Gara-Gara Corona, 50% UMKM Berpotensi Gulung Tikar
Minggu, 28 Juni 2020 - 18:35 WIB
JAKARTA - Kementerian Koperasi dan UKM memproyeksikan separuh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) berpotensi gulung tikar terdampak pandemi Covid-19. Sebab itu pemerintah memberikan stimulus untuk menyelamatkan pelaku bisnis UMKM agar tidak menambah angka pengangguran.
"Pemerintah berusaha membangkitkan UMKM dengan berbagai cara, karena ada 60 juta pelaku usaha UMKM belum lagi jumlah tenaga kerjanya," ungkap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, di Jakarta, Minggu (28/6/2020).
(BACA JUGA: Terpuruk karena Pandemi Covid-19, Selamatkan UMKM)
Menurut dia ada sujumlah upaya untuk membantu UMKM supaya tidak semakin terpuruk, di antaranya memberikan bantuan sosial, memberikan insentif pajak, relaksasi dan restrukturisasi pinjaman, di mana ada sekitar 60,6 juta pelaku usaha UMKM terhubung dengan lembaga pembiayaan formal. Selain itu pihaknya juga memberikan pinjaman baru melalui koperasi hingga meminta kementerian/lembaga menggunakan produk lokal UMKM. "Semua kebijakan itu ditujukan agar daya beli masyarakat bisa tumbuh, sekaligus menggerakkan perekonomian," ujarnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mendorong pemasaran UMKM melalui digital. Pihaknya mneyebut baru 8 juta pelaku usaha UMKM atau 13% yang memanfaatkan tekologi digital dari total 60 juta pelaku bisnis UMKM. "Kami mentargetkan hingga akhir tahun ini ada tambahan 2 juta UMKM yang bisa terhubung ke ekonomi digital, sehingga total akan ada 10 juta UMKM," jelasnya.
Meski telah bertransformasi digital, tidak menjamin pelaku usaha bisa bertahan, apalagi di tengah wabah corona. Rata-rata tingkat keberhasilan pelaku usaha UMKM hanya 4-10% walaupun telah bertransformasi digital. Teten pun mengidentifikasi ada sejumlah kendala sehingga UMKM tidak berhasil, antara lain tidak mampu bersaing dengan brand besar, kemampuan manajemen masih rendah dan kapasitas produksi masih relatif kecil.
"Misalnya, kasus produk lokal bakpia pathok bisa jadi pelajaran, di mana pelaku usaha UMKM banyak dengan volume produksi terbatas. Dengan demikan, perlu konsolidasi brand dan perlu rumah produksi bersama sehingga efisien," imbuhnya.
Disamping itu, perlu melibatkan milenial yang melek teknologi informasi dengan harapan pelaku UMKM lebih lihai memasarkan produknya secara online. "Disamping itu, juga bisa mendampingipelaku UMKM dalam teknologi pengemasan dan memperbaiki kualitas produknya," tandas dia.
"Pemerintah berusaha membangkitkan UMKM dengan berbagai cara, karena ada 60 juta pelaku usaha UMKM belum lagi jumlah tenaga kerjanya," ungkap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, di Jakarta, Minggu (28/6/2020).
(BACA JUGA: Terpuruk karena Pandemi Covid-19, Selamatkan UMKM)
Menurut dia ada sujumlah upaya untuk membantu UMKM supaya tidak semakin terpuruk, di antaranya memberikan bantuan sosial, memberikan insentif pajak, relaksasi dan restrukturisasi pinjaman, di mana ada sekitar 60,6 juta pelaku usaha UMKM terhubung dengan lembaga pembiayaan formal. Selain itu pihaknya juga memberikan pinjaman baru melalui koperasi hingga meminta kementerian/lembaga menggunakan produk lokal UMKM. "Semua kebijakan itu ditujukan agar daya beli masyarakat bisa tumbuh, sekaligus menggerakkan perekonomian," ujarnya.
Tidak hanya itu, pihaknya juga mendorong pemasaran UMKM melalui digital. Pihaknya mneyebut baru 8 juta pelaku usaha UMKM atau 13% yang memanfaatkan tekologi digital dari total 60 juta pelaku bisnis UMKM. "Kami mentargetkan hingga akhir tahun ini ada tambahan 2 juta UMKM yang bisa terhubung ke ekonomi digital, sehingga total akan ada 10 juta UMKM," jelasnya.
Meski telah bertransformasi digital, tidak menjamin pelaku usaha bisa bertahan, apalagi di tengah wabah corona. Rata-rata tingkat keberhasilan pelaku usaha UMKM hanya 4-10% walaupun telah bertransformasi digital. Teten pun mengidentifikasi ada sejumlah kendala sehingga UMKM tidak berhasil, antara lain tidak mampu bersaing dengan brand besar, kemampuan manajemen masih rendah dan kapasitas produksi masih relatif kecil.
"Misalnya, kasus produk lokal bakpia pathok bisa jadi pelajaran, di mana pelaku usaha UMKM banyak dengan volume produksi terbatas. Dengan demikan, perlu konsolidasi brand dan perlu rumah produksi bersama sehingga efisien," imbuhnya.
Disamping itu, perlu melibatkan milenial yang melek teknologi informasi dengan harapan pelaku UMKM lebih lihai memasarkan produknya secara online. "Disamping itu, juga bisa mendampingipelaku UMKM dalam teknologi pengemasan dan memperbaiki kualitas produknya," tandas dia.
(nng)
tulis komentar anda