Butuh Rp3,7 Kuadriliun untuk Tekan Emisi 31,89% pada 2030
Kamis, 10 November 2022 - 08:05 WIB
JAKARTA - Dewan Energi Nasional ( DEN ) menekankan pentingnya peran pendanaan dalam mendukung terwujudnya transisi energi. Guna mendukung pencapaian transisi energi , pemerintah telah merumuskan sejumlah strategi.
"Di antaranya adalah menggabungkan penggunaan energi fosil dengan teknologi rendah karbon, mendorong pengembangan energi terbarukan, dan meningkatkan permintaan, serta konservasi dan efisiensi energi," kata Satya Widya Yudha, anggota DEN, di acara United Nations Climate Change Conference bertajuk "Financing for Energy Transitions" di Sharm El-Sheikh, Mesir, dikutip Kamis (10/11/2022).
Dalam proses transisi energi ini, Satya menekankan pentingnya investasi di bidang infrastruktur dan teknologi energi, yang nilainya diproyeksikan dapat mencapai 25% dari total investasi energi secara global pada awal 2030. Peta jalan transisi energi Indonesia menitikberatkan pada dekarbonisasi di sektor penyediaan tenaga listrik dan industri sebagai kontributor utama emisi dari sektor energi.
Guna mengurangi emisi, lanjutnya, investasi dalam jumlah besar sangat dibutuhkan, khususnya dengan melibatkan bantuan internasional. Menurut Satya, untuk merealisasikan komitmen pengurangan emisi karbon sebesar 31,89% pada 2030 sebagaimana tercantum dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC), dibutuhkan investasi Rp3.779 triliun di sektor energi.
Sebagian besar investasi tersebut disalurkan untuk pengembangan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan serta pengembangan PLTU batu bara rendah karbon. Melalui langkah tersebut, sektor energi diharapkan dapat menyumbang penurunan emisi sebesar 190 MtCO2.
Satya menambahkan upaya pencapaian NDC dan Net Zero Emission (NZE) juga menemui sejumlah tantangan. "Kolaborasi antara sektor publik dan swasta penting dilakukan sebagai upaya dalam menanggulangi kendala investasi yang belum memadai, risiko stranded asset pada pembangkit listrik berbasis batu bara, transfer teknologi, dan migrasi pekerjaan," terangnya.
"Di antaranya adalah menggabungkan penggunaan energi fosil dengan teknologi rendah karbon, mendorong pengembangan energi terbarukan, dan meningkatkan permintaan, serta konservasi dan efisiensi energi," kata Satya Widya Yudha, anggota DEN, di acara United Nations Climate Change Conference bertajuk "Financing for Energy Transitions" di Sharm El-Sheikh, Mesir, dikutip Kamis (10/11/2022).
Dalam proses transisi energi ini, Satya menekankan pentingnya investasi di bidang infrastruktur dan teknologi energi, yang nilainya diproyeksikan dapat mencapai 25% dari total investasi energi secara global pada awal 2030. Peta jalan transisi energi Indonesia menitikberatkan pada dekarbonisasi di sektor penyediaan tenaga listrik dan industri sebagai kontributor utama emisi dari sektor energi.
Guna mengurangi emisi, lanjutnya, investasi dalam jumlah besar sangat dibutuhkan, khususnya dengan melibatkan bantuan internasional. Menurut Satya, untuk merealisasikan komitmen pengurangan emisi karbon sebesar 31,89% pada 2030 sebagaimana tercantum dalam Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC), dibutuhkan investasi Rp3.779 triliun di sektor energi.
Sebagian besar investasi tersebut disalurkan untuk pengembangan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan serta pengembangan PLTU batu bara rendah karbon. Melalui langkah tersebut, sektor energi diharapkan dapat menyumbang penurunan emisi sebesar 190 MtCO2.
Satya menambahkan upaya pencapaian NDC dan Net Zero Emission (NZE) juga menemui sejumlah tantangan. "Kolaborasi antara sektor publik dan swasta penting dilakukan sebagai upaya dalam menanggulangi kendala investasi yang belum memadai, risiko stranded asset pada pembangkit listrik berbasis batu bara, transfer teknologi, dan migrasi pekerjaan," terangnya.
(uka)
tulis komentar anda