Tenang, Menkeu Bilang Rasio Utang Kita Masih Rendah
Rabu, 01 Juli 2020 - 21:22 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan, bahwa rasio utang Indonesia masih lebih rendah dari aturan yang ditetapkan dalam UU Keuangan Negara, yaitu 60% dari produk domestik bruto (PDB). Namun, jika tidak membuat kebijakan fiskal yang tepat akan membuat rasio utang Indonesia bertambah tinggi.
"Mungkin kita beruntung karena memiliki utang yang rasionya jauh lebih rendah terhadap PDB sekitar 30%. Tetapi segera dalam satu tahun, kedalaman utang akan berpotensi meningkat menjadi 37% dari PDB," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (1/7/2020).
Di luar persoalan utang, Sri mengatakan akan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan dalam menghadapi pandemi virus Corona (Covid-19). Pasalnya, tujuan pembangunan yang berkelanjutan akan kembali merangsang perekonomian.
"Ini akan meningkat secara dramatis. Saya memberikan pengalaman saya sendiri," jelasnya. ( Baca:Gara-Gara Corona, Utang Luar Negeri Pemerintah Naik )
Dia menambahkan, saat ini ada usaha-usaha yang bisa bertahan di tengah pandemi asalkan mengadopsi sistem digital untuk kelangsungan bisnisnya. Dia menyebut, Covid-19 membatasi interaksi hingga ekonomi terpukul keras.
"Kegiatan yang mampu pindah ke online dan digital adalah yang bisa survive," jelasnya.
"Mungkin kita beruntung karena memiliki utang yang rasionya jauh lebih rendah terhadap PDB sekitar 30%. Tetapi segera dalam satu tahun, kedalaman utang akan berpotensi meningkat menjadi 37% dari PDB," ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (1/7/2020).
Di luar persoalan utang, Sri mengatakan akan meningkatkan pembangunan yang berkelanjutan dalam menghadapi pandemi virus Corona (Covid-19). Pasalnya, tujuan pembangunan yang berkelanjutan akan kembali merangsang perekonomian.
"Ini akan meningkat secara dramatis. Saya memberikan pengalaman saya sendiri," jelasnya. ( Baca:Gara-Gara Corona, Utang Luar Negeri Pemerintah Naik )
Dia menambahkan, saat ini ada usaha-usaha yang bisa bertahan di tengah pandemi asalkan mengadopsi sistem digital untuk kelangsungan bisnisnya. Dia menyebut, Covid-19 membatasi interaksi hingga ekonomi terpukul keras.
"Kegiatan yang mampu pindah ke online dan digital adalah yang bisa survive," jelasnya.
(uka)
tulis komentar anda