Bagaimana Jika Rusia Stop Pasokan Gas ke Eropa? Ini Fakta dan Prediksinya

Rabu, 30 Maret 2022 - 17:20 WIB
loading...
Bagaimana Jika Rusia...
Tanggal 31 Maret menjadi batas waktu pembayaran gas menggunakan rubel yang diminta Rusia pada pembeli Eropa. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Rusia telah menetapkan batas waktu 31 Maret kepada negara-negara yang dianggap "tidak bersahabat" untuk membayar impor gasnya dalam rubel. Aturan ini terutama akan sangat memengaruhi beberapa negara Uni Eropa yang sangat bergantung pada pasokan gas dari Rusia.

Mengutip RT.com, Rabu (30/3/2022), berikut sejumlah fakta serta prediksi mengenai apa yang akan terjadi jika Rusia benar-benar menyetop pasokan gasnya karena Eropa menolak membayar menggunakan rubel seperti yang diminta:

1. Apa yang akan terjadi setelah 31 Maret?
Rusia menyatakan bahwa Eropa tidak akan mendapatkan gas gratis jika menolak membayar dalam rubel. Hal itu ditegaskan Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov Selasa (29/3) lalu. "Kami tidak akan memasok gas secara gratis, ini jelas," tegasnya.



Ketika ditanya apakah gas akan dimatikan untuk negara yang tidak membayar, Peskov menjawab: "Tidak ada pembayaran, tidak ada gas." Dia menambahkan, bagaimanapun, bahwa Rusia belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana menanggapi jika negara-negara Eropa menolak untuk membayar dalam mata uang Rusia.

2. Berapa banyak Eropa bergantung pada gas Rusia?
Eropa sangat bergantung pada gas Rusia untuk pemanas dan pembangkit listrik. Gas Rusia menyumbang sekitar 40% dari total konsumsi Eropa. Impor gas UE dari Rusia tahun ini berkisar antara 200 juta dan 800 juta euro per hari.

3. Apa yang akan terjadi di Eropa tanpa gas Rusia?
Komisi Eropa menyatakan pihaknya berencana untuk mengurangi ketergantungan UE pada gas Rusia hingga dua pertiga tahun ini dan mengakhiri ketergantungannya pada pasokan Rusia "jauh sebelum 2030."

Namun, para ekonom mengatakan tidak mudah untuk mengganti 1.550 terawatt-jam gas Rusia yang dikirim ke UE pada tahun 2021. Eropa tidak dapat mengganti kekurangan pasokan dengan cepat. Sementara itu, peningkatan impor gas alam cair (LNG) di pasar LNG global yang sudah ketat akan memberikan tekanan kenaikan harga yang besar. Ini akan menjadi pukulan besar bagi ekonomi Eropa, yang sudah menderita akibat harga energi yang sangat tinggi.

Penghentian pasokan gas Rusia yang berkepanjangan dipastikan merugikan UE dan bahkan dapat mengakibatkan beberapa negara yang lebih rentan terhadap fluktuasi gas Rusia, seperti Italia dan Jerman, harus mengambil tindakan darurat. Kanselir Jerman Olaf Scholz telah memperingatkan bahwa larangan impor energi Rusia akan memicu resesi ekonomi di seluruh Eropa.

4. Apa implikasi yang lebih luas?
Ada risiko krisis energi global. Menurut Badan Energi Internasional (IEA), Rusia adalah pengekspor gas alam terbesar di dunia dan pengekspor minyak mentah terbesar kedua di belakang Arab Saudi.
Mengganti gas Rusia tidak akan mudah. Eropa harus membeli gas di pasar terbuka, yang berarti jika mereka membeli dari negara-negara seperti Qatar atau AS, mereka harus membayar lebih mahal. Ini juga berarti bahwa gas yang mereka beli tidak akan pergi ke tempat lain. Hasilnya, harga gas secara global akan naik lebih tinggi karena negara-negara akan saling berebut untuk mendapatkan pasokan yang terbatas.

5. Apakah harga minyak akan terpengaruh?
Rusia memasok sekitar 4 juta barel minyak per hari ke Uni Eropa. Tidak seperti gas, yang pasokannya sebagian besar masih diatur oleh kontrak jangka panjang, harga minyak tidak stabil dan ditentukan oleh penawaran dan permintaan. Para analis mengatakan, jika Eropa masih memutuskan untuk meninggalkan minyak Rusia, maka harga minyak mentah diperkirakan bisa melonjak hingga USD200 per barel.



6. Akankah Rusia meminta pembayaran komoditas ekspor lainnya dalam rubel?
Presiden Vladimir Putin telah mengisyaratkan selama pengumuman rencana pembayarannya bahwa gas alam bisa menjadi komoditas Rusia pertama yang dijual dalam rubel. Jika Barat memberlakukan sanksi lebih lanjut, hal itu meningkatkan kemungkinan bahwa komoditas ekspor Rusia lainnya juga dapat dihargai dalam rubel, termasuk minyak, logam, dan biji-bijian.

7. Siapa yang akan menyerah lebih dulu saat tenggat waktu pembayaran mendekat?
Sejauh ini, negara-negara UE dan G7 telah menolak permintaan Rusia untuk mengalihkan pembayaran gas mereka ke dalam rubel. Sementara, Rusia menegaskan tidak akan memberikan pasokan gas secara gratis, menunjukkan bahwa negara itu siap menutup keran gas ke Eropa.

Jika itu terjadi, Moskow akan kehilangan pendapatan antara 200 juta euro hingga 800 juta euro setiap hari dari embargo. Namun, Rusia masih dapat mengalihkan sebagian gasnya ke pasar Asia. Sementara, Eropa kemungkinan akan menghadapi krisis ekonomi yang tidak pernah terlihat sejak Perang Dunia II, karena melonjaknya harga energi akan mengirim ekonomi kawasan itu ke dalam resesi.

Jadi, siapa yang akan menyerah lebih dulu? Pasang taruhan Anda!
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1699 seconds (0.1#10.140)