Petani Diminta Mengimplementasikan CSA Proyek SIMURP
Kamis, 02 Juli 2020 - 16:32 WIB
JAKARTA - Climate Smart Agriculture (CSA) atau pertanian cerdas iklim dari proyek SIMURP, mengajak petani untuk meningkatkan produktivitas. Untuk itu petani diminta untuk mengimplementasikan CSA di lahan pertanian masing-masing.
Ajakan untuk mengimplementasikan CSA proyek SIMURP disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, dalam Rapat Evaluasi Kegiatan Proyek SIMURP melalui video conference, Kamis (02/07/2020).
"CSA SIMURP mengajak petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian, caranya dengan cerdas memanfaatkan iklim. Misalnya bagaimana pertanian hanya memerlukan air sedikit tetapi produktivitasnya tetap tinggi," tutur Dedi Nursyamsi.
Cara lainnya adalah dengan menghemat pupuk. Apalagi pupuk juga menjadi faktor pengungkit produktivitas yang luar biasa. Pupuk menjadi faktor penting untuk produksi.
"Bahkan di komunitas perkebunan, pupuk bisa menjadi faktor produksi yang paling mahal, yang paling dominan, yang paling menonjol. 60% sampai 80% biaya produksi ada di pemupukan. Saya pernah bertemu pelaku perkebunan tebu di Lampung. Mereka menyampaikan biaya produksi untuk pupuk mencapai 60%," terangnya.
Dedi Nursyamsi mencontohkan, jika biaya produksi Rp2 triliun, berarti untuk pupuk saja Rp1,2 triliun.
"Tapi kalau kita bisa menghemat pupuk hingga 10%, berarti kita sudah bisa menghemat Rp120 miliar. Apalagi kalau kita bisa menghemat pupuk sampai 50%, berarti kita bisa hemat Rp600 miliar hanya dari pemupukan. Itu manfaat dari CSA," katanya.
Di saat sama CSA tidak boleh memberikan dampak buat lingkungan yang aiggbifikasn, tidak boleh ada pencemaran akibat penggunaan bahan kimia dan sebagainya. Tidak boleh ada juga emisi gas rumah kaca yang signifikan.
"itu yang harus dilaksanakan dari proyek SIMURP. Petani harus mampu melaksanakan mengimplementasikan CSA di lahan masing-masing," katanya.
Ajakan untuk mengimplementasikan CSA proyek SIMURP disampaikan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan, Dedi Nursyamsi, dalam Rapat Evaluasi Kegiatan Proyek SIMURP melalui video conference, Kamis (02/07/2020).
"CSA SIMURP mengajak petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian, caranya dengan cerdas memanfaatkan iklim. Misalnya bagaimana pertanian hanya memerlukan air sedikit tetapi produktivitasnya tetap tinggi," tutur Dedi Nursyamsi.
Cara lainnya adalah dengan menghemat pupuk. Apalagi pupuk juga menjadi faktor pengungkit produktivitas yang luar biasa. Pupuk menjadi faktor penting untuk produksi.
"Bahkan di komunitas perkebunan, pupuk bisa menjadi faktor produksi yang paling mahal, yang paling dominan, yang paling menonjol. 60% sampai 80% biaya produksi ada di pemupukan. Saya pernah bertemu pelaku perkebunan tebu di Lampung. Mereka menyampaikan biaya produksi untuk pupuk mencapai 60%," terangnya.
Dedi Nursyamsi mencontohkan, jika biaya produksi Rp2 triliun, berarti untuk pupuk saja Rp1,2 triliun.
"Tapi kalau kita bisa menghemat pupuk hingga 10%, berarti kita sudah bisa menghemat Rp120 miliar. Apalagi kalau kita bisa menghemat pupuk sampai 50%, berarti kita bisa hemat Rp600 miliar hanya dari pemupukan. Itu manfaat dari CSA," katanya.
Di saat sama CSA tidak boleh memberikan dampak buat lingkungan yang aiggbifikasn, tidak boleh ada pencemaran akibat penggunaan bahan kimia dan sebagainya. Tidak boleh ada juga emisi gas rumah kaca yang signifikan.
"itu yang harus dilaksanakan dari proyek SIMURP. Petani harus mampu melaksanakan mengimplementasikan CSA di lahan masing-masing," katanya.
tulis komentar anda