Sri Mulyani: Inflasi Indonesia Masih Lebih Rendah dari Negara Lain
Selasa, 31 Mei 2022 - 16:36 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebutkan inflasi di dalam negeri masih rendah dibandingkan negara lain. Adapun inflasi Indonesia tetap terjaga di level 3,5%.
"Meskipun terjaga, komponen inflasi seperti inflasi inti cenderung meningkat, diikuti volatile food karena harga-harga bahan makanan juga administered price," kata dia, di Jakarta, Selasa (31/5/2022).
Menurut dia perang Rusia Ukraina menjadi faktor utama pendorong inflasi tahun ini lebih tinggi dibandingkan dari perkiraan sebelumnya. Inflasi diperkirakan lebih tinggi dan lebih persisten baik di kelompok negara maju maupun berkembang.
"Kenaikan harga komoditas dan potensi memburuknya disrupsi supply global akibat perang, termasuk kebijakan larangan ekspor bahan pangan, menjadi faktor utama kenaikan inflasi," jelasnya.
Dia menyebut sejumlah negara yang emerging inflasinya berada di kisaran 7% bahkan hingga double digit seperti Brazil di 12% dan beberapa negara yang sedang menghadapi krisis seperti Argentina dan Turki inflasi masing-masing mencapai 70% dan 58%.
Sri Mulyani mengatakan, berdasarkan sejumah laporan lembaga dunia kenaikan inflasi Indonesia tahun depan kenaikannya diperkirakan di level 4%. Guna meredam inflasi Sri Mulyani mengusulkan tambahan subsidi dan kompensasi di atas Rp520 triliun dalam APBN 2023.
"Tahun ini kami meminta persetujuan DPR untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi yang nilainya diperkirakan untuk subsidi dan kompensasi di atas Rp520 triliun," ungkapnya.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
"Meskipun terjaga, komponen inflasi seperti inflasi inti cenderung meningkat, diikuti volatile food karena harga-harga bahan makanan juga administered price," kata dia, di Jakarta, Selasa (31/5/2022).
Menurut dia perang Rusia Ukraina menjadi faktor utama pendorong inflasi tahun ini lebih tinggi dibandingkan dari perkiraan sebelumnya. Inflasi diperkirakan lebih tinggi dan lebih persisten baik di kelompok negara maju maupun berkembang.
"Kenaikan harga komoditas dan potensi memburuknya disrupsi supply global akibat perang, termasuk kebijakan larangan ekspor bahan pangan, menjadi faktor utama kenaikan inflasi," jelasnya.
Dia menyebut sejumlah negara yang emerging inflasinya berada di kisaran 7% bahkan hingga double digit seperti Brazil di 12% dan beberapa negara yang sedang menghadapi krisis seperti Argentina dan Turki inflasi masing-masing mencapai 70% dan 58%.
Baca Juga
Sri Mulyani mengatakan, berdasarkan sejumah laporan lembaga dunia kenaikan inflasi Indonesia tahun depan kenaikannya diperkirakan di level 4%. Guna meredam inflasi Sri Mulyani mengusulkan tambahan subsidi dan kompensasi di atas Rp520 triliun dalam APBN 2023.
"Tahun ini kami meminta persetujuan DPR untuk menambah anggaran subsidi dan kompensasi yang nilainya diperkirakan untuk subsidi dan kompensasi di atas Rp520 triliun," ungkapnya.
Lihat Juga: Negara Pendiri BRICS yang Mulai Ragu Tinggalkan Dolar AS, Salah Satunya Musuh Amerika Serikat
(nng)
tulis komentar anda