Upaya Memicu Munculnya Para Pemimpin Milenial

Rabu, 27 April 2022 - 21:54 WIB
“Dari 170 peserta tersebut, ada 33 peserta yang telah berhasil menjadi pemenang. Untuk kategori Business Function Leader, Business Entity Leader, dan Entrepreneur Leader, masing-masing ada 10 pemenang. Sedangkan kategori Sociopreneur Leader, ada tiga pemenang,” ujarnya.

Yusuf mengakui, PLN banyak mengalami tantangan menuju era yang lebih hijau atau green economy. Oleh karena itu, PLN harus berpikir keras untuk merespon situasi itu. Apalagi, saat ini pembangkit di Indonesia mayoritas berasal dari energi fosil, yang notabene tidak sejalan dengan green economy atau green vision.

“Untuk itu, PLN menyiapkan generasi mendatang yang dapat menjalankan visi-misi baru, menjadi ‘lebih hijau’ di masa yang akan datang,” terang Yusuf.

Tommy Sudjarwadi, Managing Partner Dunamis, yang juga mewakili para dewan juri, mengatakan dirinya sepakat program hasil kolaborasi antara SWA, PLN, dan BUMN Muda adalah counterculture, yakni sebuah gerakan yang bertentangan dengan mainstream.

"Kerja sama ini adalah oase yang luar biasa, di tengah stigma milenial, yang dikenal manja, tidak fokus, dan mudah pindah kerja. Inisiatif ini mampu mengimbangi stigma negatif milenial. Artinya, di balik stigma negatif, ada prestasi yang luar biasa dari milenial,” kata Tommy.

Pada kesempatan yang sama, Arga M. Nugraha selaku Sekretaris Umum BUMN Muda, yang juga Direktur Jaringan dan Layanan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mengatakan di BRI, milenial sudah jadi mayoritas, yakni mencapai 83%. BRI juga memberikan porsi yang lebih besar bagi milenial.

"Kami punya berbagai inisiatif untuk milenial. Antara lain, inisiatif BYLI (BRILianN Young Leader indonesia). BRIlian adalah sebutan untuk para pekerja di BRI. Kami memberikan empowerment kepada mereka untuk menduduki posisi lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat,” katanya.

Gufron Syarif selaku CEO HAUS, yang juga salah satu pemenang IYBLA 2022 di kategori Young Entrepreneur Leader, bercerita, saat ingin lulus sarjana akutansi dari Universitas Padjajaran, ia tergelitik akan obrolan bersama teman-temannya, yang justru memilih ingin bekerja di perusahaan multinasoional maupun asing.



“Hal itu menggelitik saya, mengapa kita di Indonesia, ingin berkarya di perusahaan asing. Mengapa kita tidak bikin perusahaan sendiri yang bisa berkompetisi dengan perusahaan asing,” ucapnya.

Itulah yang mendorong Gufron harus melakukan sesuatu untuk membuktikan diri bahwa anak muda di Indonesia bisa menjadi pemain di negeri sendiri, dengan mambangun perusahaan yang besar dan membanggakan, bahkan bisa bersaing scara sehat dengan perusahaan asing.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More