Eropa Batasi Harga Gas, Analis Wanti-wanti Krisis Pasokan di 2023
Rabu, 21 Desember 2022 - 08:40 WIB
BRUSELLS - Uni Eropa (UE) pada awal pekan kemarin sepakat membatasi harga gas setelah pembicaraan selama dua bulan tentang bagaimana melindungi rumah tangga dari kenaikan harga energi. Akan tetapi beberapa analis berpendapat solusi blok dengan pembatasan harga tidak berkelanjutan dan mungkin tidak tahan terhadap kenyataan krisis pasokan gas 2023 .
Anggota UE berkompromi, dengan mengadopsi batas harga "dinamis" yang dapat ditawar untuk kontrak gas bulan depan pada fasilitas perdagangan Eropa. Batas harga lebih rendah menjadi 180 euro per megawatt jam, usai proposal awal 275 euro per megawatt jam dikritik terlalu tinggi oleh sebagian negara-negara termasuk Polandia, Spanyol dan Yunani.
Beberapa kondisi dimasukkan untuk meredakan kekhawatiran anggota seperti Jerman, yang berpendapat bahwa skema tersebut dapat mengakibatkan kekurangan gas tahun depan. Klausul ini mendorong penangguhan otomatis untuk batas harga dan termasuk tingkat penawaran dinamis turun di bawah 180 euro per megawatt jam selama tiga hari kerja berturut-turut, atau saat Komisi Eropa menyatakan keadaan darurat.
Jerman akhirnya memilih mendukung apa yang disebut "mekanisme koreksi pasar," tetapi Belanda dan Austria abstain. Kementerian iklim Austria mengatakan, dalam sebuah pernyataan belum "yakin bahwa mekanisme koreksi pasar dapat memainkan peran penting untuk menghindari lonjakan ekstrem dalam harga gas Eropa,"
Kementerian mencatat "ada beberapa risiko bahwa perlindungan tidak akan berjalan karena adanya perpanjangan ini." Austria sendiri masih tergantung pada gas Rusia.
Sementara itu Menteri energi Belanda, Rob Jetten mengatakan, bahwa mekanisme itu tetap "tidak aman" meskipun ada perbaikan terbaru. Dia mengatakan, bahwa hal itu dapat mengganggu pasar energi Eropa, membahayakan keamanan pasokan dan memiliki implikasi keuangan yang lebih luas.
"Sejak awal, kami telah sangat jelas tentang mekanisme ini: bahwa hal itu tidak menyelesaikan masalah inti," katanya, sembari menambahkan bahwa kekhawatiran Belanda sejalan dengan Bank Sentral Eropa dan oleh ICE (Intercontinental Exchange), operator pasar gas alam utama di Eropa.
Anggota UE berkompromi, dengan mengadopsi batas harga "dinamis" yang dapat ditawar untuk kontrak gas bulan depan pada fasilitas perdagangan Eropa. Batas harga lebih rendah menjadi 180 euro per megawatt jam, usai proposal awal 275 euro per megawatt jam dikritik terlalu tinggi oleh sebagian negara-negara termasuk Polandia, Spanyol dan Yunani.
Beberapa kondisi dimasukkan untuk meredakan kekhawatiran anggota seperti Jerman, yang berpendapat bahwa skema tersebut dapat mengakibatkan kekurangan gas tahun depan. Klausul ini mendorong penangguhan otomatis untuk batas harga dan termasuk tingkat penawaran dinamis turun di bawah 180 euro per megawatt jam selama tiga hari kerja berturut-turut, atau saat Komisi Eropa menyatakan keadaan darurat.
Jerman akhirnya memilih mendukung apa yang disebut "mekanisme koreksi pasar," tetapi Belanda dan Austria abstain. Kementerian iklim Austria mengatakan, dalam sebuah pernyataan belum "yakin bahwa mekanisme koreksi pasar dapat memainkan peran penting untuk menghindari lonjakan ekstrem dalam harga gas Eropa,"
Kementerian mencatat "ada beberapa risiko bahwa perlindungan tidak akan berjalan karena adanya perpanjangan ini." Austria sendiri masih tergantung pada gas Rusia.
Sementara itu Menteri energi Belanda, Rob Jetten mengatakan, bahwa mekanisme itu tetap "tidak aman" meskipun ada perbaikan terbaru. Dia mengatakan, bahwa hal itu dapat mengganggu pasar energi Eropa, membahayakan keamanan pasokan dan memiliki implikasi keuangan yang lebih luas.
"Sejak awal, kami telah sangat jelas tentang mekanisme ini: bahwa hal itu tidak menyelesaikan masalah inti," katanya, sembari menambahkan bahwa kekhawatiran Belanda sejalan dengan Bank Sentral Eropa dan oleh ICE (Intercontinental Exchange), operator pasar gas alam utama di Eropa.
Lihat Juga :
tulis komentar anda