Cari Sumber Daya Migas Baru, PHE Jalankan Eksplorasi Masif dan Agresif

Sabtu, 29 Oktober 2022 - 11:13 WIB
PHE menjaga keberlangsungan bisnis hulu migasnya dengan menjalankan strategi inisiatif dalam eksplorasi. Foto/Ilustrasi
JAKARTA - Subholding Upstream PT Pertamina (Persero) yang menaungi wilayah kerja hulu di dalam dan luar negeri, PT Pertamina Hulu Energi ( PHE ), terus berupaya meningkatkan kinerja untuk mendukung ketahanan dan kemandirian energi nasional.

Upaya PHE dalam menjaga keberlangsungan bisnis hulu migas adalah dengan menjalankan strategi inisiatif dalam eksplorasi. Aktivitas eksplorasi di wilayah kerja (WK) yang dimiliki Pertamina dilakukan secara masif dan agresif untuk menemukan sumber daya baru yang potensial diproduksi.

Direktur Eksplorasi PHE Muharram Jaya Panguriseng menjelaskan, strategi utama yang dijalankan oleh PHE yaitu optimalisasi pengelolaan aset WK eksisting, strategi new venture, dan strategi partnership.



"Dari ketiga strategi eksplorasi tersebut, dengan program eksplorasi yang masif dan agresif memanfaatkan konsep dan teknologi eksplorasi terbaru alhamdulillah telah membuahkan hasil memuaskan. Sampai dengan Oktober 2022, kami telah menyelesaikan pengeboran eksplorasi sebanyak 14 sumur dan 5 sumur on going," terang Muharram dalam keterangannya, Sabtu (29/10/2022).



Muharram memaparkan deretan sumur eksplorasi yang berhasil menambah sumber daya migas nasional sepanjang tahun 2022, yaitu sumur R-2 di Blok North Sumatera Offshore (NSO); Sungai Gelam Timur-1 (SGET-1) dan Sungai Rotan-1X di onshore Jambi.

Selanjutnya, Wilela-001 di onshore Sumatera Selatan; Bajakah-001 di onshore Jawa Barat; GQX-1 di Blok Offshore North West Jawa (ONWJ); Manpatu-1X di offshore Mahakam; Markisa-001 di onshore Papua; dan Kolibri (KOL)-001 di onshore Jawa Timur.

Dalam melakukan kegiatan eksplorasi, jelas dia, PHE menerapkan beberapa teknologi terkini, antara lain 2D seismic broadband dengan panjang lintasan lebih dari 30.000 km yang merupakan survei seismic offshore terpanjang di Asia Pacific selama 10 tahun terakhir.

Kemudian, 2D vibroseis acquisition di subvulkanik Jawa sepanjang lebih dari 1.000 km, pseudo 3D seismic reprocessing, dan survey eFTG-FTG atau full tensor gradiometry. Teknologi eFTG (enhanced) ini baru pertama kali digunakan di Indonesia dan dilakukan di wilayah Papua, tepatnya di Kepala Burung dan di Akimeugah.
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More