Hartanya Raib Rp 899,3 Triliun, Adani Bukan Lagi Orang Terkaya Asia dan ke-4 Dunia

Selasa, 07 Februari 2023 - 12:04 WIB
loading...
Hartanya Raib Rp 899,3 Triliun, Adani Bukan Lagi Orang Terkaya Asia dan ke-4 Dunia
Mengawali tahun 2023 sebagai orang terkaya keempat di dunia, namun berbalik cepat bagi miliarder asal India, Gautam Adani. Hanya dalam kurun waktu kurang dari sebulan, Adani dipaksa melepas gelarnya sebagai orang terkaya di Asia. Foto/Dok
A A A
NEW YORK - Mengawali tahun 2023 sebagai orang terkaya keempat di dunia , namun semuanya begitu cepat berbalik bagi miliarder asal India, Gautam Adani. Hanya dalam kurun waktu kurang dari sebulan, Adani dipaksa melepas gelarnya sebagai orang terkaya di Asia.

Bagi miliarder berusia 60 tahun itu, tahun 2023 seperti menjadi mimpi buruk baginya. Kekayaan Adani yang diperkirakan mencapai USD 119 miliar per 24 Januari 2023, mencair dengan cepat usai miliarder tersebut diterpa isu kejahatan keuangan.



Harta Adani kemudian diproyeksikan tinggal tersisa USD 59 miliar pada 5 Februari 2023, menurut Bloomberg Billionaires Index. Secara total Adani kehilangan USD 60 miliar atau setara Rp 899,3 triliun (Kurs Rp 14.989 per USD) hanya dalam 2 minggu.

Adani Keluar dari 20 Besar

Adani juga telah dikeluarkan dari 20 miliarder teratas. Dia saat ini berada di urutan ke-21, tetapi tidak mengherankan jika posisinya terus merosot dalam beberapa hari mendatang.



Lantas apa yang terjadi? Bagaimana miliarder yang terus menanjak dalam dua tahun terakhir hingga September lalu dinobatkan menjadi orang terkaya kedua di dunia itu, kini terlihat tertatih-tatih.

Semuanya dimulai pada 24 Januari, ketika perusahaan investasi New York Hindenburg Research menerbitkan laporan soal konglomerat Adani. Perusahaan riset investasi asal Amerika Serikat itu mengklaim bahwa taipan India itu telah menggunakan perusahaan cangkang di negara surga pajak untuk meningkatkan pendapatannya dan memanipulasi harga saham berbagai entitasnya.

Laporan tersebut menggambarkan entitas cangkang yang berbasis di Karibia, Mauritius, dan Uni Emirat Arab yang dikendalikan oleh keluarga Adani. "Kami telah menemukan bukti penipuan akuntansi, manipulasi saham, dan pencucian uang di Adani, yang terjadi selama beberapa dekade," tulis Hindenburg.

"Adani telah melakukannya dengan bantuan enabler di pemerintahan dan industri serta perusahaan internasional yang memfasilitasi kegiatan ini," kata Hindenburg.

Adani Group yang memiliki beragam bisnis mulai dari tambang, pelabuhan, pembangkit listrik, dan pusat data di India, telah menolak tuduhan. Dimana menurutnya sebagai tudingan tidak berdasar dan mengancam akan mengejar semua kemungkinan upaya hukum di pengadilan India.

"Ini bukan hanya serangan yang tidak beralasan terhadap perusahaan tertentu tetapi serangan yang diperhitungkan terhadap India, independensi, integritas, dan kualitas institusi India, serta pertumbuhan dan ambisi India," ungkap Adani Group, dalam laporan setebal 413 halaman, pada 29 Januari.

Peringatan Perusahaan Pemeringkat Kredit

Kepercayaan investor terhadap grup ikut hilang. Investor bertanya-tanya tentang utang grup yang sangat besar dan masalah tata kelola yang diangkat Hindenburg. Aksi diam pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi, yang dekat dengan Adani, juga tidak membantu dan berkontribusi untuk mempertahankan gejolak.

Perusahaan pemeringkat kredit S&P Global Ratings baru saja menurunkan prospek entitas tertentu dari Grup Adani karena kekhawatiran tentang kemampuan mereka untuk membiayai diri mereka sendiri dalam beberapa bulan mendatang.

Pada 3 Februari ,S&P menurunkan outlook peringkat untuk Adani Ports & Special Economic Zone dan Adani Electricity Mumbai menjadi negatif dari stabil.

"Ada risiko bahwa kekhawatiran investor tentang tata kelola dan pengungkapan terkait grup bakal lebih besar daripada yang saat ini kami perhitungkan dalam peringkat kami," tulis analis Mary Anne Low dan Chang Jia dalam sebuah catatan.

"Atau bahwa penyelidikan baru dan sentimen negatif pasar dapat menyebabkan peningkatan biaya modal dan mengurangi akses pendanaan untuk entitas yang dinilai," bebernya.

Moody's Investors Service juga mempertanyakan kemampuan Adani untuk mengumpulkan dana dan membiayai kembali utangnya untuk tahun-tahun mendatang.

Kedua perusahaan pemeringkat itu membiarkan peringkat kekuatan finansial konglomerat itu tidak tersentuh, tetapi S&P menjelaskan bahwa kemungkinan bakal menurunkannya dalam jangka pendek, yang akan menjadi pukulan besar bagi Adani Group.

Sebagai informasi Gautam Adani menjadi miliarder pada tahun 2008 setelah memulai perusahaan ekspor komoditas. Namun kebangkitan yang sebenarnya terjadi selama pandemi covid-19.

Tahun lalu, ia menyalip satu demi satu, miliarder papan atas seperti Warren Buffett dan Bill Gates. Dia berhasil melengserkan Jeff Bezos dari posisi kedua orang terkaya sejagat.

Satu-satunya orang yang kekayaannya telah menghalangi kebangkitan Adani adalah Elon Musk, yang berdiri kokoh untuk mempertahankan gelarnya sabagai orang terkaya di dunia.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1368 seconds (0.1#10.140)