Harga Kedelai Kian Melambung, Perajin Tempe di Garut Pilih Mogok Produksi
Minggu, 30 Oktober 2022 - 16:50 WIB
GARUT - Para perajin tempe di Kabupaten Garut melakukan aksi mogok produksi menyusul kian melambungnya harga kedelai.
Aksi mogok produksi dilakukan sejak 29 Oktober 2022, menyusul harga kacang kedelai yang hampir menyentuh Rp14 ribu per kg.
"Sekarang kedelai di kisaran Rp13.800 dan Rp13.900 per kg," kata Abdul Azis (38), pengrajin tempe asal Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Minggu (30/10/2022).
Menurut Azis, mogok produksi yang dilakukan merupakan kesepakatan seluruh pengrajin tempe. Dia menjelaskan, para pengrajin sudah tak bisa lagi mengakali kenaikan bahan baku tempe. “Harga naik terus, sekarang hampir tiap hari naiknya," ujar dia.
Biasanya kata dia, para pengrajin mengakali kenaikan ini dengan memperkecil ukuran tempe yang dibuat. "Tapi kalau naik terus seperti ini mau dikecilin seperti apa lagi," ketusnya.
Azis bukanlah produsen tempe besar di Garut. Dia yang memproduksi tempe skala kecil di rumahnya, Kampung Ciawitali RT01 RW05, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, ini cukup terpukul oleh kenaikan harga kedelai asal Amerika.
“Dampaknya sangat signifikan ke pendapatan sehari-hari. Kalau produksi, saya paling banyak bisa menghasilkan tempe antara 60 kg hingga 70 kg, begitu juga kakak dan ibu saya, mereka sama memproduksi tempe dari rumah dengan kapasitas produksi masing-masing 70 kg," ungkapnya.
Aksi mogok produksi dilakukan sejak 29 Oktober 2022, menyusul harga kacang kedelai yang hampir menyentuh Rp14 ribu per kg.
"Sekarang kedelai di kisaran Rp13.800 dan Rp13.900 per kg," kata Abdul Azis (38), pengrajin tempe asal Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Minggu (30/10/2022).
Baca Juga
Menurut Azis, mogok produksi yang dilakukan merupakan kesepakatan seluruh pengrajin tempe. Dia menjelaskan, para pengrajin sudah tak bisa lagi mengakali kenaikan bahan baku tempe. “Harga naik terus, sekarang hampir tiap hari naiknya," ujar dia.
Biasanya kata dia, para pengrajin mengakali kenaikan ini dengan memperkecil ukuran tempe yang dibuat. "Tapi kalau naik terus seperti ini mau dikecilin seperti apa lagi," ketusnya.
Azis bukanlah produsen tempe besar di Garut. Dia yang memproduksi tempe skala kecil di rumahnya, Kampung Ciawitali RT01 RW05, Desa Jayaraga, Kecamatan Tarogong Kidul, ini cukup terpukul oleh kenaikan harga kedelai asal Amerika.
“Dampaknya sangat signifikan ke pendapatan sehari-hari. Kalau produksi, saya paling banyak bisa menghasilkan tempe antara 60 kg hingga 70 kg, begitu juga kakak dan ibu saya, mereka sama memproduksi tempe dari rumah dengan kapasitas produksi masing-masing 70 kg," ungkapnya.
Baca Juga
tulis komentar anda