Memblejeti Investasi China Rp534,5 Triliun di Indonesia, Ini Rincian dan Sebarannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - China sepanjang periode 2019-September 2024 telah menanamkan investasi USD34,19 miliar atau setara Rp534,5 triliun (kurs Rp15.634 per USD) ke Indonesia. Saat ini China mengukuhkan sebagai investor kedua terbesar di Indonesia.
Tren investasi China pada sepanjang tahun 2024 ini cenderung menurun bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan pada kuartal IV 2023, China sempat menggeser Singapura di urutan pertama sebagai negara dengan investasi terbesar di Indonesia.
Pada tahun ini dari Januari hingga September 2024, China telah menanamkan duit sebesar USD5,78 miliar. Kucuran investasi Negeri Tirai Bambu -julukan China- di Tanah Air cenderung naik turun, dimana pada 2019 sempat mencapai USD4,75 miliar, lalu USD4,84 miliar (2020), USD3,16 miliar (2021), USD8,23 miliar (2022), dan pada tahun 2023 mencapai USD7,44 miliar.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi China di Indonesia pada periode 2019-September 2024 terlihat beragam pada beberapa sektor. Rinciannya industri logam dasar menjadi sektor yang paling dilirik investor China dengan nilai investasi USD14,39 miliar atau setara 42%.
Pada posisi kedua ditempati oleh transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi dengan nilai investasi USD7,99 miliar yang setara 23%, Industri Kimia dan Farmasi USD3,19 miliar (9%), Listrik,Gas,Air USD2,70 miliar (8%), Kawasan Industri, Perumahan, dan Perkantoran mencapai 6% dengan nilai USD2,21 miliar.
Selanjutnya investasi China pada Industri pengolahan mineral non-metal tercatat masuk sebesar USD786 juta yang setara 2%, perdagangan dan reparasi USD390 juta (1%), industri tekstil sebesar USD351 juta. Sedangkan mesin, elektronik, peralatan medis, industri presisi sebesar USD377 juta, dan pertambangan tembus USD296 juta.
Sedangkan untuk sebaran investasi China di Indonesia terpantau merata, dengan terbesar dipegang oleh Sulawesi Tengah yang menampung USD12,54 miliar atau setara 37%, selanjutnya diikuti oleh Jawa Barat mencapai 21% yakni USD7,19 miliar.
Secara berurutan ditempati oleh Maluku Utara mencapai USD5,18 miliar (15%), Jakarta USD1,67 miliar (5%), Banten USD1,34 miliar (4%), Sumatera Selatan USD994 juta (3%), Sulawesi Tenggara USD884 juta (3%), Kalimantan Barat USD547 juta (1%), dan Kalimantan Timur USD845 juta (2%).
Di sisi lain terkait dengan forum bisnis yang mempertemukan para pengusaha China dengan Presiden RI Prabowo Subianto, menurut Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani mengatakan jika forum bisnis ini menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia dan RRT untuk semakin mempererat hubungan kerja sama, khususnya di bidang investasi.
Para pengusaha yang hadir dapat menggali lebih dalam peluang-peluang investasi antar kedua negara. "Kunjungan kenegaraan kali ini menjadi momen penting bagi kedua negara untuk menggali potensi kerja sama khususnya di sektor investasi berkelanjutan dan hilirisasi," kata Rosan dalam keterangan resmi, Selasa (12/11/2024).
Tren investasi China pada sepanjang tahun 2024 ini cenderung menurun bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Bahkan pada kuartal IV 2023, China sempat menggeser Singapura di urutan pertama sebagai negara dengan investasi terbesar di Indonesia.
Pada tahun ini dari Januari hingga September 2024, China telah menanamkan duit sebesar USD5,78 miliar. Kucuran investasi Negeri Tirai Bambu -julukan China- di Tanah Air cenderung naik turun, dimana pada 2019 sempat mencapai USD4,75 miliar, lalu USD4,84 miliar (2020), USD3,16 miliar (2021), USD8,23 miliar (2022), dan pada tahun 2023 mencapai USD7,44 miliar.
Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi China di Indonesia pada periode 2019-September 2024 terlihat beragam pada beberapa sektor. Rinciannya industri logam dasar menjadi sektor yang paling dilirik investor China dengan nilai investasi USD14,39 miliar atau setara 42%.
Pada posisi kedua ditempati oleh transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi dengan nilai investasi USD7,99 miliar yang setara 23%, Industri Kimia dan Farmasi USD3,19 miliar (9%), Listrik,Gas,Air USD2,70 miliar (8%), Kawasan Industri, Perumahan, dan Perkantoran mencapai 6% dengan nilai USD2,21 miliar.
Selanjutnya investasi China pada Industri pengolahan mineral non-metal tercatat masuk sebesar USD786 juta yang setara 2%, perdagangan dan reparasi USD390 juta (1%), industri tekstil sebesar USD351 juta. Sedangkan mesin, elektronik, peralatan medis, industri presisi sebesar USD377 juta, dan pertambangan tembus USD296 juta.
Sedangkan untuk sebaran investasi China di Indonesia terpantau merata, dengan terbesar dipegang oleh Sulawesi Tengah yang menampung USD12,54 miliar atau setara 37%, selanjutnya diikuti oleh Jawa Barat mencapai 21% yakni USD7,19 miliar.
Secara berurutan ditempati oleh Maluku Utara mencapai USD5,18 miliar (15%), Jakarta USD1,67 miliar (5%), Banten USD1,34 miliar (4%), Sumatera Selatan USD994 juta (3%), Sulawesi Tenggara USD884 juta (3%), Kalimantan Barat USD547 juta (1%), dan Kalimantan Timur USD845 juta (2%).
Di sisi lain terkait dengan forum bisnis yang mempertemukan para pengusaha China dengan Presiden RI Prabowo Subianto, menurut Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani mengatakan jika forum bisnis ini menjadi kesempatan yang baik bagi Indonesia dan RRT untuk semakin mempererat hubungan kerja sama, khususnya di bidang investasi.
Para pengusaha yang hadir dapat menggali lebih dalam peluang-peluang investasi antar kedua negara. "Kunjungan kenegaraan kali ini menjadi momen penting bagi kedua negara untuk menggali potensi kerja sama khususnya di sektor investasi berkelanjutan dan hilirisasi," kata Rosan dalam keterangan resmi, Selasa (12/11/2024).
(akr)