Turun 13%, Harga Minyak Perpanjang Kerugian
Selasa, 28 April 2020 - 12:13 WIB
NEW YORK - Harga minyak dunia turun 13% dalam perdagangan Selasa (28/4/2020), memperpanjang kerugian hampir 25% sejak Senin kemarin, akibat kekhawatiran pelemahan ekonomi dunia dan menurunnya permintaan imbas pandemi Covid-19.
Melansir dari Reuters, harga minyak patokan Amerika Serikat, West Texas Intermediate anjlok 13% atau USD1,67 menjadi USD11,11 per barel. Senada, harga minyak acuan internasional, Brent jatuh 4,4% menjadi USD19,11 per barel.
Senin kemarin, harga WTI ambruk 24,56% atau USD4,16, menjadi USD12,78 per barel. Harga minyak mentah Brent turun 6,76% menjadi USD19,99 per barel.
Pandemi virus corona membuat sepertiga permintaan minyak global anjlok, yang berdampak pada jatuhnya harga si emas hitam ke rekor terendah.
Saat permintaan turun, beberapa produsen minyak mengumumkan pengurangan produksi demi mengerek harga. Namun pasar pesimis langkah tersebut dapat mendongkrak harga, karena inti masalah adalah pandemi Covid-19 yang telah menghilangkan selera permintaan minyak.
OPEC dan sekutunya akan mengadakan pertemuan pada Mei mendatang untuk memotong produksi 9,7 juta barel per hari. Perusahaan minyak AS, Exxon dan Chevron juga mengurangi produksinya demi meningkatkan harga.
Namun, Birch mencatat meski harga minyak mentah telah turun tapi produksi minyak AS telah mencapai rekor pada kuartal I 2020, sehingga membuat pasokan minyak menjadi oversupply. WTI dan Brent pun diprediksi akan mengalami kerugian selama empat bulan berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2017.
Melansir dari Reuters, harga minyak patokan Amerika Serikat, West Texas Intermediate anjlok 13% atau USD1,67 menjadi USD11,11 per barel. Senada, harga minyak acuan internasional, Brent jatuh 4,4% menjadi USD19,11 per barel.
Senin kemarin, harga WTI ambruk 24,56% atau USD4,16, menjadi USD12,78 per barel. Harga minyak mentah Brent turun 6,76% menjadi USD19,99 per barel.
Pandemi virus corona membuat sepertiga permintaan minyak global anjlok, yang berdampak pada jatuhnya harga si emas hitam ke rekor terendah.
Saat permintaan turun, beberapa produsen minyak mengumumkan pengurangan produksi demi mengerek harga. Namun pasar pesimis langkah tersebut dapat mendongkrak harga, karena inti masalah adalah pandemi Covid-19 yang telah menghilangkan selera permintaan minyak.
OPEC dan sekutunya akan mengadakan pertemuan pada Mei mendatang untuk memotong produksi 9,7 juta barel per hari. Perusahaan minyak AS, Exxon dan Chevron juga mengurangi produksinya demi meningkatkan harga.
Namun, Birch mencatat meski harga minyak mentah telah turun tapi produksi minyak AS telah mencapai rekor pada kuartal I 2020, sehingga membuat pasokan minyak menjadi oversupply. WTI dan Brent pun diprediksi akan mengalami kerugian selama empat bulan berturut-turut untuk pertama kalinya sejak 2017.
(bon)
tulis komentar anda