KSSK Khawatir, Dunia Terancam Resesi hingga Stagflasi
Senin, 01 Agustus 2022 - 19:38 WIB
JAKARTA - Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) mengkhawatirkan situasi perekonomian global yang diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya sejalan dengan meningkatnya sejumlah risiko. Stagflasi hingga resesi meningkatkan risiko perekonomian termasuk Indonesia.
"Meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global jadi perhatian KSSK. Disertai semakin meningkatnya kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya resesi di AS maupun juga di Eropa," kata Ketua KSSK juga Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala III KSSK 2022 secara virtual di Jakarta, Senin (1/8/2022).
Menurut dia tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasok yang diperparah oleh berlanjutnya perang di Ukraina. Risiko tersebut meningkatkan stagflasi, yaitu inflasi tinggi yang dikombinasikan dengan kondisi perekonomian yang melemah.
Pertumbuhan ekonomi di berbagai negara termasuk AS, Eropa, Jepang, Tiongkok, dan India diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi awal. Seperti diketahui, World Bank dan International Monetary Fund (IMF) telah merevisi kebawah proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2022 ini, yaitu dari 4,1% menjadi 2,6% yang diproyeksikan oleh World Bank, dan dari 3,6% direvisi ke bawah menjadi 3,2% oleh IMF.
"Ketidakpastian di pasar keuangan global akibat tingginya inflasi di negara maju dan pengetatan dari kebijakan moneter telah mengakibatkan aliran keluar modal asing, khususnya investasi portofolio, dan ini juga menekan nilai tukar di berbagai negara berkembang," jelas Sri Mulyani.
"Meningkatnya risiko stagflasi dan ketidakpastian pasar keuangan global jadi perhatian KSSK. Disertai semakin meningkatnya kekhawatiran terhadap kemungkinan terjadinya resesi di AS maupun juga di Eropa," kata Ketua KSSK juga Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala III KSSK 2022 secara virtual di Jakarta, Senin (1/8/2022).
Menurut dia tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasok yang diperparah oleh berlanjutnya perang di Ukraina. Risiko tersebut meningkatkan stagflasi, yaitu inflasi tinggi yang dikombinasikan dengan kondisi perekonomian yang melemah.
Pertumbuhan ekonomi di berbagai negara termasuk AS, Eropa, Jepang, Tiongkok, dan India diperkirakan akan lebih rendah dari proyeksi awal. Seperti diketahui, World Bank dan International Monetary Fund (IMF) telah merevisi kebawah proyeksi pertumbuhan global untuk tahun 2022 ini, yaitu dari 4,1% menjadi 2,6% yang diproyeksikan oleh World Bank, dan dari 3,6% direvisi ke bawah menjadi 3,2% oleh IMF.
"Ketidakpastian di pasar keuangan global akibat tingginya inflasi di negara maju dan pengetatan dari kebijakan moneter telah mengakibatkan aliran keluar modal asing, khususnya investasi portofolio, dan ini juga menekan nilai tukar di berbagai negara berkembang," jelas Sri Mulyani.
(nng)
tulis komentar anda