Kisah Haji Roni yang Ciptakan Merpati Perampok Seharga Rp2 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nama Haji Roni mungkin tak awam didengar oleh pecinta burung merpati di Indonesia, khususnya merpati balap alias aduan. Pria yang tinggal Bekasi ini kesohor pasca-merpati peliharaannya bernama "Rampok" terjual seharga Rp2 miliar. Sungguh harga yang fantastis untuk ukuran sebuah burung belaka.
Haji Roni menuturkan, hobinya di dunia burung justru berangkat dari keisengan memelihara merpati saat mengisi sela-sela kesibukan selama bergerak memajukan industri kampungnya di Purworejo, Jawa Tengah. Keisengan untuk memelihara burung merpati enam tahun lalu itu menerbangkannya ke gerbang dunia lomba burung.
“Di kampung halaman punya usaha untuk memajukan industri, iseng main merpati. Pulang kemudian ke Jakarta dikasih merpati. Jadi bikin saya main burung, akhirnya kenal merpati kolong (kompetisi),” ucap Haji Roni ketika ditemui di kediamannya, Selasa (31/1/2023).
Menggeluti kompetisi burung membuat dirinya bolak-balik menjual dan membeli merpati. Hingga akhirnya, Haji Roni menemukan merpati jagoannya yang belakangan dinamai "Rampok".
“Inisiatif memberikan nama Rampok agar dikenal dan diingat orang. Filosofinya untuk merampok juara dan hadiah pada setiap perlombaan,” tutur dia.
Benar saja, si Rampok menjelma menjadi burung yang tangguh untuk menggasak juara pada tiap kompetisi. Padahal, Rampok dibeli dalam kondisi belum bisa berlomba.
“Keistimewaan Rampok itu dia burung tangguh. Kalau burung lain itu baru bisa lomba setiap dua minggu sekali, Rampok bisa seminggu sekali dan juara,” tuturnya.
Roni sempat bernazar ingin melepas Rampok ketika ada tawaran harga di angka Rp2 miliar. Nazar kemudian terwujud ketika pria asal Tegal mendatanginya dan bernegosiasi untuk meminang si Rampok.
Roni mengaku tak kaget ketika ada yang menawar Rampok seharga Rp2 miliar. Pasalnya burung kesayangannya itu memang sudah dikenal sebagai burung juara.
“Akhirnya ada pemantau, suka dengan Rampok menelepon saya dan akhirnya Rampok dilepas,” kata dia.
Meski burung kesayangannya terjual, Roni mengaku tetap melakukan ternak burung merpati. Anak-anakan hasil Rampok pun dipercaya sebagai penerus si pembawa cuan itu.
Haji Roni menuturkan, hobinya di dunia burung justru berangkat dari keisengan memelihara merpati saat mengisi sela-sela kesibukan selama bergerak memajukan industri kampungnya di Purworejo, Jawa Tengah. Keisengan untuk memelihara burung merpati enam tahun lalu itu menerbangkannya ke gerbang dunia lomba burung.
“Di kampung halaman punya usaha untuk memajukan industri, iseng main merpati. Pulang kemudian ke Jakarta dikasih merpati. Jadi bikin saya main burung, akhirnya kenal merpati kolong (kompetisi),” ucap Haji Roni ketika ditemui di kediamannya, Selasa (31/1/2023).
Menggeluti kompetisi burung membuat dirinya bolak-balik menjual dan membeli merpati. Hingga akhirnya, Haji Roni menemukan merpati jagoannya yang belakangan dinamai "Rampok".
“Inisiatif memberikan nama Rampok agar dikenal dan diingat orang. Filosofinya untuk merampok juara dan hadiah pada setiap perlombaan,” tutur dia.
Benar saja, si Rampok menjelma menjadi burung yang tangguh untuk menggasak juara pada tiap kompetisi. Padahal, Rampok dibeli dalam kondisi belum bisa berlomba.
“Keistimewaan Rampok itu dia burung tangguh. Kalau burung lain itu baru bisa lomba setiap dua minggu sekali, Rampok bisa seminggu sekali dan juara,” tuturnya.
Roni sempat bernazar ingin melepas Rampok ketika ada tawaran harga di angka Rp2 miliar. Nazar kemudian terwujud ketika pria asal Tegal mendatanginya dan bernegosiasi untuk meminang si Rampok.
Roni mengaku tak kaget ketika ada yang menawar Rampok seharga Rp2 miliar. Pasalnya burung kesayangannya itu memang sudah dikenal sebagai burung juara.
“Akhirnya ada pemantau, suka dengan Rampok menelepon saya dan akhirnya Rampok dilepas,” kata dia.
Meski burung kesayangannya terjual, Roni mengaku tetap melakukan ternak burung merpati. Anak-anakan hasil Rampok pun dipercaya sebagai penerus si pembawa cuan itu.
(uka)