Ini Waktunya untuk Ciptakan Inovasi Disruptif, Kunci Atasi Krisis

Selasa, 29 November 2022 - 08:00 WIB
Lewat investasi US$9 miliar serta proses riset selama lebih dari satu dekade yang melibatkan ilmuwan terkemuka dunia, PMI menemukan bahwa masalah utama dari merokok ialah akibat pembakaran, karena menghasilkan bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam asap, menemukan solusinya dan terus mengembangkannya.

Di sisi lain, Vassilis memaparkan bahwa nikotin bersifat adiktif dan tidak bebas risiko. Akan tetapi, nikotin bukan merupakan penyebab utama dari penyakit terkait merokok. Oleh karena itu, produk bebas asap menghantarkan nikotin menggunakan metode lain yaitu tanpa pembakaran.

“Sedangkan produk bebas asap mengeliminasi pembakaran. Karena tidak dibakar, maka tidak ada api, tidak ada abu, serta tidak ada asap,” ujarnya.

Salah satu produk bebas asap yang dikembangkan PMI dengan mengedepankan sains dan teknologi ialah IQOS, yang merupakan salah satu platform terdepan untuk produk tembakau yang dipanaskan di dunia.

“IQOS mampu mengurangi paparan zat berbahaya atau berpotensi berbahaya hingga rata-rata 90%-95% dibandingkan dengan rokok,” ungkap Vassilis. Meskipun demikian, ia menekankan bahwa produk bebas asap tidak bebas dari risiko dan secara khusus ditujukan bagi perokok dewasa yang memutuskan untuk terus mengonsumsi nikotin, atau mengalami kesulitan berhenti.

Inovasi itu disambut baik. Pada tahun 2020, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat, memberikan izin pemasaran bagi IQOS sebagai produk tembakau dengan risiko yang dimodifikasi (Modified Risk Tobacco Product/MRTP).

"IQOS telah dipasarkan di 70 pasar di seluruh dunia. Sekarang sudah ada sekitar 13,5 juta orang yang berhenti merokok dan beralih ke IQOS," jelasnya seraya mengatakan bahwa Sampoerna pun berkomitmen melibatkan Indonesia dalam perjalanan informasi dan transformasi ini. Sebelumnya, Sampoerna telah berinvestasi untuk Fasilitas Produksi Batang Tembakau untuk IQOS dengan Merek HEETS di Karawang yang telah resmi beroperasi sejak November 2022.

Dari pengalaman di perusahaannya, Vassilis mengungkapkan, siapa pun perlu bermimpi dan berupaya menciptakan dampak positif bagi Indonesia. "Kita semua bisa bekerja sama, memimpin perubahan," katanya.

Senada dengan Vassilis, CEO dan Founder Kenangan Brands Edward Tirtanata mengungkapkan, kemampuan berpikir ulang mendorong perusahaannya berkembang pada masa pandemi dan mencegah pemutusan hubungan kerja.

"Sebelum pandemi, semua gerai kita ada di kawasan bisnis. Saat pandemi kawasan itu kosong. Kami harus berpikir ulang dan akhirnya memutuskan bahwa gerai kami harus lebih dekat dengan customer kita. Ternyata berhasil," ujar Edward.

Saat pandemi, gerai Kenangan justru tumbuh dari 226pada2019menjadi 850 saat ini. Pada2022, Kenangan membuka 5 gerai di Malaysia sebagai langkah menuju brand global.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More