Suku Bunga BI Diramal Naik Lagi, Saham Properti dan Otomotif Masih Prospektif?
Kamis, 19 Januari 2023 - 10:51 WIB
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan sebesar 0,25% atau 25 basis poin (bps). Hak ini tentu akan berpengaruh terhadap sejumlah sektor.
Analis PT Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan, BI masih akan mengikuti kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang terus menaikkan suku bunga untuk mencapai target inflasi 2%.
“Sehingga untuk beberapa bulan ini The Fed masih akan menaikkan suku bunga, namun tidak terlalu agresif, hanya sekitar 25 basis poin,” ujarnya dalam Market Buzz IDX Channel, Kamis (19/1/2023).
Terkait kenaikan suku bunga, sektor properti dan otomotif disebut-sebut sebagai sektor yang paling terdampak. Andhika mengatakan, masyarakat akan menahan keinginannya untuk membeli rumah karena bunga kredit perumahan rakyat (KPR) akan ikut terkerek.
Menurut dia, masyarakat lebih mementingkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ketimbang harus mencicil rumah. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada tingkat penjualan atau marketing sales perusahaan properti.
Meski begitu, Andhika masih merekomendasikan saham di sektor properti dan otomotif untuk investasi jangka panjang karena harga yang masih murah. Sementara untuk para trader dia merekomendasikan untuk wait and see dulu.
“Bisa lebih selektif dan memilih emiten yang rajin membagikan dividen, serta memiliki dividen pay out ratio besar, sehingga dividen yield yang diterima investor juga besar,” jelas dia.
Andhika menilai, harga saham sektor properti dan otomotif yang masih murah, juga musim pembagian dividen yang akan datang menjadi faktor menarik untuk mempertimbangkan investasi jangka panjang di dua sektor tersebut.
“Saya rekomendasikan investasi terlebih dahulu, buy on weakness. Untuk jangka panjang tentunya akan mendapatkan profit dari kenaikan harga,” tutup dia.
Analis PT Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora mengatakan, BI masih akan mengikuti kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang terus menaikkan suku bunga untuk mencapai target inflasi 2%.
“Sehingga untuk beberapa bulan ini The Fed masih akan menaikkan suku bunga, namun tidak terlalu agresif, hanya sekitar 25 basis poin,” ujarnya dalam Market Buzz IDX Channel, Kamis (19/1/2023).
Terkait kenaikan suku bunga, sektor properti dan otomotif disebut-sebut sebagai sektor yang paling terdampak. Andhika mengatakan, masyarakat akan menahan keinginannya untuk membeli rumah karena bunga kredit perumahan rakyat (KPR) akan ikut terkerek.
Menurut dia, masyarakat lebih mementingkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya ketimbang harus mencicil rumah. Hal tersebut tentunya akan berdampak pada tingkat penjualan atau marketing sales perusahaan properti.
Meski begitu, Andhika masih merekomendasikan saham di sektor properti dan otomotif untuk investasi jangka panjang karena harga yang masih murah. Sementara untuk para trader dia merekomendasikan untuk wait and see dulu.
“Bisa lebih selektif dan memilih emiten yang rajin membagikan dividen, serta memiliki dividen pay out ratio besar, sehingga dividen yield yang diterima investor juga besar,” jelas dia.
Andhika menilai, harga saham sektor properti dan otomotif yang masih murah, juga musim pembagian dividen yang akan datang menjadi faktor menarik untuk mempertimbangkan investasi jangka panjang di dua sektor tersebut.
“Saya rekomendasikan investasi terlebih dahulu, buy on weakness. Untuk jangka panjang tentunya akan mendapatkan profit dari kenaikan harga,” tutup dia.
(ind)
tulis komentar anda