Diancam Munculnya Resesi, Harga Minyak Dunia Terkoreksi
Selasa, 19 Juli 2022 - 10:31 WIB
JAKARTA - Harga minyak dunia turun pada perdagangan Selasa (19/7/2022), mengambil napas setelah melonjak lebih dari USD5 per barel di sesi sebelumnya.
Data bursa Intercontinental Exchange hingga pukul 09:19 WIB menunjukkan minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September turun 0,24% menjadi USD106,02 per barel. Koreksi terjadi setelah naik 5,1% pada Senin kemarin (18/7/2022), yang menjadi persentase kenaikan terbesar sejak 12 April.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencatat untuk pengiriman Agustus turun 0,15% menjadi USD101,95 per barel. WTI telah naik 5,1% pada hari Senin yang menjadi persentase kenaikan terbesar sejak 11 Mei.
Harga minyak masih cenderung fluktuatif beberapa pekan terakhir. Kedua tolok ukur minyak tersebut tercatat mengalami penurunan mingguan lebih dari 5% pada pekan lalu.
Sampai saat ini pasar minyak masih terguncang antara kekhawatiran ihwal pasokan akibat sanksi Barat terhadap minyak mentah Rusia dan meningkatnya kekhawatiran bahwa upaya bank sentral untuk menjinakkan lonjakan inflasi dapat memicu resesi.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat memangkas permintaan bahan bakar di masa depan, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (19/7/2022).
Dua pejabat Federal Reserve AS pada pekan lalu mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli 2022.
Data bursa Intercontinental Exchange hingga pukul 09:19 WIB menunjukkan minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September turun 0,24% menjadi USD106,02 per barel. Koreksi terjadi setelah naik 5,1% pada Senin kemarin (18/7/2022), yang menjadi persentase kenaikan terbesar sejak 12 April.
Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di New York Mercantile Exchange (NYMEX) mencatat untuk pengiriman Agustus turun 0,15% menjadi USD101,95 per barel. WTI telah naik 5,1% pada hari Senin yang menjadi persentase kenaikan terbesar sejak 11 Mei.
Harga minyak masih cenderung fluktuatif beberapa pekan terakhir. Kedua tolok ukur minyak tersebut tercatat mengalami penurunan mingguan lebih dari 5% pada pekan lalu.
Sampai saat ini pasar minyak masih terguncang antara kekhawatiran ihwal pasokan akibat sanksi Barat terhadap minyak mentah Rusia dan meningkatnya kekhawatiran bahwa upaya bank sentral untuk menjinakkan lonjakan inflasi dapat memicu resesi.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi dapat memangkas permintaan bahan bakar di masa depan, sebagaimana dilansir Reuters, Selasa (19/7/2022).
Dua pejabat Federal Reserve AS pada pekan lalu mengindikasikan bahwa bank sentral kemungkinan hanya akan menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada pertemuan 26-27 Juli 2022.
(uka)
tulis komentar anda