Bagaimana Jika Rusia Stop Pasokan Gas ke Eropa? Ini Fakta dan Prediksinya
Rabu, 30 Maret 2022 - 17:20 WIB
Komisi Eropa menyatakan pihaknya berencana untuk mengurangi ketergantungan UE pada gas Rusia hingga dua pertiga tahun ini dan mengakhiri ketergantungannya pada pasokan Rusia "jauh sebelum 2030."
Namun, para ekonom mengatakan tidak mudah untuk mengganti 1.550 terawatt-jam gas Rusia yang dikirim ke UE pada tahun 2021. Eropa tidak dapat mengganti kekurangan pasokan dengan cepat. Sementara itu, peningkatan impor gas alam cair (LNG) di pasar LNG global yang sudah ketat akan memberikan tekanan kenaikan harga yang besar. Ini akan menjadi pukulan besar bagi ekonomi Eropa, yang sudah menderita akibat harga energi yang sangat tinggi.
Penghentian pasokan gas Rusia yang berkepanjangan dipastikan merugikan UE dan bahkan dapat mengakibatkan beberapa negara yang lebih rentan terhadap fluktuasi gas Rusia, seperti Italia dan Jerman, harus mengambil tindakan darurat. Kanselir Jerman Olaf Scholz telah memperingatkan bahwa larangan impor energi Rusia akan memicu resesi ekonomi di seluruh Eropa.
4. Apa implikasi yang lebih luas?
Ada risiko krisis energi global. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), Rusia adalah pengekspor gas alam terbesar di dunia dan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di belakang Arab Saudi.
Mengganti gas Rusia tidak akan mudah. Eropa harus membeli gas di pasar terbuka, yang berarti jika mereka membeli dari negara-negara seperti Qatar atau AS, mereka harus membayar lebih mahal. Ini juga berarti bahwa gas yang mereka beli tidak akan pergi ke tempat lain. Hasilnya, harga gas secara global akan naik lebih tinggi karena negara-negara akan saling berebut untuk mendapatkan pasokan yang terbatas.
5. Apakah harga minyak akan terpengaruh?
Rusia memasok sekitar 4 juta barel minyak per hari ke Uni Eropa. Tidak seperti gas, yang pasokannya sebagian besar masih diatur oleh kontrak jangka panjang, harga minyak tidak stabil dan ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Para analis mengatakan, jika Eropa masih memutuskan untuk meninggalkan minyak Rusia, maka harga minyak mentah diperkirakan bisa melonjak hingga USD200 per barel.
6. Akankah Rusia meminta pembayaran komoditas ekspor lainnya dalam rubel?
Namun, para ekonom mengatakan tidak mudah untuk mengganti 1.550 terawatt-jam gas Rusia yang dikirim ke UE pada tahun 2021. Eropa tidak dapat mengganti kekurangan pasokan dengan cepat. Sementara itu, peningkatan impor gas alam cair (LNG) di pasar LNG global yang sudah ketat akan memberikan tekanan kenaikan harga yang besar. Ini akan menjadi pukulan besar bagi ekonomi Eropa, yang sudah menderita akibat harga energi yang sangat tinggi.
Penghentian pasokan gas Rusia yang berkepanjangan dipastikan merugikan UE dan bahkan dapat mengakibatkan beberapa negara yang lebih rentan terhadap fluktuasi gas Rusia, seperti Italia dan Jerman, harus mengambil tindakan darurat. Kanselir Jerman Olaf Scholz telah memperingatkan bahwa larangan impor energi Rusia akan memicu resesi ekonomi di seluruh Eropa.
4. Apa implikasi yang lebih luas?
Ada risiko krisis energi global. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), Rusia adalah pengekspor gas alam terbesar di dunia dan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di belakang Arab Saudi.
Mengganti gas Rusia tidak akan mudah. Eropa harus membeli gas di pasar terbuka, yang berarti jika mereka membeli dari negara-negara seperti Qatar atau AS, mereka harus membayar lebih mahal. Ini juga berarti bahwa gas yang mereka beli tidak akan pergi ke tempat lain. Hasilnya, harga gas secara global akan naik lebih tinggi karena negara-negara akan saling berebut untuk mendapatkan pasokan yang terbatas.
5. Apakah harga minyak akan terpengaruh?
Rusia memasok sekitar 4 juta barel minyak per hari ke Uni Eropa. Tidak seperti gas, yang pasokannya sebagian besar masih diatur oleh kontrak jangka panjang, harga minyak tidak stabil dan ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Para analis mengatakan, jika Eropa masih memutuskan untuk meninggalkan minyak Rusia, maka harga minyak mentah diperkirakan bisa melonjak hingga USD200 per barel.
6. Akankah Rusia meminta pembayaran komoditas ekspor lainnya dalam rubel?
tulis komentar anda