Jeritan Pedagang Daging Sapi Jelang Puasa, Harga Tinggi Pembeli Lari
Sabtu, 26 Maret 2022 - 16:30 WIB
JAKARTA - Sejumlah pedagang daging sapi mengeluhkan kenaikan harga di pasaran berimbas cukup tajam terhadap para pelanggan mereka. Penjual daging bernama Madin mengaku, para pembeli mulai sepi justru saat mendekati bulan puasa, terlebih didorong oleh harga yang tinggi.
"Pembeli sudah jauh berkurang, jauh sekali. Kalau dulu berkurangnya masih setengah, kalau sekarang tinggal seperempat saja (pembelinya)," kata pria berusia 68 tahun itu di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, Sabtu (26/3/2022).
Madin menjual harga daging sapi berkisar antara Rp130 ribu per kilogram (kg) hingga Rp140 ribu/kg. Pedagang senior yang telah berjualan sejak 1980 itu memprediksi harga bisa melonjak ke Rp150 ribu/kg - Rp160 ribu/kg memasuki awal puasa.
"Pasti naik kalo puasa, biasanya naiknya 5 ribu sampai Rp10 ribu, kalau lebaran kira kira Rp160 ribu," terangnya.
Sambung dia bercerita sesama pedagang mulai berhenti berjualan karena permintaan yang lemah membuat stok yang mereka beli di harga mahal tidak kunjung laku.
Senada, Asep yang menjual daging sapi lokal merasa dirugikan ketika harga yang tinggi membuat pelanggannya pergi, terlebih ketika tidak ada pelanggan baik dari pelaku usaha maupun rumah tangga.
"Kios di sebelah itu kebanyakan mereka tidak punya pelanggan, harga yang tinggi, konsumen tidak mau beli. Itu dampak yang kami rasakan," ujar pria umur 42 tahun itu.
"Pembeli sudah jauh berkurang, jauh sekali. Kalau dulu berkurangnya masih setengah, kalau sekarang tinggal seperempat saja (pembelinya)," kata pria berusia 68 tahun itu di Pasar Jaya Gondangdia, Jakarta Pusat, Sabtu (26/3/2022).
Baca Juga
Madin menjual harga daging sapi berkisar antara Rp130 ribu per kilogram (kg) hingga Rp140 ribu/kg. Pedagang senior yang telah berjualan sejak 1980 itu memprediksi harga bisa melonjak ke Rp150 ribu/kg - Rp160 ribu/kg memasuki awal puasa.
"Pasti naik kalo puasa, biasanya naiknya 5 ribu sampai Rp10 ribu, kalau lebaran kira kira Rp160 ribu," terangnya.
Sambung dia bercerita sesama pedagang mulai berhenti berjualan karena permintaan yang lemah membuat stok yang mereka beli di harga mahal tidak kunjung laku.
Senada, Asep yang menjual daging sapi lokal merasa dirugikan ketika harga yang tinggi membuat pelanggannya pergi, terlebih ketika tidak ada pelanggan baik dari pelaku usaha maupun rumah tangga.
"Kios di sebelah itu kebanyakan mereka tidak punya pelanggan, harga yang tinggi, konsumen tidak mau beli. Itu dampak yang kami rasakan," ujar pria umur 42 tahun itu.
(akr)
tulis komentar anda