Tren Global, Orang Kota di Seluruh Dunia Mencari Produk Hutan
Rabu, 26 Oktober 2022 - 17:44 WIB
JAKARTA - The Asia Foundation (TAF) sejak tahun 2012 memiliki program yang cukup intensif mengenai hutan dan lahan utamanya fokus pada perbaikan tata kelola sebagai salah satu strategi penting menurunkan laju deforestasi di Indonesia.
Bekerja sama dengan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) serta lembaga lain, mulai dari pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, TAF terus mendorong peningkatan usaha dan pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) melalui program Program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Tata Kelola Hutan dan Lahan yang Baik (SETAPAK) sejak 2021 hingga tahun 2022.
"Bagaimana pemanfaatan hutan dan lahan perlu terdistribusi secara merata ke berbagai lapisan masyarakat, terutama ke masyarakat yang berada dekat dengan hutan dan menjadi pemanfaat lahan selama ini, mengedepankan akses kelestarian, keadilan, dan kesetaraan," kata Deputy Country Representative for TAF Hana A. Satriyo dalam acara Festival Pengembangan Usaha dan Perhutanan Sosial (PUsPA) sesi 1, bertajuk 'Market Gathering Produk Unggulan dan Produk Ekowisata Berbasis Perhutanan Sosial' yang digelar secara dari daring, Rabu (26/10/2022).
"Jadi salah satu strategi dari program SETAPAK ini mengembangkan ekonomi dari masyarakat sekitar di situ (hutan). Kemudian kita juga berusaha di dalam program ini, bersama-sama menguatkan kelompok usaha perhutanan sosial, terutama yang telah memiliki akses dan izin untuk mengelola hutan tersebut," sambungnya.
Hana memandang penting adanya inisiatif dan inovasi untuk terus dilakukan semua pihak dalam menjalankan keseimbangan dari semua kegiatan usaha yang dilakukan, sehingga tidak mengeksploitasi lingkungan dan hutan. Sehingga yang terjadi sebaliknya, bagaimana bisa melakukan konservasi lahan. Proses-proses itu bisa mengurangi masalah yang berdampak buruk.
"Jadi ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk memanfaatkan kawasan hutan sebagaimana mata pencaharian dan memanfaatkan kegiatan usaha itu, baik dalam bentuk komoditas, membuat produksi dari hutan, maupun yang sekarang banyak berkembang adalah jasa lingkungan, ekowisata," tuturnya.
Belakangan menurut Hanna, banyak perkembangan yang menarik di desa-desa. Masyarakat desa mulai melirik potensi alam yang ada, yakni keindahan hutan, air terjun, sungai dan lain sebagainya untuk menjadi pemasukan ekonomi bagi desanya. Dan pada saat bersamaan melestarikan aset-aset desa tersebut.
Selain itu produk-produk organik dan kesadaran masyarakat dunia untuk go organik, menghindari produk-produk kimiawi, ingin kembali kepada kearifan-kearifan lokal itu juga menjadi salah satu tren di global. Ini potensi untuk menjadi market dari KUPS yang ingin mengembangkan produk-produk hutan tersebut.
Bekerja sama dengan Perkumpulan Untuk Peningkatan Usaha Kecil (PUPUK) serta lembaga lain, mulai dari pemerintah dan organisasi masyarakat sipil, TAF terus mendorong peningkatan usaha dan pendampingan Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) melalui program Program Selamatkan Hutan dan Lahan Melalui Tata Kelola Hutan dan Lahan yang Baik (SETAPAK) sejak 2021 hingga tahun 2022.
"Bagaimana pemanfaatan hutan dan lahan perlu terdistribusi secara merata ke berbagai lapisan masyarakat, terutama ke masyarakat yang berada dekat dengan hutan dan menjadi pemanfaat lahan selama ini, mengedepankan akses kelestarian, keadilan, dan kesetaraan," kata Deputy Country Representative for TAF Hana A. Satriyo dalam acara Festival Pengembangan Usaha dan Perhutanan Sosial (PUsPA) sesi 1, bertajuk 'Market Gathering Produk Unggulan dan Produk Ekowisata Berbasis Perhutanan Sosial' yang digelar secara dari daring, Rabu (26/10/2022).
"Jadi salah satu strategi dari program SETAPAK ini mengembangkan ekonomi dari masyarakat sekitar di situ (hutan). Kemudian kita juga berusaha di dalam program ini, bersama-sama menguatkan kelompok usaha perhutanan sosial, terutama yang telah memiliki akses dan izin untuk mengelola hutan tersebut," sambungnya.
Hana memandang penting adanya inisiatif dan inovasi untuk terus dilakukan semua pihak dalam menjalankan keseimbangan dari semua kegiatan usaha yang dilakukan, sehingga tidak mengeksploitasi lingkungan dan hutan. Sehingga yang terjadi sebaliknya, bagaimana bisa melakukan konservasi lahan. Proses-proses itu bisa mengurangi masalah yang berdampak buruk.
"Jadi ini adalah kesempatan bagi masyarakat untuk memanfaatkan kawasan hutan sebagaimana mata pencaharian dan memanfaatkan kegiatan usaha itu, baik dalam bentuk komoditas, membuat produksi dari hutan, maupun yang sekarang banyak berkembang adalah jasa lingkungan, ekowisata," tuturnya.
Belakangan menurut Hanna, banyak perkembangan yang menarik di desa-desa. Masyarakat desa mulai melirik potensi alam yang ada, yakni keindahan hutan, air terjun, sungai dan lain sebagainya untuk menjadi pemasukan ekonomi bagi desanya. Dan pada saat bersamaan melestarikan aset-aset desa tersebut.
Selain itu produk-produk organik dan kesadaran masyarakat dunia untuk go organik, menghindari produk-produk kimiawi, ingin kembali kepada kearifan-kearifan lokal itu juga menjadi salah satu tren di global. Ini potensi untuk menjadi market dari KUPS yang ingin mengembangkan produk-produk hutan tersebut.
tulis komentar anda