Migas Non Konvensional RI Dilirik Asing, Cadangan Paling Besar Ada di Pulau Ini

Senin, 25 Juli 2022 - 20:49 WIB
Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, akan terus berusaha dan mengupayakan untuk mengembangkan kekayaan Indonesia berupa bukan Migas (minyak dan gas bumi) alias Migas Non Konvensional (MNK). Foto/Dok
JAKARTA - Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi ( SKK Migas ), Dwi Soetjipto mengatakan, akan terus berusaha dan mengupayakan untuk mengembangkan kekayaan Indonesia berupa bukan Migas (minyak dan gas bumi) alias Migas Non Konvensional (MNK).



Berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 05 Tahun 2012, migas non konvensional adalah minyak dan gas bumi yang diusahakan dari reservoir tempat terbentuknya minyak dan gas bumi dengan permeabilitas yang rendah (low permeability), antara lain shale oil, shale gas, tight sand gas, gas metana batubara (coal bed methane), dan methane-hydrate.

Dwi menuturkan, dalam hal potensi migas non konvensional itu, SKK Migas mencatatkan bahwa Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan.



"Diperlukan fleksibilitas dan agresivitas dalam mendukung target 1 juta barel minyak per hari pada 2030 mendatang," kata Dwi melalui daring acara Energy Corner CNBC Indonesia, Senin (25/7/2022).

Dia menuturkan, untuk memenuhi target tersebut salah satunya dengan kebijakan melalui pemberian insentif untuk pengembangan migas non konvensional. "Kita sudah menghadapi potensi baru di Indonesia yakni migas non konvensional yang cadangannya cukup besar dan sudah dilirik investor dari luar negeri," katanya.

Menurut dia, pengembangan migas non konvensional sudah tidak bisa lagi mengacu pada fiscal terms yang saat ini diperuntukkan untuk pengembangan migas konvensional.

"Sehingga perlu adanya perbaikan sehingga ekonomis untuk dikembangkan. Karena sudah jauh berbeda, nah ini harus diantisipasi kalau ada payung hukumnya jadi besar," katanya.



Hal itu diamini Plt Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas, Mohammad Kemal yang mengatakan, bahwa paling besar saat ini untuk migas non konvensional ada di Sumatera Tengah, kemudian ada juga di Sumatera Utara dan Kalimantan Timur tetapi masih kecil-kecil.

"Kalau MNK fokusnya masih di WK Rokan. Kalau MNK ini kita menargetkan kitchen-nya itu. Rokan ini kan produksi paling gede jadi kita percaya kitchen pasti besar juga dong dan itu belum diproduksikan, maka kita percaya itu besar,” ujarnya.
(akr)
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More