Kadin Ingin Sektor Kelautan dan Perikanan Jadi Penopang Ekonomi
Kamis, 02 Juli 2020 - 10:12 WIB
JAKARTA - Sektor kelautan dan perikanan diharapkan bisa menjadi penopang pertumbuhan ekonomi di saat pandemi korona (Covid-19) ini. Selain masyarakat masih membutuhkan hasil kelautan dan perikanan, potensi ekspor dari sektor tersebut sangat besar.
Untuk membuat hal itu terwujud, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk pelaku usaha. Sinergi dengan pelaku usaha yang dilakukan KKP ini mendapat apresiasi dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Beberapa indikator menjadi catatan penting dari dunia usaha untuk kinerja pemerintah di sektor kelautan dan perikanan sepanjang semester I/2020 ini. “Sinergi program pemerintah dan dunia usaha selama ini sangat baik. Pemerintah cukup terbuka dengan usulan-usulan dari pelaku usaha, bahkan mau mendengar suara nelayan dan mau mengoordinasi berbagai kepentingan di sektor ini,” ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto di Jakarta kemarin.
Menurut dia, dalam perikanan budi daya, pemerintah dinilai cukup jeli membangun kerja sama dengan pihak swasta untuk melakukan observasi dan eksploitasi budi daya yang potensinya demikian besar sehingga menjadi salah satu program prioritas. (Baca: Proyek Kartu Prakerja Dilaporkan ke Kejaksaan Agung)
Selain perikanan tangkap, perikanan budi daya sangat menjanjikan untuk menopang kinerja ekspor. “Udang, tuna, tongkol, cakalang, cumi sotong, gurita, rajungan, kepiting, dan rumput laut adalah komoditas yang ideal”, katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kuartal I/2020, ekspor dari budi daya perikanan komoditas tersebut sangat menjanjikan. Udang mendominasi ekspor dengan nilai mencapai USD466,24 juta (37,56%). Tuna-tongkol-cakalang (TTC) senilai USD176,63 juta (14,23%). Kemudian cumi-sotong-gurita senilai USD131,94 juta (10,63%), disusul rajungan-kepiting dengan nilai USD105,32 juta (8,48%) dan rumput laut dengan nilai USD53,75 juta (4,33%).
“Budi daya bagus untuk penciptaan lapangan kerja, meningkatkan taraf hidup petambak, dan menjaga kelestarian,” jelasnya. (Baca juga: Industri Penerbangan Diprediksi Baru Pulih Akhir 2022)
Kadin berharap, sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi ujung tombak perekonomian nasional dalam masa pemulihan pasca-Covid-19. “Selama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) berlangsung, aktivitas produksi perikanan tetap berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan ekspornya cukup baik,” kata Yugi.
Berdasarkan data BPS, volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sementara itu nilai ekspor Indonesia selama Januari–Maret 2020 mencapai USD 1,24 miliar atau meningkat 9,82% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Pada April 2020 volume ekspor tercatat mencapai 119,65 ribu ton atau meningkat 29,84% apabila dibandingkan dengan April 2019, dengan nilai ekspor perikanan mencapai USD 438,02 juta.
Untuk membuat hal itu terwujud, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) perlu bersinergi dengan berbagai pihak, termasuk pelaku usaha. Sinergi dengan pelaku usaha yang dilakukan KKP ini mendapat apresiasi dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia.
Beberapa indikator menjadi catatan penting dari dunia usaha untuk kinerja pemerintah di sektor kelautan dan perikanan sepanjang semester I/2020 ini. “Sinergi program pemerintah dan dunia usaha selama ini sangat baik. Pemerintah cukup terbuka dengan usulan-usulan dari pelaku usaha, bahkan mau mendengar suara nelayan dan mau mengoordinasi berbagai kepentingan di sektor ini,” ungkap Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kelautan dan Perikanan Yugi Prayanto di Jakarta kemarin.
Menurut dia, dalam perikanan budi daya, pemerintah dinilai cukup jeli membangun kerja sama dengan pihak swasta untuk melakukan observasi dan eksploitasi budi daya yang potensinya demikian besar sehingga menjadi salah satu program prioritas. (Baca: Proyek Kartu Prakerja Dilaporkan ke Kejaksaan Agung)
Selain perikanan tangkap, perikanan budi daya sangat menjanjikan untuk menopang kinerja ekspor. “Udang, tuna, tongkol, cakalang, cumi sotong, gurita, rajungan, kepiting, dan rumput laut adalah komoditas yang ideal”, katanya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) kuartal I/2020, ekspor dari budi daya perikanan komoditas tersebut sangat menjanjikan. Udang mendominasi ekspor dengan nilai mencapai USD466,24 juta (37,56%). Tuna-tongkol-cakalang (TTC) senilai USD176,63 juta (14,23%). Kemudian cumi-sotong-gurita senilai USD131,94 juta (10,63%), disusul rajungan-kepiting dengan nilai USD105,32 juta (8,48%) dan rumput laut dengan nilai USD53,75 juta (4,33%).
“Budi daya bagus untuk penciptaan lapangan kerja, meningkatkan taraf hidup petambak, dan menjaga kelestarian,” jelasnya. (Baca juga: Industri Penerbangan Diprediksi Baru Pulih Akhir 2022)
Kadin berharap, sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi ujung tombak perekonomian nasional dalam masa pemulihan pasca-Covid-19. “Selama PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) berlangsung, aktivitas produksi perikanan tetap berjalan dengan memperhatikan protokol kesehatan dan ekspornya cukup baik,” kata Yugi.
Berdasarkan data BPS, volume ekspor Januari–Maret 2020 mencapai 295,13 ribu ton atau meningkat 10,96% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Sementara itu nilai ekspor Indonesia selama Januari–Maret 2020 mencapai USD 1,24 miliar atau meningkat 9,82% bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Pada April 2020 volume ekspor tercatat mencapai 119,65 ribu ton atau meningkat 29,84% apabila dibandingkan dengan April 2019, dengan nilai ekspor perikanan mencapai USD 438,02 juta.
tulis komentar anda