Harga Selangit Hambat Perkembangan Mobil Listrik di Indonesia
Senin, 04 Juli 2022 - 13:07 WIB
JAKARTA - Ketua I Gaikindo (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia), Jongkie D. Sugiarto mengatakan, perkembangan mobil listrik di Indonesia untuk tipe battery electric vehicle (BEV) masih terhambat oleh harganya yang mahal.
Ia mengungkapkan, harga BEV yang paling murah di Indonesia masih menyentuh angka di atas Rp500 juta. Itu yang menurutnya menjadi kendala utama perkembangan mobil listrik di Indonesia.
"Yang musti kita tengok adalah harga, kalau BEV yang paling murah di Indonesia itu masih di atas 500 juta rupiah harganya. Itulah yang kendala utama itu di harga," kata Jongkie dalam program Market Review di IDX Channel, Senin (4/7/2022).
Kendala yang ke dua menurutnya adalah infrastruktur. Charging station masih belum memadai, jumlahnya juga masih belum terlalu banyak.
"Memang sedang dikerjakan ini semua, memang seiring sebenarnya, Karena populasi mobilnya juga masih harus ditingkatkan dan charging station nya juga bertahap, sehingga BEV kita perkembangannya tidak bisa sesuai dengan yang kita harapkan," ujarnya.
Seperti diketahui pada tahun 2035, pemerintah menargetkan 1 juta kendaraan listrik roda empat atau lebih dan 3,22 juta kendaraan listrik roda dua.
Dengan target tersebut, pemerintah memperkirakan dapat menghemat penggunaan 12,5 juta barel BBM dan mengurangi 4,6 juta ton CO2 untuk kendaraan roda empat atau lebih. Sementara untuk kendaraan roda dua, diperkirakan akan ada penghematan penggunaan BBM sebesar 4 juta barel dan penurunan emisi mencapai 1,4 juta ton CO2.
Ia mengungkapkan, harga BEV yang paling murah di Indonesia masih menyentuh angka di atas Rp500 juta. Itu yang menurutnya menjadi kendala utama perkembangan mobil listrik di Indonesia.
"Yang musti kita tengok adalah harga, kalau BEV yang paling murah di Indonesia itu masih di atas 500 juta rupiah harganya. Itulah yang kendala utama itu di harga," kata Jongkie dalam program Market Review di IDX Channel, Senin (4/7/2022).
Kendala yang ke dua menurutnya adalah infrastruktur. Charging station masih belum memadai, jumlahnya juga masih belum terlalu banyak.
"Memang sedang dikerjakan ini semua, memang seiring sebenarnya, Karena populasi mobilnya juga masih harus ditingkatkan dan charging station nya juga bertahap, sehingga BEV kita perkembangannya tidak bisa sesuai dengan yang kita harapkan," ujarnya.
Seperti diketahui pada tahun 2035, pemerintah menargetkan 1 juta kendaraan listrik roda empat atau lebih dan 3,22 juta kendaraan listrik roda dua.
Dengan target tersebut, pemerintah memperkirakan dapat menghemat penggunaan 12,5 juta barel BBM dan mengurangi 4,6 juta ton CO2 untuk kendaraan roda empat atau lebih. Sementara untuk kendaraan roda dua, diperkirakan akan ada penghematan penggunaan BBM sebesar 4 juta barel dan penurunan emisi mencapai 1,4 juta ton CO2.
(akr)
tulis komentar anda