Kalahkan Indonesia, Ini yang Membuat Singapura Jadi Negara Eksportir Minyak
Kamis, 17 November 2022 - 10:20 WIB
"Beberapa di antaranya berkaitan dengan kejelian Singapura dalam melihat peluang di kawasan Asia. Di sini terlihat campur tangan Pemerintah Singapura menjadi kunci utama dalam pembangunan sektor energi," kata Arcandra.
Pemerintah Singapura jeli melihat peluang dan mengeksekusi dengan baik lewat kebijakan yang tepat. Kesuksesan kebijakan di satu sektor tergantung juga dari dukungan dari sektor lain terutama keuangan dan perpajakan.
Menurut Arcandra, permintaan yang besar saja tak cukup menjadi alasan bagi Singapura mampu membangun lima kilang. Ada faktor penting lainnya yang turut menopang kemampuan itu.
"Kunci utamanya adalah adanya insentif pajak yang diberikan negara kepada investor yang membangun kilang ini," tegas Arcandra.
Arcandra melanjutkan, apa saja insentif pajak tersebut? Negara membebaskan pajak selama lima tahun pertama beroperasi. Pelaku usaha tentu paham dengan manfaat insentif pajak ini. Salah satunya adalah pengembalian modal akan jauh lebih cepat sehingga keekonomian projek menjadi sangat baik.
Setelah semua peran sebagai pusat distribusi BBM di Asia tercapai dan terjadi beberapa kali harga minyak yang jatuh dalam, Singapura melihat peluang lain untuk memajukan sektor energi mereka. Apa peluang itu? Membangun pusat perdagangan minyak dunia.
Sampai pertengahan tahu 1980-an, pusat perdagangan BBM sudah terbentuk di Singapura. Namun pusat perdagangan minyak mentah (crude) masih dipegang oleh Tokyo. Dengan tingginya biaya untuk berbisnis di Tokyo waktu itu dan diperparah oleh sulitnya mendapatkan likuiditas (uang) dari bank, maka pusat perdagangan minyak mentah perlahan berpindah ke Singapura.
Apakah cukup situasi yang kurang mendukung di Tokyo mampu membuat para trader minyak berpindah ke Singapura? Ternyata tidak. Ada beberapa hal lain yang mempercepat penyatuan dua pusat perdangangan ini.
"Yang paling utama adalah campur tangan Pemerintah Singapura untuk kembali memberikan insentif pajak. Apa itu? Aktivitas perdagangan minyak dan BBM hanya dikenakan pajak 10%. Dengan kebijakan ini, ditambah dengan kemudahan dan kepastian berusaha maka berbondong-bondonglah trader pindah ke Singapura. Kesulitan dalam hal likuiditas di Tokyo mampu dicarikan jalan keluarnya di Singapura," tandas Arcandra.
Pemerintah Singapura jeli melihat peluang dan mengeksekusi dengan baik lewat kebijakan yang tepat. Kesuksesan kebijakan di satu sektor tergantung juga dari dukungan dari sektor lain terutama keuangan dan perpajakan.
Menurut Arcandra, permintaan yang besar saja tak cukup menjadi alasan bagi Singapura mampu membangun lima kilang. Ada faktor penting lainnya yang turut menopang kemampuan itu.
"Kunci utamanya adalah adanya insentif pajak yang diberikan negara kepada investor yang membangun kilang ini," tegas Arcandra.
Arcandra melanjutkan, apa saja insentif pajak tersebut? Negara membebaskan pajak selama lima tahun pertama beroperasi. Pelaku usaha tentu paham dengan manfaat insentif pajak ini. Salah satunya adalah pengembalian modal akan jauh lebih cepat sehingga keekonomian projek menjadi sangat baik.
Setelah semua peran sebagai pusat distribusi BBM di Asia tercapai dan terjadi beberapa kali harga minyak yang jatuh dalam, Singapura melihat peluang lain untuk memajukan sektor energi mereka. Apa peluang itu? Membangun pusat perdagangan minyak dunia.
Sampai pertengahan tahu 1980-an, pusat perdagangan BBM sudah terbentuk di Singapura. Namun pusat perdagangan minyak mentah (crude) masih dipegang oleh Tokyo. Dengan tingginya biaya untuk berbisnis di Tokyo waktu itu dan diperparah oleh sulitnya mendapatkan likuiditas (uang) dari bank, maka pusat perdagangan minyak mentah perlahan berpindah ke Singapura.
Apakah cukup situasi yang kurang mendukung di Tokyo mampu membuat para trader minyak berpindah ke Singapura? Ternyata tidak. Ada beberapa hal lain yang mempercepat penyatuan dua pusat perdangangan ini.
"Yang paling utama adalah campur tangan Pemerintah Singapura untuk kembali memberikan insentif pajak. Apa itu? Aktivitas perdagangan minyak dan BBM hanya dikenakan pajak 10%. Dengan kebijakan ini, ditambah dengan kemudahan dan kepastian berusaha maka berbondong-bondonglah trader pindah ke Singapura. Kesulitan dalam hal likuiditas di Tokyo mampu dicarikan jalan keluarnya di Singapura," tandas Arcandra.
Lihat Juga :
tulis komentar anda