Perang Ukraina Bisa Pangkas Separuh Pertumbuhan Perdagangan Dunia, WTO Kasih Peringatan
Senin, 04 April 2022 - 11:25 WIB
"Saya benar-benar khawatir tentang kelaparan yang meningkat, terutama di negara-negara miskin yang kebanyakan tidak mampu membelinya," ujar Dr Okonjo-Iweala memperingatkan.
Menggunakan Afrika sebagai contoh, mantan menteri keuangan Nigeria itu mengatakan, 35 dari 55 negara di sana mengimpor gandum dan biji-bijian lainnya dari Rusia dan Ukraina dan 22 pupuk impor. "Pekerjaan yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Afrika sekarang menunjukkan bahwa di banyak negara, harga makanan sudah naik 20% hingga 50%," paparnya.
Namun, Dr Okonjo-Iweala mengatakan, dia berharap ada solusi untuk masalah pasokan. Diterangkan olehnya dalam jangka pendek negara-negara bisa mengubah selera mereka untuk makan lebih banyak produk buatan sendiri.
Dia menambahkan, dalam jangka panjang Afrika berinvestasi dalam "varietas gandum dan tanaman lainnya yang toleran terhadap panas" karena beradaptasi dengan perubahan iklim.
Selain harga pangan yang melonjak, biaya komoditas lain juga menyentuh rekor tertinggi di tengah kekhawatiran perang dan sanksi ekonomi terhadap Rusia akan menyebabkan gangguan pasokan.
Di sisi lain Industri pertambangan Rusia sangat penting seperti paladium, di mana mereka memasok 40% produksi global logam yang krusial bagi pembuat mobil. Bahkan sebelum perang di Ukraina, pandemi telah menyebabkan ketidakcocokan antara penawaran dan permintaan di banyak industri yang mendorong harga-harga naik.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memperingatka,n bahwa inflasi yang melonjak akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. "Dalam jangka pendek hingga menengah, saya pikir kita akan melihat tekanan inflasi ini terus berlanjut," kata Dr Okonjo-Iweala.
Perang Dagang dengan Rusia
Perdagangan telah menjadi alat utama yang digunakan banyak negara untuk menekan Presiden Vladimir Putin atas keputusannya menyerang Ukraina. Dimana Ukraina telah memutuskan hubungan ekonomi dengan Rusia dan memimpin seruan agar negara itu ditangguhkan dari WTO karena perang.
Menggunakan Afrika sebagai contoh, mantan menteri keuangan Nigeria itu mengatakan, 35 dari 55 negara di sana mengimpor gandum dan biji-bijian lainnya dari Rusia dan Ukraina dan 22 pupuk impor. "Pekerjaan yang dilakukan oleh Bank Pembangunan Afrika sekarang menunjukkan bahwa di banyak negara, harga makanan sudah naik 20% hingga 50%," paparnya.
Namun, Dr Okonjo-Iweala mengatakan, dia berharap ada solusi untuk masalah pasokan. Diterangkan olehnya dalam jangka pendek negara-negara bisa mengubah selera mereka untuk makan lebih banyak produk buatan sendiri.
Dia menambahkan, dalam jangka panjang Afrika berinvestasi dalam "varietas gandum dan tanaman lainnya yang toleran terhadap panas" karena beradaptasi dengan perubahan iklim.
Selain harga pangan yang melonjak, biaya komoditas lain juga menyentuh rekor tertinggi di tengah kekhawatiran perang dan sanksi ekonomi terhadap Rusia akan menyebabkan gangguan pasokan.
Di sisi lain Industri pertambangan Rusia sangat penting seperti paladium, di mana mereka memasok 40% produksi global logam yang krusial bagi pembuat mobil. Bahkan sebelum perang di Ukraina, pandemi telah menyebabkan ketidakcocokan antara penawaran dan permintaan di banyak industri yang mendorong harga-harga naik.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga telah memperingatka,n bahwa inflasi yang melonjak akan mengurangi pertumbuhan ekonomi global tahun ini. "Dalam jangka pendek hingga menengah, saya pikir kita akan melihat tekanan inflasi ini terus berlanjut," kata Dr Okonjo-Iweala.
Perang Dagang dengan Rusia
Perdagangan telah menjadi alat utama yang digunakan banyak negara untuk menekan Presiden Vladimir Putin atas keputusannya menyerang Ukraina. Dimana Ukraina telah memutuskan hubungan ekonomi dengan Rusia dan memimpin seruan agar negara itu ditangguhkan dari WTO karena perang.
Lihat Juga :
tulis komentar anda