Shanghai Lockdown: Sejauh Mana Menguncang Ekonomi China
Selasa, 05 April 2022 - 05:38 WIB
Target Pertumbuhan China
Pemerintah China telah menetapkan target untuk PDB negara itu tumbuh sebesar 5,5% tahun ini. Tetapi beberapa analis mengatakan, China harus berjuang keras untuk mencapai target itu.
Pada akhir pekan lalu, data menunjukkan perlambatan pada bulan Maret untuk sektor manufaktur dan jasa China. Hal itu terjadi setelah pusat teknologi Shenzhen dan Jilin di timur laut industri China bulan lalu juga menghadapi lockdown.
Keputusan nol tolerasi Covid-19 membuat mereka gencar melakukan tes Covid-19 secara massal dan mencoba untuk mengekang penyebaran varian Omnicron yang sangat menular dari Covid-19.
"Kami telah melihat data PMI, yang menunjukkan bahwa sektor manufaktur dan jasa sangat terpukul keras. Dan itu belum termasuk lockdown Shanghai. Jadi saya pikir secara kualitatif kita melihat lebih banyak tekanan penurunan untuk kuartal pertama dan kedua data PDB," menurut Peiqian Liu, ekonom China untuk NatWest Markets.
Sebagai informasi, Data PMI adalah ringkasan kondisi pasar yang dikumpulkan melalui survei eksekutif senior di industri utama tentang harapan mereka untuk sejumlah faktor termasuk permintaan pesanan baru, produksi dan pekerjaan.
Dengan meningkatnya jumlah kasus virus corona, mungkin juga ada lebih banyak masalah ke depannya jika ada kebijakan Lockdown lanjutan, terutama bagi pemilik usaha kecil.
"Fokusnya jauh lebih pada bagaimana pekerjaan akan bertahan dalam penguncian yang berkepanjangan atau periode ketidakpastian saat adanya kemungkinan Lockdown yang diperpanjang karena wabah," jelasnya.
"Jadi saya pikir sektor jasa tidak hanya menghadapi tekanan jangka pendek dari penguncian tiga minggu dari Shenzhen atau lockdown satu minggu dari Shanghai, tetapi menghadapi lebih banyak tekanan dari ketidakpastian yang terjadi dengan serangkaian kebijakan manajemen Covid saat ini," kata Liu.
Pemerintah China telah menetapkan target untuk PDB negara itu tumbuh sebesar 5,5% tahun ini. Tetapi beberapa analis mengatakan, China harus berjuang keras untuk mencapai target itu.
Pada akhir pekan lalu, data menunjukkan perlambatan pada bulan Maret untuk sektor manufaktur dan jasa China. Hal itu terjadi setelah pusat teknologi Shenzhen dan Jilin di timur laut industri China bulan lalu juga menghadapi lockdown.
Keputusan nol tolerasi Covid-19 membuat mereka gencar melakukan tes Covid-19 secara massal dan mencoba untuk mengekang penyebaran varian Omnicron yang sangat menular dari Covid-19.
"Kami telah melihat data PMI, yang menunjukkan bahwa sektor manufaktur dan jasa sangat terpukul keras. Dan itu belum termasuk lockdown Shanghai. Jadi saya pikir secara kualitatif kita melihat lebih banyak tekanan penurunan untuk kuartal pertama dan kedua data PDB," menurut Peiqian Liu, ekonom China untuk NatWest Markets.
Sebagai informasi, Data PMI adalah ringkasan kondisi pasar yang dikumpulkan melalui survei eksekutif senior di industri utama tentang harapan mereka untuk sejumlah faktor termasuk permintaan pesanan baru, produksi dan pekerjaan.
Dengan meningkatnya jumlah kasus virus corona, mungkin juga ada lebih banyak masalah ke depannya jika ada kebijakan Lockdown lanjutan, terutama bagi pemilik usaha kecil.
"Fokusnya jauh lebih pada bagaimana pekerjaan akan bertahan dalam penguncian yang berkepanjangan atau periode ketidakpastian saat adanya kemungkinan Lockdown yang diperpanjang karena wabah," jelasnya.
"Jadi saya pikir sektor jasa tidak hanya menghadapi tekanan jangka pendek dari penguncian tiga minggu dari Shenzhen atau lockdown satu minggu dari Shanghai, tetapi menghadapi lebih banyak tekanan dari ketidakpastian yang terjadi dengan serangkaian kebijakan manajemen Covid saat ini," kata Liu.
tulis komentar anda