Sri Mulyani: Meskipun BBM Subsidi Naik Anggaran Tetap Jebol
Kamis, 25 Agustus 2022 - 19:43 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan meskipun kenaikan bahan bakar minyak (BBM) dinaikkan anggaran subsidi tetap jebol. Adapun pemerintah menganggarkan subsidi BBM senilai Rp502 triliun dengan asumsi 23 juta kiloliter (kl) tetapi proyeksi hingga akhir tahun mencapai 29 juta kl.
"Subsidi ini akan terlewati karena dampak harga minyak dunia di pasar global yang naik. Namun pemerintah belum melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dengan nilai keekonomiannya," ungkap dia dalam rapat kerja dengan Komite IV DPD RI di Jakarta, Kamis (25/8/2022).
Dia menyebutkan bahwa tren harga minyak dunia terus meningkat, bahkan rata-rata harganya sudah mencapai USD105 per barel. "Padahal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 harga minyak dunia diasumsikan USD100 per barel, tapi harga minyak masih USD105 per barel," ucap Sri.
Hal ini diperparah dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, bahkan melebihi dari yang diasumsikan, seiring pengetatan moneter yang dilakukan banyak negara karena lonjakan inflasi yang tinggi. "Extreme trade yang tadi mengakibatkan pengetatan moneter dan pelemahan 5% di Rp14.750 per dolar AS," ungkapnya.
Memandang situasi global saat ini, dia mengatakan, APBN 2023 dirancang dengan tema optimistis dan tetap waspada. APBN sebagai instrumen negara harus mewaspadai dampak geopolitik Rusia dan Ukraina yang belum nampak pertanda kapan berakhirnya.
"Konflik geopolitik ini tidak akan selesai dalam waktu dekat dan kita tidak pernah tahu kapan berakhir dan dalam bentuk apa. Ini menimbulkan ketidakpastian yang tinggi, makanya policy kita harus menjaga dengan waspada," pungkas Sri.
"Subsidi ini akan terlewati karena dampak harga minyak dunia di pasar global yang naik. Namun pemerintah belum melakukan penyesuaian harga BBM bersubsidi dengan nilai keekonomiannya," ungkap dia dalam rapat kerja dengan Komite IV DPD RI di Jakarta, Kamis (25/8/2022).
Baca Juga
Dia menyebutkan bahwa tren harga minyak dunia terus meningkat, bahkan rata-rata harganya sudah mencapai USD105 per barel. "Padahal dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2022 harga minyak dunia diasumsikan USD100 per barel, tapi harga minyak masih USD105 per barel," ucap Sri.
Hal ini diperparah dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, bahkan melebihi dari yang diasumsikan, seiring pengetatan moneter yang dilakukan banyak negara karena lonjakan inflasi yang tinggi. "Extreme trade yang tadi mengakibatkan pengetatan moneter dan pelemahan 5% di Rp14.750 per dolar AS," ungkapnya.
Memandang situasi global saat ini, dia mengatakan, APBN 2023 dirancang dengan tema optimistis dan tetap waspada. APBN sebagai instrumen negara harus mewaspadai dampak geopolitik Rusia dan Ukraina yang belum nampak pertanda kapan berakhirnya.
"Konflik geopolitik ini tidak akan selesai dalam waktu dekat dan kita tidak pernah tahu kapan berakhir dan dalam bentuk apa. Ini menimbulkan ketidakpastian yang tinggi, makanya policy kita harus menjaga dengan waspada," pungkas Sri.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda