Urusan BBM, Faisal Basri Sarankan Indonesia Belajar dari Timor Leste dan Norwegia
Rabu, 31 Agustus 2022 - 18:29 WIB
JAKARTA - Upaya pemerintah Indonesia dalam menjaga dan mengendalikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan menggelontorkan subsidi acapkali menimbulkan dilema bagi pemerintah sendiri.
Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri pun menyarankan pemerintah untuk belajar mengelola bahan bakar minyak, termasuk BBM bersubsidi dari Timor Leste. Diketahui, negara tetangga itu juga pernah menjadi bagian dari Indonesia hingga 2002.
Faisal menuturkan, cadangan minyak dalam negeri terus menyusut hingga diperkirakan akan habis dalam waktu maksimal 9 tahun lagi. Padahal, ketika masih bisa memproduksi saja, pemerintah sudah kesulitan mengendalikan harga BBM sehingga harus ada subsidi energi.
"Negara tetangga kita, saudara dekat kita, Timor Leste itu lebih bijak dalam melihat BBM ini," ujarnya dalam webinar "Menemukan Jalan Subsidi BBM Tepat Sasaran", dikutip Rabu (31/8/2022).
Dia mengungkapkan bahwa kebijaksanaan pemerintah Timor Leste dalam mengelola cadangan minyaknya terlihat dari penentuan harga BBM di negara itu yang cenderung lebih mahal dari Indonesia. Padahal, kata dia, Timor Leste merupakan salah satu produsen dan eksportir migas hingga saat ini.
"Lebih mahal dari Indonesia walaupun dia produsen dan eksportir BBM. Karena apa? Dia enggak mau kasih subsidi suka-suka. Mereka sisihkan 30% dari pendapatan minyaknya itu dalam bentuk oil fund," paparnya.
Faisal membeberkan bahwa dengan penetapan harga minyak yang lebih sesuai dengan harga pasaran dan tidak sembarangan memberikan subsidi energi, pemerintah Timor Leste mampu memanfaatkan dana yang diperoleh dari penjualan minyak mentah itu untuk kepentingan masyarakat lebih luas.
"Dana minyak itu untuk beasiswa, sekolah, bangun infrastruktur, EBT (energi baru dan terbarukan) energi solar, dan sebagainya itu. Nah itu Timor Leste, memang negaranya relatif kecil," ujarnya.
Ekonom senior Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri pun menyarankan pemerintah untuk belajar mengelola bahan bakar minyak, termasuk BBM bersubsidi dari Timor Leste. Diketahui, negara tetangga itu juga pernah menjadi bagian dari Indonesia hingga 2002.
Faisal menuturkan, cadangan minyak dalam negeri terus menyusut hingga diperkirakan akan habis dalam waktu maksimal 9 tahun lagi. Padahal, ketika masih bisa memproduksi saja, pemerintah sudah kesulitan mengendalikan harga BBM sehingga harus ada subsidi energi.
"Negara tetangga kita, saudara dekat kita, Timor Leste itu lebih bijak dalam melihat BBM ini," ujarnya dalam webinar "Menemukan Jalan Subsidi BBM Tepat Sasaran", dikutip Rabu (31/8/2022).
Dia mengungkapkan bahwa kebijaksanaan pemerintah Timor Leste dalam mengelola cadangan minyaknya terlihat dari penentuan harga BBM di negara itu yang cenderung lebih mahal dari Indonesia. Padahal, kata dia, Timor Leste merupakan salah satu produsen dan eksportir migas hingga saat ini.
"Lebih mahal dari Indonesia walaupun dia produsen dan eksportir BBM. Karena apa? Dia enggak mau kasih subsidi suka-suka. Mereka sisihkan 30% dari pendapatan minyaknya itu dalam bentuk oil fund," paparnya.
Faisal membeberkan bahwa dengan penetapan harga minyak yang lebih sesuai dengan harga pasaran dan tidak sembarangan memberikan subsidi energi, pemerintah Timor Leste mampu memanfaatkan dana yang diperoleh dari penjualan minyak mentah itu untuk kepentingan masyarakat lebih luas.
"Dana minyak itu untuk beasiswa, sekolah, bangun infrastruktur, EBT (energi baru dan terbarukan) energi solar, dan sebagainya itu. Nah itu Timor Leste, memang negaranya relatif kecil," ujarnya.
Lihat Juga :
tulis komentar anda