Harga CPO Nanjak Lagi Dipicu Sanksi Baru Eropa ke Rusia
Rabu, 06 April 2022 - 14:22 WIB
JAKARTA - Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) kembali mengalami kenaikan pada perdagangan Rabu (6/4/2022) siang.
Berdasarkan data bursa derivatif Malaysia hingga pukul 13:08 WIB, harga CPO Mei 2022 naik 0,58% di MYR 6.346 per ton, sementara CPO Juni 2022 menguat 0,60% di MYR 5.951 per ton.
Ketidakpastian pasokan CPO masih menjadi isu utama di pasar global menyusul sanksi baru negara-negara barat terhadap Rusia. Hal ini mengancam pengiriman pasokan minyak nabati lainnya di sekitar Laut Hitam.
Analis Reuters Wang Tao memprediksi harga CPO Juni 2022 akan bergerak di area resisten di 5.966 ringgit per ton.
"Apabila tembus, maka dapat menyebabkan kenaikan ke 6.104 ringgit,” ujar Wang Tao, dilansir Reuters, Rabu (6/4/2022).
Indonesia selaku produsen utama minyak sawit juga tengah dihadapkan pada meningkatnya permintaan produk minyak goreng di bulan ramadan.
"Dengan adanya gangguan perdagangan minyak biji bunga matahari di wilayah Laut Hitam, meningkatnya permintaan dan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), pengiriman minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan mengalami tren peningkatan dalam waktu dekat," papar riset Refinitiv Commodities Research dalam sebuah catatan.
Kepala Riset CGS-CIMB Malaysia Ivy Ng memperkirakan persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Maret naik 2,8% (month to month) menjadi 1,56 juta ton.
Harga CPO juga tengah mendapat pengaruh dari harga minyak bumi di tengah ancaman sanksi baru terhadap Rusia dan lockdown di Shanghai, China.
Sejumlah harga minyak nabati lain juga meningkat, seperti minyak kedelai di Bursa Dalian naik 2,9% sementara kontrak minyak sawitnya naik 3,8%. Adapun harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,3%.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
Berdasarkan data bursa derivatif Malaysia hingga pukul 13:08 WIB, harga CPO Mei 2022 naik 0,58% di MYR 6.346 per ton, sementara CPO Juni 2022 menguat 0,60% di MYR 5.951 per ton.
Ketidakpastian pasokan CPO masih menjadi isu utama di pasar global menyusul sanksi baru negara-negara barat terhadap Rusia. Hal ini mengancam pengiriman pasokan minyak nabati lainnya di sekitar Laut Hitam.
Analis Reuters Wang Tao memprediksi harga CPO Juni 2022 akan bergerak di area resisten di 5.966 ringgit per ton.
"Apabila tembus, maka dapat menyebabkan kenaikan ke 6.104 ringgit,” ujar Wang Tao, dilansir Reuters, Rabu (6/4/2022).
Indonesia selaku produsen utama minyak sawit juga tengah dihadapkan pada meningkatnya permintaan produk minyak goreng di bulan ramadan.
"Dengan adanya gangguan perdagangan minyak biji bunga matahari di wilayah Laut Hitam, meningkatnya permintaan dan kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), pengiriman minyak sawit dari Indonesia dan Malaysia diperkirakan akan mengalami tren peningkatan dalam waktu dekat," papar riset Refinitiv Commodities Research dalam sebuah catatan.
Kepala Riset CGS-CIMB Malaysia Ivy Ng memperkirakan persediaan minyak sawit Malaysia pada akhir Maret naik 2,8% (month to month) menjadi 1,56 juta ton.
Harga CPO juga tengah mendapat pengaruh dari harga minyak bumi di tengah ancaman sanksi baru terhadap Rusia dan lockdown di Shanghai, China.
Sejumlah harga minyak nabati lain juga meningkat, seperti minyak kedelai di Bursa Dalian naik 2,9% sementara kontrak minyak sawitnya naik 3,8%. Adapun harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade turun 0,3%.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(ind)
tulis komentar anda