Pertahankan Laba, Ini 5 Langkah Strategi Bisnis SCG
Jum'at, 12 Agustus 2022 - 20:35 WIB
JAKARTA - SCG menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang positif di kuartal I-2022 dan semester I-2022 dengan prospek keuangan yang kuat, meskipun terdapat lonjakan biaya energi yang berdampak pada perolehan laba perusahaan.
President Director PT. SCG Indonesia, Chakkapong Yingwattanathaworn mengungkapkan, SCG terus beradaptasi untuk memperkuat posisi bisnis dan kinerja keuangan di tengah krisis global akibat inflasi, kenaikan suku bunga, peningkatan harga bahan baku dan energi, serta perubahan iklim dunia.
Baca juga : SCG Dukung Pemerintah Bahu-membahu Turunkan Emisi Karbon
"Inovasi produk dan layanan terus dilakukan, khususnya produk ramah lingkungan dengan label SCG Green Choice, memenuhi keamanan dan kenyamanan pelanggan, dan memenuhi kebutuhan sektor pariwisata seiring batas negara yang mulai dibuka," kata Chakkapong Yingwattanathaworn di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (12/8/2022)
Menurut laporan keuangan kuartal 1-2022 untuk hasil operasi perusahaan yang belum ditinjau, SCG mencatat pendapatan sebesar Rp63,56 triliun. Stabil secara q-o-q dan meningkat 14% secara y-o-y berkat peningkatan penjualan di seluruh lini bisnis dan kenaikan harga produk di pasaran.
Sementara laba mencapai Rp4,14 triliun, turun 42% y-o-y akibat kenaikan harga minyak dunia dan penurunan pendapatan ekuitas pada lini bisnis bahan kimia (chemicals). Namun, secara q-o-q laba meningkat 12% berkat pendapatan dividen dari bisnis investasi. Sementara itu, pendapatan dari penjualan paruh pertama tahun 2022 mencapai Rp130,54 triliun (US$ 9,04 miliar), tumbuh 19% secara y-o-y.
Baca juga : Naik 64%, Aset SCG di Indonesia Capai Rp36,5 Triliun
Roongrote mengakui saat ini ekonomi global sangat tidak dapat diprediksi. Untuk itu SCG mengamati situasi dan menyelaraskan operasinya lewat lima strategi berikut:
1. Menekan biaya dan meningkatkan pemanfaatan energi alternatif dengan mengadopsi teknologi manufaktur yang efisien, mengurangi limbah, dan meningkatkan proporsi energi alternatif seperti biomassa dan tenaga surya. Saat ini, konsumsi energi alternatif SCG mencapai 16,4%.
President Director PT. SCG Indonesia, Chakkapong Yingwattanathaworn mengungkapkan, SCG terus beradaptasi untuk memperkuat posisi bisnis dan kinerja keuangan di tengah krisis global akibat inflasi, kenaikan suku bunga, peningkatan harga bahan baku dan energi, serta perubahan iklim dunia.
Baca juga : SCG Dukung Pemerintah Bahu-membahu Turunkan Emisi Karbon
"Inovasi produk dan layanan terus dilakukan, khususnya produk ramah lingkungan dengan label SCG Green Choice, memenuhi keamanan dan kenyamanan pelanggan, dan memenuhi kebutuhan sektor pariwisata seiring batas negara yang mulai dibuka," kata Chakkapong Yingwattanathaworn di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Jumat (12/8/2022)
Menurut laporan keuangan kuartal 1-2022 untuk hasil operasi perusahaan yang belum ditinjau, SCG mencatat pendapatan sebesar Rp63,56 triliun. Stabil secara q-o-q dan meningkat 14% secara y-o-y berkat peningkatan penjualan di seluruh lini bisnis dan kenaikan harga produk di pasaran.
Sementara laba mencapai Rp4,14 triliun, turun 42% y-o-y akibat kenaikan harga minyak dunia dan penurunan pendapatan ekuitas pada lini bisnis bahan kimia (chemicals). Namun, secara q-o-q laba meningkat 12% berkat pendapatan dividen dari bisnis investasi. Sementara itu, pendapatan dari penjualan paruh pertama tahun 2022 mencapai Rp130,54 triliun (US$ 9,04 miliar), tumbuh 19% secara y-o-y.
Baca juga : Naik 64%, Aset SCG di Indonesia Capai Rp36,5 Triliun
Roongrote mengakui saat ini ekonomi global sangat tidak dapat diprediksi. Untuk itu SCG mengamati situasi dan menyelaraskan operasinya lewat lima strategi berikut:
1. Menekan biaya dan meningkatkan pemanfaatan energi alternatif dengan mengadopsi teknologi manufaktur yang efisien, mengurangi limbah, dan meningkatkan proporsi energi alternatif seperti biomassa dan tenaga surya. Saat ini, konsumsi energi alternatif SCG mencapai 16,4%.
tulis komentar anda