Ekonomi Tumbuh 5,3 Persen di 2022, Indonesia Diminta Kejar Vietnam
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat 5,31% sepanjang 2022. Atas capaian itu, pemerintah perlu menjaga beberapa faktor penopangnya.
Pertama, dari sisi konsumsi rumah tangga (RT), momentum yang harus dijaga hari ini adalah pengendalian inflasi . Jika inflasi pangan dan energi bisa ditekan, masyarakat bisa memanfaatkan momentum pencabutan PPKM untuk belanja lebih banyak.
"Terutama belanja di pusat retail maupun belanja yang berkaitan dengan transportasi dan rekreasi," ujar Bhima Yudhistira, ekonom sekaligus Direktur CELIOS, kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Kemudian, yang kedua adalah pemerintah tetap perlu mendorong efektivitas dan penyerapan belanja. Upaya ini kalau melihat kinerja belanja pemerintah di 2022 mengalami penurunan yang cukup dalam.
"Padahal belanja pemerintah masih dibutuhkan sebagai safeguard atau jaring pengaman, terutama untuk mengantisipasi efek PHK massal yang terjadi di beberapa industri dan juga memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin yang rentan terhadap kenaikan biaya kebutuhan pokok," jelas Bhima.
Selain itu, melihat realisasi investasi, meskipun angkanya tumbuh, namun pertumbuhannya masih belum ideal. Pertumbuhan investasi di 2022, menurut Bhima, tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan di tahun 2021.
"Sehingga untuk realisasi investasi ini butuh tim percepatan yang serius untuk mengeksekusi komitmen investasi sehingga bisa cepat terealisasi. Dan juga bagaimana mendiversifikasi investasi tidak tergantung pada sekadar komoditas yang harganya naik turun," tegas Bhima.
Berikutnya, pemerintah disarankan untuk mendorong stimulus kepada pelaku UMKM karena UMKM menjadi tulang punggung ekonomi. UMKM juga sangat dibutuhkan ketika pasar domestik menjadi tumpuan dari pemulihan di 2023 di saat kondisi eksternal sedang mengalami ancaman resesi.
"Kita perlu mengejar ketertinggalan, karena negara lain, misalnya Vietnam, pertumbuhannya masih di atas Indonesia. Vietnam itu di 2023 saja masih diperkirakan tumbuh 6,8% secara tahunan, kita bukan hanya harus bangga terhadap ekonomi bangga 5,3%, tetapi kita juga harus lebih serius lagi mengejar ketertinggalan dibandingkan dengan Vietnam," pungkas Bhima.
Pertama, dari sisi konsumsi rumah tangga (RT), momentum yang harus dijaga hari ini adalah pengendalian inflasi . Jika inflasi pangan dan energi bisa ditekan, masyarakat bisa memanfaatkan momentum pencabutan PPKM untuk belanja lebih banyak.
"Terutama belanja di pusat retail maupun belanja yang berkaitan dengan transportasi dan rekreasi," ujar Bhima Yudhistira, ekonom sekaligus Direktur CELIOS, kepada MNC Portal Indonesia di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Kemudian, yang kedua adalah pemerintah tetap perlu mendorong efektivitas dan penyerapan belanja. Upaya ini kalau melihat kinerja belanja pemerintah di 2022 mengalami penurunan yang cukup dalam.
"Padahal belanja pemerintah masih dibutuhkan sebagai safeguard atau jaring pengaman, terutama untuk mengantisipasi efek PHK massal yang terjadi di beberapa industri dan juga memberikan perlindungan sosial bagi masyarakat miskin yang rentan terhadap kenaikan biaya kebutuhan pokok," jelas Bhima.
Selain itu, melihat realisasi investasi, meskipun angkanya tumbuh, namun pertumbuhannya masih belum ideal. Pertumbuhan investasi di 2022, menurut Bhima, tidak jauh berbeda dengan pertumbuhan di tahun 2021.
"Sehingga untuk realisasi investasi ini butuh tim percepatan yang serius untuk mengeksekusi komitmen investasi sehingga bisa cepat terealisasi. Dan juga bagaimana mendiversifikasi investasi tidak tergantung pada sekadar komoditas yang harganya naik turun," tegas Bhima.
Berikutnya, pemerintah disarankan untuk mendorong stimulus kepada pelaku UMKM karena UMKM menjadi tulang punggung ekonomi. UMKM juga sangat dibutuhkan ketika pasar domestik menjadi tumpuan dari pemulihan di 2023 di saat kondisi eksternal sedang mengalami ancaman resesi.
"Kita perlu mengejar ketertinggalan, karena negara lain, misalnya Vietnam, pertumbuhannya masih di atas Indonesia. Vietnam itu di 2023 saja masih diperkirakan tumbuh 6,8% secara tahunan, kita bukan hanya harus bangga terhadap ekonomi bangga 5,3%, tetapi kita juga harus lebih serius lagi mengejar ketertinggalan dibandingkan dengan Vietnam," pungkas Bhima.
(uka)