Pemerintah Terbitkan SBN Ritel, Moduit Ajak Masyarakat Investasi dan Berkontribusi untuk Negeri
Kamis, 09 Juni 2022 - 16:17 WIB
Sebaliknya bunga yang dihasilkan dari SBN cukup bersaing dibanding instrumen investasi perbankan seperti deposito apalagi tabungan. SBN terbagi dalam beberapa jenis, yaitu SBN Konsvensional, SBN Syariah, SBN Fixed Rate dan SBN Floating Rate.
Khusus SBN Konvensional digolongkan lagi dalam dua instrumen, yaitu ORI dan SBR. Perbedaaannya, bila ORI dapat ditransaksikan di pasar sekunder (bisa perjualbelikan sebelum jatuh tempo), sedangkan SBR tidak ditransaksikan di pasar sekunder.
Tapi bila Anda perlu dana mendesak, tidak perlu khawatir sebab pencairannya tidak harus menunggu hingga SBR jatuh tempo. 50% dari nilai investasi SBR dapat dicairkan (fasilitas early redemption).
Menariknya lagi, SBR memiliki kupon yang mengambang dengan kupon minimal (floating with floor) dan mengacu pada BI 7 Day Reverse Repo Rate. Contohnya pada SBR10 yang diterbitkan Pemerintah pada Juli 2021 dengan kupon minimal 5,10% per tahun untuk tiga bulan pertama setelah penerbitan.
Penetapan kupon tersebut mengacu pada suku bunga acuan BI saat itu sebesar 3,5% ditambah 160 bps. Setelah tiga bulan, bila suku bunga acuan naik ke angka 4% maka kupon SBR bisa menjadi 5,60% per tahun.
(Baca juga:Penawaran Surat Utang Negara Capai Rp94,3 Triliun)
Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhi Purwanto mengatakan ketentuan floating with floor membuat investasi yang ditanam akan terlindungi dari kenaikan inflasi, sehingga dapat dipastikan nilai investasi tidak tergerus. Malah akan terus naik, terlebih mencermati tren kenaikan suku bunga acuan.
Diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat telah menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan akan mencapai angka 2,75% di akhir tahun ini. Kenaikan bunga The Fed berpotensi membuat Bank Indonesia juga akan menaikan suku bunga acuannya dari posisi saat ini 3,50%, walaupun mungkin kenaikannya tidak seagresif kenaikan suku bunga The Fed.
“Di sinilah letak menariknya SBR11, karena tren kenaikan suku bunga acuan membuka peluang kupon SBR11 bakal lebih tinggi dibanding kupon ORI021 sebesar 4,90% dan kupon SR016 sebesar 4,95% yang sebelumnya diterbitkan pemerintah,” urai Manuel dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/6/2022).
Sementara bila dibandingkan dengan suku bunga deposito yang mengalami tren menurun, akibat banjirnya likuiditas, SBN dipandang lebih menarik. Berdasarkan Laporan Indikator Stabilitas Lembaga Penjaminan Simpanan periode April 2022, rata-rata tingkat bunga deposito rupiah seluruh bank LPS pada akhir Maret 2022 turun enam basis poin (bps) ke level 3,14% dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya. Suku bunga minimum dan maksimum masing-masing turun 5 bps ke level 2,57% dan 3,71%.
Khusus SBN Konvensional digolongkan lagi dalam dua instrumen, yaitu ORI dan SBR. Perbedaaannya, bila ORI dapat ditransaksikan di pasar sekunder (bisa perjualbelikan sebelum jatuh tempo), sedangkan SBR tidak ditransaksikan di pasar sekunder.
Tapi bila Anda perlu dana mendesak, tidak perlu khawatir sebab pencairannya tidak harus menunggu hingga SBR jatuh tempo. 50% dari nilai investasi SBR dapat dicairkan (fasilitas early redemption).
Menariknya lagi, SBR memiliki kupon yang mengambang dengan kupon minimal (floating with floor) dan mengacu pada BI 7 Day Reverse Repo Rate. Contohnya pada SBR10 yang diterbitkan Pemerintah pada Juli 2021 dengan kupon minimal 5,10% per tahun untuk tiga bulan pertama setelah penerbitan.
Penetapan kupon tersebut mengacu pada suku bunga acuan BI saat itu sebesar 3,5% ditambah 160 bps. Setelah tiga bulan, bila suku bunga acuan naik ke angka 4% maka kupon SBR bisa menjadi 5,60% per tahun.
(Baca juga:Penawaran Surat Utang Negara Capai Rp94,3 Triliun)
Head of Advisory & Investment Connoisseur Moduit, Manuel Adhi Purwanto mengatakan ketentuan floating with floor membuat investasi yang ditanam akan terlindungi dari kenaikan inflasi, sehingga dapat dipastikan nilai investasi tidak tergerus. Malah akan terus naik, terlebih mencermati tren kenaikan suku bunga acuan.
Diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat telah menaikan suku bunga acuan sebesar 50 bps. Kenaikan suku bunga The Fed diperkirakan akan mencapai angka 2,75% di akhir tahun ini. Kenaikan bunga The Fed berpotensi membuat Bank Indonesia juga akan menaikan suku bunga acuannya dari posisi saat ini 3,50%, walaupun mungkin kenaikannya tidak seagresif kenaikan suku bunga The Fed.
“Di sinilah letak menariknya SBR11, karena tren kenaikan suku bunga acuan membuka peluang kupon SBR11 bakal lebih tinggi dibanding kupon ORI021 sebesar 4,90% dan kupon SR016 sebesar 4,95% yang sebelumnya diterbitkan pemerintah,” urai Manuel dalam keterangan tertulisnya, Kamis (9/6/2022).
Sementara bila dibandingkan dengan suku bunga deposito yang mengalami tren menurun, akibat banjirnya likuiditas, SBN dipandang lebih menarik. Berdasarkan Laporan Indikator Stabilitas Lembaga Penjaminan Simpanan periode April 2022, rata-rata tingkat bunga deposito rupiah seluruh bank LPS pada akhir Maret 2022 turun enam basis poin (bps) ke level 3,14% dibandingkan dengan akhir bulan sebelumnya. Suku bunga minimum dan maksimum masing-masing turun 5 bps ke level 2,57% dan 3,71%.
Lihat Juga :
tulis komentar anda