Imbas Perang dengan Ukraina, Ekonomi Rusia Kontraksi 4% di Kuartal II/2022
Minggu, 14 Agustus 2022 - 19:27 WIB
JAKARTA - Konflik Rusia-Ukraina yang berlangsung hampir enam bulan berdampak nyata pada perekonomian kedua negara dan dunia.
Badan Statistik Rusia melaporkan produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 4% pada kuartal II/2022, yang merupakan periode pertama sejak Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina.
Penurunan tajam ini mengindikasikan ada perubahan yang cukup drastis atas ekonomi Rusia sejak konflik di Eropa Timur meletus pada Februari lalu.
Hal itu juga menandai adanya pembalikan tajam dari kuartal pertama saat ekonomi negara berjuluk Beruang Merah itu tumbuh 3,5%.
Berdasarkan laporan Associated Press, dikutip Minggu (14/8/2022), keadaan ekonomi yang memburuk dipicu oleh beragam sanksi Barat, termasuk pemutusan bank Rusia dari sistem transfer internasional atau SWIFT dan eksodus sejumlah perusahaan asing.
"Ekonomi kami akan bergerak menuju keseimbangan jangka panjang yang baru," kata Deputi Gubernur Bank of Russia Alexey Zabotkin.
Bank Sentral Rusia menjadi salah satu lembaga yang bertanggungjawab untuk menahan gejolak di pasar saat mata uang rubel lesu di pasaran. Sejumlah kebijakan kontrol modal dan kenaikan suku bunga dinilai dapat menjadi benteng pertahanan.
Stimulus fiskal dan pelonggaran kebijakan moneter dalam beberapa bulan terakhir tampak mulai muncul, yang pada akhirnya meringangkan beban ekonomi atas dampak sanksi internasional.
Badan Statistik Rusia melaporkan produk domestik bruto (PDB) mengalami kontraksi 4% pada kuartal II/2022, yang merupakan periode pertama sejak Rusia mengirim pasukannya ke Ukraina.
Penurunan tajam ini mengindikasikan ada perubahan yang cukup drastis atas ekonomi Rusia sejak konflik di Eropa Timur meletus pada Februari lalu.
Hal itu juga menandai adanya pembalikan tajam dari kuartal pertama saat ekonomi negara berjuluk Beruang Merah itu tumbuh 3,5%.
Berdasarkan laporan Associated Press, dikutip Minggu (14/8/2022), keadaan ekonomi yang memburuk dipicu oleh beragam sanksi Barat, termasuk pemutusan bank Rusia dari sistem transfer internasional atau SWIFT dan eksodus sejumlah perusahaan asing.
"Ekonomi kami akan bergerak menuju keseimbangan jangka panjang yang baru," kata Deputi Gubernur Bank of Russia Alexey Zabotkin.
Bank Sentral Rusia menjadi salah satu lembaga yang bertanggungjawab untuk menahan gejolak di pasar saat mata uang rubel lesu di pasaran. Sejumlah kebijakan kontrol modal dan kenaikan suku bunga dinilai dapat menjadi benteng pertahanan.
Stimulus fiskal dan pelonggaran kebijakan moneter dalam beberapa bulan terakhir tampak mulai muncul, yang pada akhirnya meringangkan beban ekonomi atas dampak sanksi internasional.
tulis komentar anda