Krisis Ekonomi Intip Indonesia karena Kenaikan Harga
Rabu, 29 Juni 2022 - 11:18 WIB
JAKARTA - Indonesia diperingatkan bahwa potensi krisis ekonomi Sri Lanka berpotensi menjalar hingga ke Tanah Air. Lantaran itu, Presiden Direktur Centre for Banking Crisis (CBC), A Deni Daruri mengatakan, tim ekonomi dalam kabinet harus bekerja keras dan ekstra hati-hati.
"Kondisi saat ini, membuat para menteri tidak bisa santai. Semuanya harus kerja keras dan cerdas," kata Deni, Rabu (29/6/2022).
Kata Deni, upaya membangun perekonomian yang kuat diperlukan orang yang tepat. Artinya, profesionalisme dalam birokrasi menjadi wajib hukumnya. "Indonesia perlu kembali ke paham the right man on the right job. Karena masalahnya adalah ekonomi, maka perbanyak menteri yang paham ekonomi," tuturnya.
"Caranya sederhana, menjadikan PhD economics lulusan Ivy League atau universitas non-Ivy yang memiliki kaliber yang sama seperti MIT, Berkeley, Davis, dan Stanford," imbuh Deni.
Jika prinsip the right man on the right job dijalankan, maka menteri bidang ekonomi bukanlah burung beo yang mengikuti suara negara lain. Contohnya Jepang! Bank Sentral Jepang terus menerapkan quantitative easing, sementara bank sentral negara lainnya semakin mengetatkan sektor moneter.
Kata Deni, krisis ekonomi kali ini, berbeda untuk setiap negara. Di mana, sumber inflasi akibat mahalnya biaya (cost push inflation ). Inflasi karena biaya kemungkinan disebabkan oleh kenaikan biaya barang, atau jasa penting. Di mana, tidak ada alternatif yang sesuai.
Ketika bisnis menghadapi harga tinggi karena bahan baku, maka pengusaha terpaksa menaikkan harga output. Salah satu contoh inflasi dorongan biaya adalah krisis minyak era 1970-an, yang oleh beberapa ekonom dipandang sebagai penyebab utama inflasi global.
Padahal, kata dia, inflasi dihasilkan dari kenaikan harga minyak yang dipatok OPEC. Karena minyak bumi sangat penting bagi industri, kenaikan harga yang besar dapat menyebabkan kenaikan harga barang.
"Kondisi saat ini, membuat para menteri tidak bisa santai. Semuanya harus kerja keras dan cerdas," kata Deni, Rabu (29/6/2022).
Kata Deni, upaya membangun perekonomian yang kuat diperlukan orang yang tepat. Artinya, profesionalisme dalam birokrasi menjadi wajib hukumnya. "Indonesia perlu kembali ke paham the right man on the right job. Karena masalahnya adalah ekonomi, maka perbanyak menteri yang paham ekonomi," tuturnya.
"Caranya sederhana, menjadikan PhD economics lulusan Ivy League atau universitas non-Ivy yang memiliki kaliber yang sama seperti MIT, Berkeley, Davis, dan Stanford," imbuh Deni.
Jika prinsip the right man on the right job dijalankan, maka menteri bidang ekonomi bukanlah burung beo yang mengikuti suara negara lain. Contohnya Jepang! Bank Sentral Jepang terus menerapkan quantitative easing, sementara bank sentral negara lainnya semakin mengetatkan sektor moneter.
Kata Deni, krisis ekonomi kali ini, berbeda untuk setiap negara. Di mana, sumber inflasi akibat mahalnya biaya (cost push inflation ). Inflasi karena biaya kemungkinan disebabkan oleh kenaikan biaya barang, atau jasa penting. Di mana, tidak ada alternatif yang sesuai.
Ketika bisnis menghadapi harga tinggi karena bahan baku, maka pengusaha terpaksa menaikkan harga output. Salah satu contoh inflasi dorongan biaya adalah krisis minyak era 1970-an, yang oleh beberapa ekonom dipandang sebagai penyebab utama inflasi global.
Padahal, kata dia, inflasi dihasilkan dari kenaikan harga minyak yang dipatok OPEC. Karena minyak bumi sangat penting bagi industri, kenaikan harga yang besar dapat menyebabkan kenaikan harga barang.
tulis komentar anda