Waspada! Bahaya Resesi Mengintai Kalangan Menengah ke Bawah yang Suka Gaya-gayaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyarankan apa yang harus dilakukan apabila resesi benar-benar terjadi di tahun 2023.
Untuk masyarakat menengah ke bawah, disarankan segera melunasi utang karena suku bunga akan semakin naik. Sebab, jika uang yang dimiliki dihambur-hamburkan untuk belanja, maka itu akan memperparah ancaman resesi tahun depan.
"Tahun depan memang ada resesi, tapi masyarakat kelas menengah bawah ini perlu diberitahu kalau punya utang, lunasi sekarang karena suku bunga akan makin naik. Artinya, lifestyle jangan buat gaya-gayaan. Orang kelas menengah ke bawah kok pengen ngikutin gaya crazy rich di tengah resesi. Ngawur itu. Harus lebih hati-hati," terang Bhima di acara Workshop Jurnalisme Ekonomi Celios Jelang KTT G20, Yogyakarta, Sabtu (29/10/2022).
Sementara untuk masyarakat menengah ke atas, lanjutnya, baiknya didorong untuk lebih berkontribusi dengan meningkatkan daya beli lebih tinggi lagi. Karena, kata Bhima, 40 persen lebih total konsumsi rumah tangga dikuasai oleh 20 persen orang terkaya di Indonesia.
"Jadi menurut saya, relaksasi pajak yang digulirkan pemerintah agar konsumsi naik, itu setuju. Karena orang-orang ini (masyarakat kelas menengah atas) perlu di beri dorongan positif kaya gini," tuturnya.
Bhima menyoroti pemerintah yang menyamakan pemberitahuan terkait resesi kepada masyarakat tanpa membedakan segmentasi kelasnya.
"Nanti kalau misalnya resesi benar terjadi, maka akan terjadi kekacauan. Orang yang enggak punya uang, tapi dibilangin kalau tahun depan optimistis, kalau begitu masyarakat kelas bawah ini bisa langsung menghamburkan uangnya, langsung belanja mereka cari baju dan lain-lain. Maka dari itu, pemberian informasi berdasarkan segmentasi itu penting," jelas Bhima.
Baca: Puluhan Pemuda Tana Toraja Bertarung Nyawa Kibarkan Bendera Merah Putih Raksasa di Tebing Batu.
Selain itu, pemerintah harus segera membuat paket kebijakan untuk mengantisipasi resesi. Bhima menilai jika pemerintah menggunakan kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), sudah tidak tepat lagi. Sebab itu lebih cocok untuk penanganan pandemi Covid-19.
Untuk masyarakat menengah ke bawah, disarankan segera melunasi utang karena suku bunga akan semakin naik. Sebab, jika uang yang dimiliki dihambur-hamburkan untuk belanja, maka itu akan memperparah ancaman resesi tahun depan.
"Tahun depan memang ada resesi, tapi masyarakat kelas menengah bawah ini perlu diberitahu kalau punya utang, lunasi sekarang karena suku bunga akan makin naik. Artinya, lifestyle jangan buat gaya-gayaan. Orang kelas menengah ke bawah kok pengen ngikutin gaya crazy rich di tengah resesi. Ngawur itu. Harus lebih hati-hati," terang Bhima di acara Workshop Jurnalisme Ekonomi Celios Jelang KTT G20, Yogyakarta, Sabtu (29/10/2022).
Sementara untuk masyarakat menengah ke atas, lanjutnya, baiknya didorong untuk lebih berkontribusi dengan meningkatkan daya beli lebih tinggi lagi. Karena, kata Bhima, 40 persen lebih total konsumsi rumah tangga dikuasai oleh 20 persen orang terkaya di Indonesia.
"Jadi menurut saya, relaksasi pajak yang digulirkan pemerintah agar konsumsi naik, itu setuju. Karena orang-orang ini (masyarakat kelas menengah atas) perlu di beri dorongan positif kaya gini," tuturnya.
Bhima menyoroti pemerintah yang menyamakan pemberitahuan terkait resesi kepada masyarakat tanpa membedakan segmentasi kelasnya.
"Nanti kalau misalnya resesi benar terjadi, maka akan terjadi kekacauan. Orang yang enggak punya uang, tapi dibilangin kalau tahun depan optimistis, kalau begitu masyarakat kelas bawah ini bisa langsung menghamburkan uangnya, langsung belanja mereka cari baju dan lain-lain. Maka dari itu, pemberian informasi berdasarkan segmentasi itu penting," jelas Bhima.
Baca: Puluhan Pemuda Tana Toraja Bertarung Nyawa Kibarkan Bendera Merah Putih Raksasa di Tebing Batu.
Selain itu, pemerintah harus segera membuat paket kebijakan untuk mengantisipasi resesi. Bhima menilai jika pemerintah menggunakan kebijakan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), sudah tidak tepat lagi. Sebab itu lebih cocok untuk penanganan pandemi Covid-19.
(nag)