Wall Street Dibuka Rebound Usai Tersengat Panasnya Sentimen Inflasi
Rabu, 14 September 2022 - 23:59 WIB
JAKARTA - Tiga indeks Wall Street dibuka rebound pada perdagangan hari ini, Rabu (14/9), usai tertekan cukup tajam pada sesi sebelumnya. Tekanan dipicu data inflasi Amerika Serikat (AS) periode Agustus sebesar 8,3% yoy yang membuat pasar khawatir Federal Reserve atau The Fed akan menerbitkan suku bunga agresifnya.
Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 0,27% di 31.188,41, S&P 500 (SPX) dibuka lebih tinggi sebesar 0,26% di 3.943,10, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) melesat 0,15% di 11.659,35
Sebelumnya, penurunan Wall Street pada Selasa (13/9) merupakan pelemahan terbesar satu hari aktif bursa sejak Juni 2020.
Tingkat inflasi yang masih panas bagi ekonomi di Negeri Paman Sam menimbulkan spekulasi persentase kenaikan suku bunga yang cukup besar.
Setelah ekspektasi kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) mendapat respons yang cukup besar, saat ini pasar juga berspekulasi atas kemungkinan potensi kenaikan suku bunga sebesar 100 bps.
"Harapan kami justru kenaikan suku bunga sebesar 50 bps pada November, lalu bisa ditambah 25 bps pada Desember," kata Ekonom Hugh Johnson Economics Hugh Johnson, Rabu (14/9/2022).
Hugh mencermati The Fed masih akan bersikukuh untuk meredam inflasi, kendati hal itu diartikan dapat membawa AS dalam jurang resesi.
Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 0,27% di 31.188,41, S&P 500 (SPX) dibuka lebih tinggi sebesar 0,26% di 3.943,10, sedangkan Nasdaq Composite (IXIC) melesat 0,15% di 11.659,35
Sebelumnya, penurunan Wall Street pada Selasa (13/9) merupakan pelemahan terbesar satu hari aktif bursa sejak Juni 2020.
Tingkat inflasi yang masih panas bagi ekonomi di Negeri Paman Sam menimbulkan spekulasi persentase kenaikan suku bunga yang cukup besar.
Setelah ekspektasi kenaikan suku bunga sebesar 75 basis poin (bps) mendapat respons yang cukup besar, saat ini pasar juga berspekulasi atas kemungkinan potensi kenaikan suku bunga sebesar 100 bps.
"Harapan kami justru kenaikan suku bunga sebesar 50 bps pada November, lalu bisa ditambah 25 bps pada Desember," kata Ekonom Hugh Johnson Economics Hugh Johnson, Rabu (14/9/2022).
Baca Juga
Hugh mencermati The Fed masih akan bersikukuh untuk meredam inflasi, kendati hal itu diartikan dapat membawa AS dalam jurang resesi.
(ind)
tulis komentar anda