksa membeli lebih mahal dari HET, maka kerugian masyarakat akan jauh lebih besar lagi.
“Kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng ini sangat ironis karena Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pada 2020, luas perkebunan kelapa sawit telah menembus 14,5 juta hektar dengan produksi minyak sawit mentah (CPO/crude palm oil) di kisaran 45 juta ton,” bebernya.
Tercatat di akhir tahun lalu harga minyak goreng melambung hingga tembus Rp20.000 per liter. Pemerintah berupaya meredam dengan menggelontorkan skema subsidi melalui program minyak goreng satu harga, namun ternyata masyarakat malah kesulitan mendapatkan minyak goreng murah seharga Rp14.000 per liter.
Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (Ideas) memperkirakan kerugian ekonomi yang ditanggung oleh masyarakat akibat krisis lonjakan harga minyak goreng mencapai Rp3,38 triliun.
Kerugian itu terakumulasi dari dua periode kenaikan yaitu Rp0,98 triliun pada periode April-September 2021 dan Rp2,4 triliun pada periode Oktober 2021-19 Januari 2022.
Estimasi kerugian masyarakat ini diperoleh dengan menjadikan harga rata-rata minyak goreng periode Januari-Maret 2021 sebagai baseline-nya, di mana harga minyak goreng masih normal.
“Estimasi kerugian ini masih konservatif, karena belum memperhitungkan periode pasca 19 Januari 2022. Meski pasca 19 Januari 2022 harga minyak goreng secara resmi turun, namun pasokan minyak goreng murah ini sangat terbatas bahkan tidak tersedia di banyak tempat,” kata Direktur Ideas Yusuf Wibisono dalam keterangannya, dikutip Minggu (13/3/2022).
Dia melanjutkan, jika selama periode kelangkaan minyak goreng yang terjadi pasca kebijakan harga eceran tertinggi (HET) masyarakat berupaya mempertahankan konsumsi minyak gorengnya dengan terpaksa membeli lebih mahal dari HET, maka kerugian masyarakat akan jauh lebih besar lagi.
“Kenaikan harga dan kelangkaan minyak goreng ini sangat ironis karena Indonesia adalah produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Pada 2020, luas perkebunan kelapa sawit telah menembus 14,5 juta hektar dengan produksi minyak sawit mentah (CPO/crude palm oil) di kisaran 45 juta ton,” bebernya.
tulis komentar anda