RI Bakal Punya Industri Petrokimia Terbesar di Dunia, Hasilkan Rp1.000 Triliun untuk Negara
Jum'at, 18 Maret 2022 - 08:38 WIB
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan, Indonesia akan memiliki industri petrokimia terbesar di kawasan ekonomi hijau di Kalimantan Utara (Kaltara).
Menurut dia, industri tersebut saat ini tengah dikembangkan dan akan menghasilkan pemasukan bagi negara hingga total USD67 miliiar atau setara Rp1.000 triliun.
“Kita (Indonesia) ini ke depan akan memiliki the largest petrochemical industry di dunia dan itu akan membuat outcome USD67 miliar,” kata Luhut di Jakarta, dikutip Jumat (18/3/2022).
Adapun industri hilirisasi petrokimia yang telah dikembangkan yaitu di kawasan ekonomi Kalimantan Utara yang luasnya mencapai 30 hektare. Luhut menyebut pembangunan industri petrokimia membutuhkan investasi sebesar USD56 miliar.
“Tak hanya industri petrokimia, kawasan bernama Green Industrial Park ini bakal memproduksi beragam produk bernilai tambah tinggi, seperti aluminium dan semikonduktor. Pengembangan kawasan ekonomi hijau secara keseluruhan memerlukan modal USD132 miliar sampai 2029,” paparnya.
Pemerintah telah menyediakan sejumlah kerja sama dengan menetapkan program dan ketentuan nilai ekonomi karbon yang bekerjasama dengan berbagai negara khususnya energi terbarukan.
“Kita kaya sekali sebenarnya. Kita sebenarnya untuk Indonesia punya itu semua dan transisi ini akan terus jalan dan kita akan buat showcase di G20, tidak hanya bicara dan wacana-wacana saja,” tukasnya.
Menurut dia, industri tersebut saat ini tengah dikembangkan dan akan menghasilkan pemasukan bagi negara hingga total USD67 miliiar atau setara Rp1.000 triliun.
“Kita (Indonesia) ini ke depan akan memiliki the largest petrochemical industry di dunia dan itu akan membuat outcome USD67 miliar,” kata Luhut di Jakarta, dikutip Jumat (18/3/2022).
Adapun industri hilirisasi petrokimia yang telah dikembangkan yaitu di kawasan ekonomi Kalimantan Utara yang luasnya mencapai 30 hektare. Luhut menyebut pembangunan industri petrokimia membutuhkan investasi sebesar USD56 miliar.
“Tak hanya industri petrokimia, kawasan bernama Green Industrial Park ini bakal memproduksi beragam produk bernilai tambah tinggi, seperti aluminium dan semikonduktor. Pengembangan kawasan ekonomi hijau secara keseluruhan memerlukan modal USD132 miliar sampai 2029,” paparnya.
Baca Juga
Pemerintah telah menyediakan sejumlah kerja sama dengan menetapkan program dan ketentuan nilai ekonomi karbon yang bekerjasama dengan berbagai negara khususnya energi terbarukan.
“Kita kaya sekali sebenarnya. Kita sebenarnya untuk Indonesia punya itu semua dan transisi ini akan terus jalan dan kita akan buat showcase di G20, tidak hanya bicara dan wacana-wacana saja,” tukasnya.
(ind)
tulis komentar anda